Sabtu, 13 Juli 2024

Sinopsis Connection Eps 14 Part 2 (EPISODE TERAKHIR)

 All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : Connection
Sebelumnya : Connection Eps 14 Part 1

-Satu bulan kemudian-

Jae Kyeong ke penjara, mengunjungi Sang Eui.

Sang Eui : Perawatanmu berjalan baik?

Jae Kyeong mengangguk.

Sang Eui : Ya. Aku sudah dengar. Aku menembak Park Tae Jin dengan pistolmu dan kau diturunkan satu pangkat?

Jae Kyeong : Bagaimana denganmu? Apa masih menyesalinya?

Sang Eui : Tidak ada penyesalan, aku membalas dendam untuk Joon Seo. Sepertinya aku menjaga persahabatanku dengan Joon Seo. Hatiku tenang.

Jae Kyeong : Dua puluh tahun lalu. Di depan kematian Chae Kyung Tae pun, seperti tak terjadi apa-apa, mereka mengambil pilihan yang mengerikan. Meskipun kalian seperti itu, Joon Seo tetap memihakmu. Sejak itu aku memutuskan untuk tidak percaya pada persahabatan. Aku tak ingin berteman lagi.

Kamera menyorot wajah Sang Eui. Dia mengerti sekarang kenapa Jae Kyeong berubah sikap pada Joon Seo. Itu karena Jae Kyeong trauma pada persahabatan.

Jae Kyeong : Jika melihat itu, hal-hal yang terjadi saat itu aku berusaha untuk berpaling.  Aku pun seperti Joon Seo. Aku merasa tidak bisa bebas dari semua ingatan saat itu. Kalau melihatku hidup seperti ini.

Jae Kyeong lalu membenarkan semua itu.

Jae Kyeong : Benar. Memang benar.

Sang Eui : Lalu sekarang? Apa sekarang kau bisa bebas sepertiku?

Jae Kyeong : Entahlah. Semua temanku meninggal dan masuk penjara. Kau bilang semakin bebas? Balas dendam untuk Joon Seo yang kau bicarakan, mungkin Joon Seo tidak menginginkannya. Dua puluh tahun lalu ketika aku melaporkan kalian ke kantor polisi, tuduhan itu, bukan demi Joon Seo. Tapi aku melakukannya karena aku terjebak emosiku. Seolah itu adalah tuduhan untuk diriku sendiri.

Sang Eui : Aku tak berpikir begitu.

Jae Kyeong : Sekarang aku akan berusaha hidup seperti yang diharapkan temanku, Joon Seo. Jika Joon Seo masih hidup,  aku akan menjaganya. Bersama semua temanku yang tersisa sekarang. Kau juga coba pikirkan baik-baik di dalam. Joon Seo temanmu satu-satunya. Sosokmu yang seperti apakah yang diharapkannya.




Jae Kyeong kemudian pamit dan beranjak dari duduknya. Tapi Sang Eui melarang Jae Kyeong datang lagi.

Sang Eui : Jika aku terus mendengarkan ucapanmu, aku terus menyalahkan diriku seolah aku telah bersalah pada Joon Seo. Aku tak punya alasan untuk begitu.

Setelah itu, Sang Eui memberitahu Jae Kyeong nomor pin yang diketahui Tae Jin. Nomornya 0617, ulang tahun Ji Yeon.

Setelah memberitahu Jae Kyeong nomor pin yang dimiliki Tae Jin, Sang Eui pun kembali ke sel nya.


Jae Kyeong beranjak keluar. Sipir memanggil Jae Kyeong.

Sipir : Inspektur Kepala Jang Jae Kyeong. Anda mendaftar untuk bertemu Ki Chang Soo besok, kan?

Jae Kyeong : Ya.

Sipir : Dia menolak untuk bertemu dengan anda lagi kali ini. Sepertinya dia malu menemui anda.

Jae Kyeong : Tolong sampaikan padanya. Saya takkan biarkan dia dihukum atas sesuatu yang tidak dia lakukan. Tolong sampaikan bahwa seluruh kejadian telah dilaporkan. Dan sampaikan untuk menjaga dirinya.

Sipir : Baik.

Jae Kyeong pun pergi.


Ji Yeon mengunjungi Joon Seo bersama Jae Kyeong, Yoon Jin dan Joo Song. Ji Yeong menempelkan krisan putih di jendela lemari abu Joon Seo. Sambil menatap guci abu Joon Seo, Yoon Jin bilang baru 49 hari berlalu sejak Joon Seo pergi tapi sudah banyak hal yang terjadi.

Joo Song : Benar juga. Di upacara pemakamannya pun, ada banyak orang yang datang.


Jae Kyeong menatap foto persahabatan mereka di dalam lemari kaca perasaan campur aduk.


Mereka lalu keluar dari sanatorium bersama. Yoon Jin tanya, kapan Ji Yeon pindah. Ji Yeon bilang dua minggu lagi. Joo Song pun meminta Ji Yeon menghubunginya jika butuh bantuan.

Ji Yeon : Aku akan berkemas dan pindah.

Yoon Jin : Walau begitu, jika kau kesulitan sendiri, bicara padaku.

Ji Yeon : Ya.

Ji Yeon lantas pamit pada semuanya dan beranjak pergi.

Yoon Jin turun dari mobilnya sambil bicara di telepon dengan suara keras.

Yoon Jin :  Makanya, kalau Ketua sering bilang "tidak" atau "tidak tahu", bagaimana saya bisa menulis artikel?

