All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : Connection
Sebelumnya : Connection Eps 5 Part 2
Selanjutnya : Connection Eps 6 Part 2
Woo Sung masih di depan apartemen Ji Yeon. Tak lama, Yoon Jin datang. Yoon Jin tanya, dari kapan Jae Kyeong masuk. Bukankah sudah lebih dari setengah jam. Woo Sung bilang, sudah lebih dari itu. Tak lama, mereka melihat kedatangan Tae Jin. Sontak lah Yoon Jin makin resah.
Tae Jin menekan sandi pintu. Ji Yeon yang mendengar suara digit pintu dipencet, langsung tegang karena ada Jae Kyeong di sana. Dia tahu itu Tae Jin. Jae Kyeong menatap ke pintu, menunggu seseorang diluar masuk. Tak lama, Tae Jin membuka pintu dan terkejut melihat Jae Kyeong.
Jae Kyeong pun menatap Ji Yeon dengan penuh tanda tanya di kepalanya, setelah itu, dia kembali menatap Tae Jin dengan tatapan heran. Dia lantas bertanya, bagaimana Tae Jin bisa tahu sandi rumah Joon Seo.
Tae Jin : Aku tahu apa yang kau pikirkan.
Di tengah kebingungannya menjelaskan kenapa dia bisa tahu sandi rumah Joon Seo, Ji Yeon pun buru-buru mengatakan kalau dia yang ngasih tahu Tae Jin sandi rumahnya. Ji Yeon bilang dia buru-buru ke rumah sakit setelah mendengar kabar suaminya.
Ji Yeon : Lalu Jaksa Park ingin datang ke sini untuk memastikan apakah ada surat wasiat karena diduga suamiku bunuh diri.
Mendengar itu, Tae Jin ikut berbohong.
Tae Jin : Ji Yeon-ah, aku sudah menyuruhmu menggantinya. Tadi aku coba-coba, ternyata masih sama. Apa kau ingin aku bantu menggantinya?
Ji Yeon : Tidak, aku saja yang ganti.
Tae Jin : Baiklah.
Jae Kyeong Kau masuk hanya untuk cek laptopnya? Kenapa?
Tae Jin : Aku penasaran apakah ada kemungkinan lain selain bunuh diri. Mungkin saja ada surat wasiat. Tak perlu ada polisi yang keluar-masuk. Lebih baik aku yang masuk karena kenal dengannya.
Jae Kyeong : Lalu, kenapa bertamu jam segini?
Tae Jin : Jam segini? Ini jam pegawai negeri pulang kerja. Memangnya ini waktu khusus?
Jae Kyeong : Makanya aku tanya, kenapa kau ke sini?
Tae Jin : Ji Yeon penasaran dengan proses berlangsungnya kasus ke depannya. Aku bilang akan datang jika ada waktu. Makanya aku datang hari ini. Cukup?
Tae Jin kemudian balik tanya, kenapa Jae Kyeong di sana.
Jae Kyeong tak menjawab dan pamit pada Ji Yeon. Tapi, Tae Jin menghalangi Jae Kyeong. Jae Kyeong menyuruh Tae Jin minggir. Tae Jin gak mau dan tetap kekeuh pengen tahu kenapa Jae Kyeong di rumah Joon Seo. Jae Kyeong menyuruh Tae Jin minggir. Tae Jin pun terpaksa minggir. Jae Kyeong beranjak pergi.
Tak mau Jae Kyeong mencurigai mereka, Ji Yeon pun mengeraskan suaranya agar Jae Kyeong yang belum benar-benar pergi bisa mendengar.
Ji Yeon : Jaksa Park, terima kasih sudah meluangkan waktu, tapi ini sudah malam dan aku lelah. Lain kali kita bertemu di luar saja.
Tae Jin : Itu lebih baik.
Jae Kyeong mendengar itu dan percaya. Dia lalu beranjak pergi. Di belakang Jae Kyeong, ada Tae Jin. Mereka sama-sama menuju ke lift. Di lift, Jae Kyeong tanya alasan Tae Jin menemui Ji Yeon.
Jae Kyeong : Apa kau datang karena ingin tanya sesuatu? Apa kau menemukan sesuatu?
Tae Jin : Apa?
Jae Kyeong : Kau bilang itu kasus bunuh diri. Aku penasaran ada apa dalam proses itu sampai kau harus menjelaskan langsung.
Tae Jin : Autopsi sudah dilakukan dan Ji Yeon merasa khawatir.
Jae Kyeong tak bertanya lagi.
Mereka berdua keluar. Woo Sung dan Yoon Jin melihat mereka dari dalam mobil. Jae Kyeong pun terus memperhatikan Tae Jin, sampai Tae Jin benar-benar pergi. Setelah Tae Jin pergi, barulah Jae Kyeong beranjak pergi.
Yoon Jin kesal sendiri melihat Jae Kyeong yang gak peka. Dia bilang, bukankah sudah jelas itu perselingkuhan jika pria datang malam hari ke rumah seorang wanita. Woo Sung pun menjawab kalau Jae Kyeong juga datang saat malam. Sontak lah Yoon Jin sewot, dasar kau ini!
Tiba-tiba, Woo Sung melihat sesuatu dan menyuruh Yoon Jin merunduk. Yoon Jin tanya, kenapa? Woo Sung pun menunjuk yang dilihatnya. Yoon Jin melihat apa yang dilihat Woo Sung. Ternyata, Woo Sung melihat Ji Yeon yang hendak pergi. Yoon Jin curiga Ji Yeon janjian sama Tae Jin.
Yoon Jin : Woo Sung-ah, kita buntuti dia.
Woo Sung : Baik.
Kita beralih ke Kantor Polisi Anhyeon, dimana Jae Kyeong baru saja tiba unitnya. Tapi hanya ada Chang Soo datang. Melihat Jae Kyeong, Chang Soo menegur Jae Kyeong. Chang Soo bilang, anda sudah datang? Jae Kyeong masih dengan sikap dinginnya tanya, dimana yang lain? Chang Soo bilang mereka pergi makan.
Jae Kyeong lantas berbalik dan bertanya tentang Bos Yoon. Chang Soo bilang dia sudah cari tahu tapi tidak ada informasi yang berarti. Jae Kyeong pun mendekat. Sikapnya masih dingin, bagaimana dan dimana kau mencari tahu? Chang Soo bilang dia coba bertanya ke orang-orang yang berbisnis sabu-sabu tapi mereka bilang baru pertama kali mendengar nama itu.
Chang Soo : Ada kemungkinan dia selalu mengganti namanya. Ini sering dilakukan mereka yang terjun di dunia narkoba.
Jae Kyeong : Hanya itu?
Chang Soo : Saya akan mencari tahu lagi.
Jae Kyeong pun kembali beranjak ke mejanya. Chang Soo memanggilnya, Kapten Jang. Apa saya melakukan kesalahan? Mendengar pertanyaan Chang Soo, Jae Kyeong menghentikan langkahnya. Chang Soo mengatakan, sikap Jae Kyeong padanya berbeda sejak beberapa hari lalu. Dia sudah coba memikirkannya berulang kali tapi tetap tidak bisa mengerti.
Jae Kyeong pun kembali mendekati Chang Soo sambil bertanya, hari terjadinya kebakaran di rumah Lee Myeong Guk, kau tidak menjaga TKP dan langsung kembali ke kantor, kan? Chang Soo membenarkan. Jae Kyeong tanya, kenapa?
Chang Soo : Hari itu saya lihat mobil yang buru-buru pergi. Selain itu, api sudah padam dan identifikasi butuh waktu lama. Jadi saya mengejar mobil itu. Tapi kemudian, saya lihat mobil itu pergi ke kantor polisi.
Mendengar itu, Jae Kyeong mulai curiga Chang Soo melihat apa yang dia lakukan hari itu.
Jae Kyeong : Lalu? Kau masuk ke kantor?
Chang Soo : Ya.
Jae Kyeong : Saat kau datang...
Jae Kyeong terdiam sejenak sambil menatap Chang Soo dengan tatapan nanar.