Jae Kyeong menatap Yoon Jin.

Yoon Jin lantas mengode Jae Kyeong, ngasih tahu kalau dia beranjak duluan. Yoon Jin kemudian beranjak pergi setelah itu.

Yoon Jin : Bertemu untuk apa? Bicarakan saja lewat telepon. Kita selalu bertemu untuk mencoba menyelesaikannya.


Joo Song mengambil nozzle (selang pengisian BBM), sambil memperhatikan Yoon Jin.

Joo Song : Suaranya memang keras.

Jae Kyeong juga menatap Yoon Jin dan setuju dengan Joo Song.


Joo Song terus menatap Yoon Jin, sampe dia salah memasukkan nozzle. Jae Kyeong yang melihat itu, tertawa dan menyuruh Joo Song melakukan dengan benar. Joo Song pun tersadar dan memasukkan nozzle ke lubang tangki dengan benar.


Sambil menunggu bensin penuh, Jae Kyeong dan Joo Song menyusul Yoon Jin ke kafe SPBU. Jae Kyeong membawakan kopi untuk Yoon Jin seraya berkata kalau Yoon Jin belakangan ini sering muncul di artikel.

Yoon Jin : Dulu juga sering muncul, 'kan?

Jae Kyeong : Bukankah kalau seperti ini, kau akan pergi ke Seoul setelah menerima tawaran?

Yoon Jin : Hei. Mana ada yang semudah itu di dunia ini?

Joo Song : Tapi kau menerima anugerah reporter Anhyeon terbaik tahun ini, 'kan?

Yoon Jin : Ya, itu benar. Selama tak ada permintaan yang tidak adil atau tekanan dari luar. Kalian lihat konferensi pers Wali Kota Joo kemarin? Astaga. Kenapa bapak itu menangis? Siapa pun yang melihatnya akan mengira dia adalah korban.


Ponsel Joo Song berbunyi. Joo Song meraih ponselnya dan meraih alarmnya yang dia setel agar tahu tangki minyaknya udah selesai terisi apa belum.

Joo Song : Oh, sudah selesai.

Yoon Jin : Sudah?

Joo Song nunjukin layar ponselnya.

Yoon Jin : Ternyata cepat sekali.


Mereka pun beranjak menuju mobil. Tapi tiba2, Yoon Jin menghela nafas.

Joo Song yang mendengar helaan nafas Yoon Jin tanya, kenapa. Mereka pu berhenti di dekat mobil.


Yoon Jin menatap Jae Kyeong.

Yoon Jin : Tidak, uang asuransi benar-benar hangus, bukan?

Jae Kyeong : Jika kau mengatakan hal sama sekali lagi, itu menjadi 100 kali.

Yoon Jin : Apa aku akan punya kesempatan lain untuk menyentuh uang sebanyak itu? Bagaimana aku akan membawa putriku kembali?

Yoon Jin lalu bertanya pada Jae Kyeong, mereka masih punya kesempatan memiliki uang asuransi jika menangkap pembunuh Joon Seo, kan.

Yoon Jin : Apa kau tak menemukan apa pun?


Ponsel Jae Kyeong berdering. Telepon dari Soo Hyeon.

Jae Kyeong : Ya, Soo Hyeon. Ada apa?  Apa sudah ditangkap?

Mendengar itu, Yoon Jin pun menatap Jae Kyeong.

Jae Kyeong : Baiklah, aku kembali sekarang.


Yoon Jin pun langsung tanya ada apa setelah Jae Kyeong selesai menelpon. Jae Kyeong bilang hasil autopsi Joon Seo udah keluar dan meminta Joo Song mengantarnya ke kantor polisi.

Joo Song bengong dulu. Yoon Jin pun menyuruh Joo Song bergegas.


Di ruang interogasi, Soo Hyeon bersama rekannya tengah menginterogasi seketaris Presdir Won.

Jae Kyeong kemudian datang dan menghampiri Yeon Joo yang berdiri di ruang observasi.

Yeon Joo tanya keadaan Jae Kyeong dulu.

Jae Kyeong bilang dia jauh lebih baik.

Mereka lalu menatap seketaris Presdir Won.

Yeon Joo : Di bawah kuku jari Park Joon Seo, terdapat DNA orang itu. Anestesi ditemukan di dalam darah.


Yeon Joo memberikan hasil autopsi Joon Seo ke Jae Kyeong.

Jae Kyeong membacanya. Di sana tertulis ditemukan kulit orang lain di bawah kuku ibu jari korban.


Yeon Joo : Kau tahu itu siapa, 'kan? Sekretaris Ketua Won Chang Ho.

Jae Kyeong : Ya.

Yeon Joo : Dia memiliki catatan kriminal. Berkat ini, perbandingan DNA selesai dengan cepat, dan mudah untuk menangkapnya. Mudah pun memang sangat mudah.

Jae Kyeong : Apa maksudnya?

Yeon Joo : Kami pergi menangkapnya dan dia seperti seseorang yang menunggu. Mengikuti tanpa perlawanan. Bahkan baru sepuluh menit interogasi, sebagian besar sudah dia akui. Dia membunuh Park Joon Seo sesuai rencana Park Tae Jin. Lihat ini.


Yeon Joo menunjukkan buku catatan seketaris Presdir Won.

Yeon Joo : Ini ditulis rinci berdasarkan waktu.

Jae Kyeong membacanya. Di sana tertulis rincian rencana Tae Jin membunuh Joon Seo.

Jae Kyeong pun pergi menemui Presdir Won. Pelayan mengantarkan Jae Kyeong le Presdir Won yang lagi bersantai di ruang tengah. Melihat Jae Kyeong, Presdir Won langsung menyuruh Jae Kyeong masuk dan duduk. Jae Kyeong pun duduk dan menaruh buku catatan serta sebuah amplop di atas meja. Presdir Won menatap Jae Kyeong.

Presdir Won : Katanya kau putra anggota parlemen Jang Tae Jung?

Jae Kyeong langsung to the point.

Jae Kyeong : Tuan Park Hyu Jae, sekretaris anda, mengaku bersalah atas pembunuhan Park Joon Seo. Sebaiknya akui saja bahwa anda berkolusi dengan Park Tae Jin. Saya tidak bilang bahwa anda memerintahkannya.

Jae Kyeong melihat buku catatan Seketaris Park sejenak.

Jae Kyeong : Tapi, buku catatan yang selalu dibawa Park Hyuk Jae mengatakan hal berbeda.

Jae Kyeong lantas menatap Presdir Won.

Jae Kyeong : Sehari sebelum Joon Seo meninggal pada tanggal 22 Februari, Joon Seo datang mencari anda, bukan?


Jae Kyeong lalu menunjukkan layar ponselnya dan berkata dia tidak merekam pembicaraan mereka. Setelah itu dia mematikan ponselnya, lalu menaruh ponselnya di atas meja. Tak hanya itu, dia juga melepas jam tangannya dan menaruh jam tangannya di meja.

Jae Kyeong : Apa yang dia katakan saat dia datang? Mungkin tentang Chae Kyung Tae 20 tahun lalu... Apa dia bilang putra anda, Won Jong Soo yang membunuhnya?

Presdir Won ingat saat Joon Seo datang menemuinya.

Presdir Won menyuruh Joon Seo segera bicara jika ingin mengatakan sesuatu. Dia bilang dia sibuk.

Joon Seo : Jong Soo membuat narkoba di lantai bawah tanah gudang Yeongryun. Yang mengirimkan obat kepada Jong Soo adalah saya. Park Tae Jin menjual obat itu kepada pihak luar. Orang yang menjual obat itu adalah juga saya.

Presdir Won lantas berdiri. Dia tak terpengaruh omongan Joon Seo. Namun, saat Joon Seo menyebutkan soal pengembangan kota baru, dia menatap Joon Seo.

Joon Seo : Saat pengembangan kota baru Anhyeon 20 tahun lalu, satu dari enam rumah yang menentangnya, habis terbakar. Karena musibah itu, Chae Kyung Tae tewas terbakar. Tapi itu bukan kecelakaan.

Joon Seo lantas berdiri dan mengatakan bahwa Jong Soo lah yang membunuh Kyung Tae. Presdir Won terkejut mendengarnya.

Flashback end....


Presdir Won menaruh label nama Jong Soo di atas meja.

Presdir Won : Dari satu hingga sepuluh, itu semua tidak masuk akal. Sungguh konyol memberikan penanda nama ini sebagai bukti. Sekarang pun ini, kalau ada uang, bukankah kita bisa membuat ratusan buah?

Jae Kyeong : Jadi apa yang Joon Seo katakan?

Presdir Won : Tiba-tiba dia memintaku memanggil anak-anak dan membuat mereka membayar dosa-dosa mereka. Mereka… Dia memintaku untuk membantunya menjaga persahabatan mereka. Setelah itu, jika tidak melakukan apa yang dia katakan, dia bahkan mengancam akan mengungkap kejahatan mereka kepada dunia. Apa aku perlu duduk di sana untuk waktu yang lama? Saya pergi begitu saja tanpa melihat ke belakang dan hanya itu saja.


Namun Jae Kyeong tidak percaya dan menyangkal kata2 Presdir Won.

Jae Kyeong : Tidak. Tanggal 22 Februari jam 19.12. Apakah karena teringat ucapan Joon Seo, anda mengundang Park Tae Jin ke rumah? Anda harus memastikan bahwa mereka benar menjual narkoba. Bukan begitu?


Presdir Won pun ingat saat Tae Jin datang menemuinya.

Presdir Won : Katanya kau menjual narkoba. Apa itu benar?

Tae Jin kaget Presdir Won tahu dia jual narkoba.

Presdir Won : Park Joon Seo menemuiku. Katanya, dia menjual obat bersamamu. Besok jam setengah 12 malam, di lokasi konstruksi Piro-dong. Dia bilang akan memanggil Jong Soo dan kalian semua bersama. Sampai saat itu, sesali dosa-dosa kalian untuk diadili oleh hukum. Jika aku tidak bisa meyakinkan kalian, esok harinya, segala hal di dunia akan mengetahui semuanya.

Flashback end...


Jae Kyeong : Jadi, dia bilang apa?

Presdir Won : Tae Jin bilang, "Maafkan saya". Dia bicara begitu, lalu tiba-tiba... Dia bilang dia akan membunuh Joon Seo. Dia harus melenyapkan Joon Seo dan menutup semua ini. Setelah itu... Bagaimana dia akan menjadikannya bunuh diri, dia menjelaskan rencananya itu panjang lebar.

Jae Kyeong : Apa anda ingat rencana itu?

Presdir Won : Bagaimana aku mengingat semua itu? Itu cerita yang hanya asal perlu didengar.

Jae Kyeong : Jadi, anda bicara apa? Apakah anda bilang akan membantunya?

Presdir Won : Aku mengatakan kepadanya  untuk tidak melakukan itu. Aku yang menjadikan mereka berteman. Mana mungkin aku ingin melihat hal seperti itu?

Jae Kyeong : Maka di depan anda, Tae Jin mengatakan dia berencana menyingkirkan Joon Seo. Sekretaris anda menuliskan rencananya di sana-sini. Jadi anda menghentikannya? Kalau begitu, Tae Jin membuat rencana dengan sekretaris anda untuk membunuh Joon Seo?

Presdir Won : Saat itu aku seharusnya melarangnya lebih keras. Jika memikirkan itu sekarang, itu sangat menggangguku.

Jae Kyeong : Tidak. Anda memanggil Tae Jin bukan hanya untuk memarahinya karena menjual narkoba. Anda memanggilnya untuk mengatasi masalah ini.


Presdir Won ingat saat Tae Jin berlutut, memohon kepadanya.

Tae Jin : Saya melakukan dosa besar. Saya akan bertanggung jawab dan mengurus Joon Seo.

Presdir Won : Bagaimana?

Tae Jin : Apa?

Presdir Won : Bagaimana?

Tae Jin : Joon Seo, akan saya bunuh. Besok malam. Tolong suruh Joon Seo
untuk bertemu anda terlebih dahulu. Sekitar jam 23.00. Tempatnya di lokasi konstruksi Piro-dong. Di lantai 9.


Kita diperlihatkan flashback saat Joon Seo datang ke lokasi konstruksi Piro-dong. Begitu tiba, dia melihat lampu di lantai 9 menyala.

Ya, seseorang dengan sarung tangan hitam menyalakan lampu di lantai 9.


Joon Seo pun naik dan mencari2 Presdir Won begitu tiba di lantai 9.

Jae Kyeong : Pria yang menunggu Joon Seo di lantai 9 lokasi konstruksi adalah seketaris anda.

Tanpa Joon Seo sadari, Seketaris Park menunggunya di belakang.

Seketaris Park lalu menyergap Joon Seo. Dia membekap Joon Seo.

Jae Kyeong : Orang yang akan melaksanakan rencana Tae Jin adalah seketaris anda.

Joon Seo seketika pingsan karena dibekap dengan obat bius.


Setelah Joon Seo pingsan,Seketaris Park mematikan lampu di lantai 9.

Kemudian, dia melihat Jong Soo, Tae Jin dan yang lain datang.

Jae Kyeong : Lalu jam setengah 12, mereka tiba di lokasi konstruksi dan seketaris anda menyalakan lampu kembali di lantai 9.

Tae Jin yang melihat lampu menyala, memberitahu yang lain bahwa Joon Seo ada di lantai 9.


Jae Kyeong : Semuanya berjalan lancar. Tapi di sana muncul masalah.

Joon Seo sadar dan mencoba lari. Tapi Seketaris Park menangkapnya.

Jae Kyeong : Tae Jin bilang dosis anestesinya kecil hingga takkan terdeteksi saat autopsi. Tapi rencananya salah. Jadi harus memakai anestesi dalam dosis yang lebih besar di lokasi.

Seketaris Park berusaha membius Joon Seo lagi. Joon Seo melawan. Saat itulah, leher Seketaris Park terluka akibat dicakar Joon Seo karena Joon Seo melawan. Tapi, Joon Seo kalah. Seketaris Park berhasil membuatnya pingsan kembali.


Jae Kyeong lantas menunjukkan hasil autopsi Joon Seo ke Presdir Won.

Jae Kyeong : Jadi hasil autopsi muncul seperti ini. Saya lanjutkan?


Setelah Joon Seo pingsan, Seketaris Park melihat Tae Jin dan yang lain mulai menuju ke lantai 9. Ketika lift yang dinaiki Tae Jin tiba di lantai 4 atau 5, Seketaris Park menjatuhkan Joon Seo ke bawah.

Jae Kyeong : Pada akhirnya, sekretaris anda menjatuhkan Joon Seo lagi. Sesaat setelah lift mulai naik dari lantai satu, dia buru-buru memindahkan Joon Seo. Sesuai rencana Tae Jin. Saat melewati sekitar lantai 4 atau 5, dia mendorong Joon Seo ke lantai satu. Dan sesuai rencana, liftnya tidak naik lagi. Mereka turun ke lantai 1.

Tae Jin menghentikan lift begitu Joon Seo jatuh dan mengajak yang lain kembali ke bawah.

Flashback end...


Jae Kyeong : Tae Jin tidak bekerja sama dengan sekretaris anda yang telah 20 tahun membantu anda. Dia tak mungkin menuruti perintah Park Tae Jin untuk membunuh seseorang. Itu anda bukan? Anda memerintahnya untuk membunuh Park Joon Seo?

Presdir Won : Kenapa aku? Untuk apa?

Jae Kyeong : Krisis grup yang dibungkam langsung di depan mata, bisnis Piro-dong satu-satunya peluang bisnis yang bisa mengatasi masalah. Hal itu tak bisa dilepas karena Joon Seo. Dan putramu, Won Jong Soo, akan memimpin bisnis tersebut. Setelah terjerat kasus pembunuhan 20 tahun lalu, dia tak boleh dapat masalah karena narkoba. Terlebih, Park Tae Jin yang merencanakan bisnis kalian, membuat obat di Farmasi Geumhyung. Itu sungguh tidak masuk akal. Bukan begitu?

Presdir Won : Kau sudah selesai bicara?

Jae Kyeong : Anda yang beri perintah, bukan? Katakan padaku yang sebenarnya.

Presdir Won : Aku lelah sekarang. Kau bekerja keras untuk ini.


Presdir Won lalu beranjak ke mejanya untuk mengambil miras.

Presdir Won : Dia mencoba membuat itu tampak seperti bunuh diri, sepatunya pun dia lepas. Sekretarisku bahkan sudah aku libatkan dengan Park Tae Jin. Hebat sekali, 'kan? Aku puas dengan itu. Sekarang pergilah.


Jae Kyeong ingat pengakuan Tae Jin sebelum Tae Jin di-dor Sang Eui.

tae Jin : Sepatu yang ditemukan di lantai 9, itu tak ada dalam rencanaku. Orang yang bunuh diri dengan memakai sepatu pun, hanya ada separuhnya.


Jae Kyeong : Apa yang anda ucapkan barusan?

Presdir Won menatap Jae Kyeong, apa?

Jae Kyeong mendekati Presdir Won.

Jae Kyeong : Anda bilang, hingga melepas sepatunya juga diatur sebagai bunuh diri, bukan? Siapa?

Presdir Won mengklaim Tae Jin yang mengatakannya.

Jae Kyeong : Ternyata itu anda.

Presdir Won : Apa?

Jae Kyeong : Anda menyuruhnya melepas sepatunya dan mendorongnya dari pagar, bukan?

Presdir Won : Apa kau bilang?

Jae Kyeong : Karena Tae Jin mengatakan itu sebagai bunuh diri. Tidak. Tidak ada sepatu dalam rencana Park Tae Jin. Ternyata begitu. Setelah mendengar rencana Tae Jin, anda pikir ada sesuatu yang hilang.


Kita diperlihatkan flashback saat Presdir Won menyuruh Seketaris Park melepas sepatu Joon Seo.


Jae Kyeong : Agar seperti bunuh diri, melepas sepatu akan membuatnya tampak wajar. Jadi anda bilang pada sekretaris anda untuk melepas sepatu dan mendorongnya. Hal serupa juga diungkapkan sekretarismu. Saya tanya kenapa dia membawa sepatunya kembali ke lantai 9. Dia bilang dia disuruh Park Tae Jin. Tapi Park Tae Jin tahu bahwa separuh orang yang melompat bunuh diri tetap memakai sepatu. Sejak awal dalam benak Park Tae Jin, sepatu itu tidak penting. Tapi itu penting menurutmu. Kalau sudah seperti ini, apa perlu menyembunyikannya lagi?

Jae Kyeong terus menyudutkan Presdir Won.

Jae Kyeong : Ini rencana yang telah disiapkan untuk Jong Soo 20 tahun lalu. Karena Joon Seo mau menghancurkan segalanya, maka anda membunuh dia! Ya! Saya pun akan melakukan hal yang sama. Bagaimana anda hidup selama ini? Bagaimana anda mengelola perusahaan melewati masa krisis itu? Tapi bagaimana dengan Park Joon Seo yang tiba-tiba muncul dan mengancam anda dengan membicarakan persahabatan? Jadi anda tidak bisa diam melihatnya. Jadi anda mendengar rencana Tae Jin
dan melaksanakannya. Anda membunuh Park Joon Seo dengan menyuruh sekretaris anda, benar? Ini semua perintah dari anda!

Presdir Won yang tak tahan disudutkan, akhirnya keceplosan.

Presdir Won : Ya, itu memang aku! Joon Seo tak tahu bersyukur dan bertindak seenaknya. Setelah 20 tahun, bisnis yang kubangun akan runtuh. Haruskah aku diam begitu saja? Aku memanggil Tae Jin ke sini dan aku mendengarkan rencananya cukup baik. Aku menjalankannya apa adanya. Apa salahnya? Jika rencana Tae Jin tidak tepat, aku juga bermaksud berdiri di sana dan membunuh orang itu! Bagaimana dia bisa diam-diam mencari uang? Dia yang menjual narkoba hanya demi menjadi buruh.

Presdir Won lantas berhenti bicara karena sadar bahwa dia baru saja keceplosan.

Presdir Won kemudian menyuruh Jae Kyeong pergi.


Presdir Won : Kau sudah dengar semuanya, pergilah sekarang. Sayang sekali aku tidak bisa membuktikannya. Jika dengar sebanyak itu dari mulutku, itu sudah cukup. Seumur hidup, ini tidak perlu dipikirkan lagi.

Namun Jae Kyeong menunjukkan alat perekamnya pada Presdir Won.

Jae Kyeong : Saya mendengar tak ada orang di sampingmu. Ternyata benar begitu. Saya dengar sebelum masuk kemari pengunjung digeledah. Hari ini tak ada yang melakukannya. Selama 20 tahun bersamamu, tempat kosong sekretarismu, pasti terasa sangat besar.

Presdir Won : Ini curang.


Jae Kyeong : Tuan Won Chang Ho. Anda ditangkap karena dicurigai menghasut pembunuhan Park Joon Seo.

Presdir Won terdiam menatap Jae Kyeong.

Kita loncat ke dua minggu kemudian, dimana Jae Kyeong menemui dokternya.

Dokter : Pemeriksaan sudah selesai. Ini hari ke-50 anda berhenti menggunakan narkoba.

Jae Kyeong : Ya.

Dokter : Kata dokter, Rabu minggu depan anda perlu datang kembali. Kalau begitu, sampai jumpa minggu depan.


Di lantai bawah RS, Jae Kyeong melihat ada berita tentang Presdir Won dan Grup Geumhyung di TV.

Berita : Ketua Grup Geumhyung, Won Chang Ho, ditangkap atas tuduhan menghasut pembunuhan. Grup Geumhyung yang mengalami krisis keuangan hari ini mengajukan permohonan pengunduran diri kepada kreditor. Belum lama ini, putra Presdir Won Chang Ho, Direktur Won Jong Soo didesak untuk dipenjara karena tuduhan narkoba. Pemilik Grup Geumhyung akhirnya mengajukan pengunduran diri. Secara internal, kreditor melakukan peninjauan soal kebangkrutan. Akibatnya terjadi pengangguran skala besar dan kebangkrutan di sektor keuangan. Khawatir keadaan akan memburuk, peringatan semakin keras disuarakan.

Jae Kyeong lantas beranjak pergi.

Di toilet, Jae Kyeong membuang lemon ppong yang tersisa satu butir di dompetnya ke dalam kloset.

Setelah itu, dia menerima pesan dari asuransi.

Tak lama, dia mendapat pesan dari Yoon Jin.

Yoon Jin : Kau dimana? Kau juga dihubungi pihak asuransi, kan?

Jae Kyeong tersenyum membaca pesan dari Yoon Jin.

Jae Kyeong lantas menemui Hyun Woo. Hyun Woo yang baru pulang, terkejut melihat Jae Kyeong di rumahnya.

Mereka bicara diluar.

Jae Kyeong : Kau rajin ke sekolah?

Hyun Woo : Ya.

Jae Kyeong : Bergaullah dengan teman.

Hyun Woo : Saya punya banyak teman.

Jae Kyeong : Benarkah? Kau yakin?

Hyun Woo : Saya punya banyak.


Hyun Woo pun menunjukkan fotonya bersama teman2nya.

Setelah itu, dia menunjukkan fotonya bersama Joon Seo.


Jae Kyeong : Kau pernah ke rumah pemakaman Park Joon Seo?

Hyun Woo : Tidak. Saya harus tahu dulu di mana tempatnya.

Jae Kyeong : Aku akan berikan alamatnya. Sesekali pergilah ke sana agar dia tak bosan. Tidak jauh.

Hyun Woo : Baik.

Jae Kyeong : Jika kau butuh sesuatu, jangan ganggu nenekmu, hubungi saja aku. Pergi ke sekolah dengan membawa polisi akan sangat meyakinkan. Benar, 'kan?

Hyun Woo : Tapi, Paman Joo Song datang beberapa hari lalu dan menyuruh saya meneleponnya bila ada hal darurat. Katanya, dia akan bekerja sama dengan guru.


Lalu Joo Song datang bersama Yoon Jin.

Sekarang, Jae Kyeong, Yoon Jin dan Joo Song di perjalanan. Joo Song yang nyetir. Jae Kyeong duduk disamping Joo Song. Yoon Jin yang duduk di belakang, menghela nafas.

Mendengar helaan nafas Yoon Jin, Jae Kyeong dan Joo Song sama2 menatap Yoon Jin.

Jae Kyeong kemudian tertawa, aku kira kau senang mendapat uang asuransi, tapi kenapa begitu?

Yoon Jin : Itu dia. Uang sepuluh digit itu masuk memenuhi rekening bank. Tapi entah kenapa aku merasa tidak nyaman.

Yoon Jin lalu tanya bukankah Jae Kyeong harus ke kantor polisi.

Jae Kyeong : Tidak. Aku akan istirahat.

Joo Song : Apa kau sakit?

Jae Kyeong : Aku ingin bolos.

Joo Song : Ide yang sangat bagus.


Jae Kyeong kemudian tanya apa dia boleh makan ini. Rupanya Jae Kyeong melihat permen kopi di dekat dashboard mobil Joo Song. Joo Song pun mengizinkan. Jae Kyeong mengambil satu permen itu sambil menatap keluar jendela.

Jae Kyeong : Cuacanya bagus. Karena sudah sore aku ngantuk.

Joo Song : Oh, itu bisa membuatku terjaga.

Jae Kyeong mencobanya. Lalu dia bilang permennya enak.

Joo Song : Benar, 'kan.

Yoon Jin lantas menyuruh Jae Kyeong ikut mereka. Jae Kyeong tanya kemana. Yoon Jin bilang dia memutuskan membantu Ji Yeon berkemas untuk pindah.

Yoon Jin : Katanya dia seperti hidup lagi, jadi aku menerimanya. Mulai menempel padaku lagi, memanggilku "Kakak". Aku benci anak-anak seperti itu. Kenapa aku jadi kakaknya?

Jae Kyeong : Oke, ayo pergi.

Joo Song : Oke.

Joo Song : Yoon Jin.

Yoon Jin : Ya?

Joo Song : Kau tadi mau bilang apa? Sepertinya sekarang waktu yang tepat.

Jae Kyeong menatap Yoon Jin dan tanya apa itu.

Yoon Jin : Jika dapat uang asuransi, apa akan banyak kau pakai?

Jae Kyeong : Entahlah. Mungkin Si Jeong? Dia harus membesarkan anak-anaknya tanpa Yoon Ho, kan? Aku ingin memberikannya pada Si Jeong. Lalu sisanya masih belum kupikirkan.

Yoon Jin : Choi Ji Yeon. Karena dia sama sekali tak punya semangat hidup. Tak perlu banyak. Tapi bagaimana kalau membantunya memulai awal baru? Mungkin, jika kau memikirkannya, aku ingin melakukannya juga. Bagaimana?

Jae Kyeong : Bukan cuma membantu pindahan, kini ingin berbagi uang asuransi juga?

Yoon Jin : Tidak. Ini hanya... Benar. Karena pemikiran tiap orang mungkin berbeda. Sudahlah. Anggap saja kau tidak dengar.


Jae Kyeong bersender ke jendela.

Jae Kyeong : Cuacanya bagus.

Joo Song : Benar, cuacanya bagus.

Jae Kyeong : Kalian masih belum bisa memahami humorku.

Joo Song : Apa?

Jae Kyeong : Kalian belum mampu untuk memahami humorku.

Sontak lah Yoon Jin dan Joo Song pun tertawa saat paham kalau tadi Jae Kyeong cuma bercanda.


Sekarang, Jae Kyeong dan Joo Song tengah mengangkat barang2 berat keluar. Yoon Jin membantu Ji Yeon membalut pecah belah dengan kertas.

Yoon Jin : Kenapa tak ada mangkuk? Biasanya kau tidak memasak?

Ji Yeon : Banyak yang pecah.

Yoon Jin lantas memberitahu Ji Yeon bahwa uang asuransi sudah keluar.

Ji Yeon terdiam pada awalnya tapi kemudian dia bereaksi biasa saja dan hanya mengiyakan.

Sontak lah Yoon Jin heran, apa ini? Belum lama ini kau bilang layak mendapatkannya. Lalu kami, apa? Umpan katamu.

Ji Yeon  merasa malu : Hentikan.

Yoon Jin : Pasti ada uang di rekeningmu. Jae Kyeong juga katanya akan memberimu sedikit.

Ji Yeon : Aku masih tidak enak menerimanya.

Yoon Jin : Kami juga bayar pajak, 'kan. Setelah dikurangi ini dan itu, tak banyak yang tersisa. Aku tak bisa berikan lebih.

Ji Yeon : Bagaimana aku bisa terima itu?

Yoon Jin : Jangan begitu. Sudahlah. Jika orang tua memberikannya padamu, ucapkan saja terima kasih.

Ji Yeon : Terima kasih, Kakak.

Yoon Jin : Panggilan kakak darimu benar-benar... Karena terus mendengarnya, aku jadi menyukainya.


Joo Song yang lagi mengepak barang di rak, menemukan sebuah CD. Dia pun memanggil yang lain.

Joo Song : Hei, lihat ini.

Jae Kyeong melihatnya. Yoon Jin dan Ji Yeon mendekat. Yoon Jin tanya ada apa.

Joo Song menunjukkan CD itu. Itu CD berisi rekaman mereka saat libur musim panas 2005, di Pantai Busan.


Mereka berempat menonton video itu.

Yoon Jin : Sekarang aku bersama teman2 Audiophile datang ke Pantai Busan. Pantainya indah sekali.

Yoon Jin lalu mewawancarai Jae Kyeong.

Yoon Jin : Ah, Jae Kyeong-ah, apa kabar? Aku Oh Yoon Jin. Saat dewasa, kau akan jadi apa?

Jae Kyeong : Aku akan menjadi orang yang keren. Yoon Jin, kau nanti bukan reporter. Tapi harus jadi artis.


Lalu Joo Song lewat membawa gitar.

Yoon Jin : Joo Song, kau bisa main gitar?

Joo Song pun nyanyi.


Yoon Jin lalu menatap ke arah kamera.

Yoon Jin : Aku harus bilang apa? Saat dewasa, aku akan jadi reporter.


Yoon Jin kemudian memanggil Joon Seo. Joon Seo berbalik.

Yoon Jin : Tersenyumlah.

Joon Seo tersenyum.

Yoon Jin : Wah, ini bagus sekali.

Joon Seo : Kau senang pergi ke laut?

Yoon Jin : Aku senang. Joon Seo-ya, apa cita-citamu?

Joon Seo : Cita-cita? Hanya... aku hanya bersama dengan kalian di Audiophile. Bermain itu paling menyenangkan.


Melihat itu, Ji Yeon pun tersenyum dan menghapus tangisnya yang keluar.

Kamera menyorot wajah Yoon Jin, Joo Song dan Jae Kyeong yang menonton video Joon Seo dengan tatapan rindu.


Sekarang, Yoon Jin, Jae Kyeong dan Joo Song ada di pantai itu.

Joo Song : Apa tak berat? Biar aku yang bawa.

Joo Song mengambil alih tas besar Yoon Jin.

Yoon Jin : Terima kasih. Berkat Joon Seo, kita datang lagi ke sini. Tapi sudah 20 tahun satu pun tak ada yang berubah di sini. Benar, 'kan?

Jae Kyeong : Benar juga.

Joo Song : Tidak. Dulu tak ada hotel itu dan di belakang sini juga tak ada apa-apa. Ada beberapa apartemen di sana. Lalu, ombaknya juga sangat besar. Angin pun berubah menjadi angin yang sangat kencang. Pasirnya juga memiliki sedikit tekstur. Mungkin lebih lembut?

Joo Song lalu mengaku bahwa dia merindukan Joon Seo.

Mereka bertiga lalu sama2 menghela nafas.

Sontak lah ketiganya tertawa mendengar helaan nafas mereka yang kompak.

Yoon Jin : Apa ini? Tanahnya terhempas karena kita bertiga menghela napas.

Yoon Jin lantas tanya, menurut Jae Kyeong, apa keinginan terakhir Joon Seo.

Jae Kyeong : Dia pasti ingin masa-masa indah saat itu kembali lagi. Persahabatan kita masih seperti dulu. Seperti itulah persahabatan. Jika terlalu terobsesi dengan hal itu, bisa saling menyakiti. Ketika uang dan keserakahan terlibat, mulai saat itulah persahabatan berakhir.

Yoon Jin : Benar. Meskipun awalnya berteman, kita saling membantu dan menjaga satu sama lain. Tapi ada banyak kasus yang jadi memburuk seperti itu.

Joo Song : Kalau itu bukan persahabatan, sebaiknya disebut apa?

Yoon Jin : Koneksi?

Joo Song : Koneksi?

Yoon Jin : Ya. Koneksi.

Jae Kyeong : Bagaimana persahabatan kita? Kau tak ingin membuat koneksi?

Yoon Jin : Kita? Apa kekuatan kita untuk punya koneksi?

Joo Song : Ya, yang terbaik adalah minum-minum dan bergosip dengan teman.

Yoon Jin : Teman-teman. Bagaimanapun, Joon Seo telah menyatukan kita lagi. Lalu sambil melindungi persahabatan murni ini, aku hanya akan menua dengan anggun.

Joo Song : Apakah harus tetap menjadi persahabatan murni? Yoon Jin, bagaimana dengan cinta. Bukankah kita harus berkembang.

Yoon Jin langsung menegaskan, tidak bisa.


Joo Song pura2 berlutut, nembak Yoon Jin.

Sontak lah Yoon Jin malu dan menyuruh Joo Song berdiri.

Mereka tertawa.


Joo Song berdiri dan berdalih kalau dia cuma gatal.

Yoon Jin : Dasar.

Yoon Jin : Tapi apa yang kita lakukan di sini saat itu? Apa tak ada yang kau ingat?

Joo Song : Hei, kita membuat itu. Hari Sahabat.

Yoon Jin : Hari Sahabat?

Joo Song : Kau bilang begitu. Ada Hari Orang Tua, ada Hari Anak, kenapa tidak ada Hari Sahabat?

Yoon Jin : Aku bicara begitu?

Jae Kyeong : Lalu?

Joo Song : Lalu kau bilang hari ini saja. Jadi diputuskan di hari itu. Tapi karena kau pindah ke sekolah baru, kita tak pernah memperingatinya.

Jae Kyeong : Tanggal berapa kita datang kemari?

Yoon Jin : Bagaimana kita bisa ingat? Ya, 'kan?


Joo Song pun langsung membanggakan dirinya.

Jae Kyeong : Apa?

Yoon Jin : Jangan-jangan... Kau benar-benar mengingatnya?

Joo Song : Saat kita datang kemari itu adalah hari ulang tahun ibuku. Tapi tanpa bicara, kita datang ke Busan selama dua hari satu malam. Setelahnya, aku pulang ke rumah dan dipukuli. Joon Seo mengingatnya. Beberapa tahun lalu, dia datang ke kantorku pada saat makan siang. Dia bilang... "Joo Song. Kau tahu ini hari apa?"

Yoon Jin : Dia bilang begitu. Aku bilang, "Kenapa kau merayakan ultah ibuku?" Dia bilang bukan itu. Dia datang karena Hari Sahabat.

Mendengar itu, wajah Yoon Jin dan Jae Kyeong berubah serius.

Jae Kyeong : Joon Seo bilang itu Hari Sahabat, lalu datang mencarimu?

Joo Song : Ya, kenapa?

Jae Kyeong dan Yoon Jin pun saling bertatapan.


Sekarang, Joo Song dan Yoon Jin duduk. Yoon Jin memangku laptop. Sedangkan Jae Kyeong berdiri di dekat Yoon Jin.

Joo Song :  Hei, baterainya bukankah ini sisa sedikit?  Bagaimana jika tiba-tiba mati?

Yoon Jin menyuruh Joo Song diam dan coba mengingat alamat trading yang sempat dia lihat saat ketemuan dengan Tae Jin di warnet.

Yoon Jin ingat dan mulai menuliskan alamat web trading.


Setelah itu, Yoon Jin menyuruh Jae Kyeong menuliskan nomor pin Tae Jin.

Jae Kyeong merasa tidak enak hati. Yoon Jin menyuruh Jae Kyeong bergegas.

Jae Kyeong menuliskan nomor pin Tae Jin yaitu ulang tahun Ji Yeon.

Setelah itu, Yoon Jin tanya Hari Sahabat tanggal berapa.

Joo Song malah bengong.

Yoon Jin : Hei, sadarlah. Kau yakin Hari Sahabat adalah hari ulang tahun ibumu?

Joo Song : Ya, aku yakin.

Joo Song pun menuliskan 4 pin terakhir yaitu ulang tahun ibunya.

Joo Song : Bulan Juli, tanggal 24.

Yoon Jin pun bersiap menekan enter namun dia tak bisa karena gugup dan menyuruh Jae Kyeong yang menekannya.

Jae Kyeong : Tapi apa kita, harus seperti ini?

Yoon Jin : Tekan sekali saja.

Jae Kyeong menarik napas sebelum akhirnya menekan enter.


Tak lama, wallet nya terbuka!!

Sontak lah Jae Kyeong, Yoon Jin dan Joo Song bersorak girang.

Mereka berhasil mendapatkan uang hasil penjualan narkoba yang diributkan Tae Jin selama ini.

TAMAT...



EmoticonEmoticon