Jae Kyeong : .... bagaimana situasi saat itu?
Chang Soo : Tidak ada orang di dalam.
Jae Kyeong kaget, apa?
Chang Soo : Ketika saya masuk, tidak ada orang di kantor. Tapi sekitar meja Soo Hyeon sangat berantakan.
Kita diperlihatkan flashback meja Soo Hyun yang berserakan.
Jae Kyeong : Lalu?
Chang Soo : Saya membereskan tempat itu dan pergi mengecek CCTV.
Jae Kyeong : Untuk apa?
Chang Soo : Saya mencari di mana anda. Kondisi kantor juga aneh.
Jae Kyeong : Tapi...
Chang Soo : Tapi entah kenapa rekaman pada waktu tersebut rusak. Saya sudah memanggil petugas untuk memperbaikinya. Tapi tak bisa dipulihkan.
Jae Kyeong bingung sendiri.
Chang Soo merasa bersalah. Dia bilang, seharusnya saya mengatur TKP di rumah Lee Myeong Guk dengan baik. Jadi saya pikir saya bersalah karena langsung pergi. Seperti anda lihat saya punya banyak kekurangan...
Jae Kyeong : Tidak. Bukan seperti itu. Jangan dipikirkan. Sepertinya aku jadi sensitif karena agak lelah.
Jae Kyeong pun pergi.
Ji Yeon menepikan mobilnya dan parkir tepat di depan sebuah kafe. Melihat Ji Yeon berhenti, Yoon Jin menyuruh Woo Sung berhenti juga. Woo Sung pun menghentikan mobilnya tak jauh dari mobil Ji Yeon. Mereka lalu melihat Ji Yeon masuk ke kafe.
Woo Sung menoleh ke sampingnya. Dia pun langsung memberitahu Yoon Jin.
Woo Sung : Sunbae.
Yoon Jin menoleh, ya?
Woo Sung menunjuk ke samping Yoon Jin, di sana.
Ternyata ada Tae Jin di dalam kafe. Tae Jin mengambil spot di dekat jendela. Sontak lah Yoon Jin tertawa kesal melihatnya. Yoon Jin kemudian tanya, Woo Sung-ah, kau bawa kamera, kan? Woo Sung bilang tentu saja dan bergegas mengambil kamera di jok belakang.
Woo Sung, ini.
Woo Sung ngasih kameranya ke Yoon Jin.
Yoon Jin mulai memotret mereka.
Dia pun jadi makin kesal melihat Tae Jin tersenyum saat Ji Yeon datang.
Kamera lantas menyorot Woo Sung yang makan Permen Kopiko. Yoon Jin melihat Woo Sung, lalu dia tanya, apa itu. Woo Sung bilang dia butuh kafein. Yoon Jin pun berkata, memangnya cuma Woo Sung yang butuh kafein. Woo Sung pun membagi permennya.
Woo Sung : Aku masuk, ya?
Woo Sung pun keluar dari mobil sambil menyandang tas di punggungnya. Di lehernya, tergantung headphone. Begitu masuk, Woo Sung menunggu pesanannya di meja counter, sambil sesekali menatap ke arah Tae Jin dan Ji Yeon. Tak lama pesanannya datang dan Woo Sung langsung beranjak ke meja di depan Ji Yeon.
Ji Yeon yang takut pembicaraan mereka dikuping, menawarkan Tae Jin untuk pindah meja. Tae Jin pun mengarahkan telapak tangannya ke Ji Yeon, menyuruh Ji Yeon menunggu sebentar. Tak lama, Tae Jin menyuruh Ji Yeon melihat pria itu. Ji Yeon melihat pria itu memakai headphone
Ji Yeon : Kenapa kau tiba-tiba datang ke rumah?
Tae Jin : Aku juga tidak tahu Jang Jae Kyeong akan datang. Seharusnya kau mengirimi aku pesan.
Ji Yeon : Tadi itu tidak aneh, kan? Dia tidak curiga, kan?
Tae Jin : Kita sudah melewatinya. Dia datang untuk apa?
Ji Yeon : Entahlah. Dia izin melihat laptop atau hard disk. Lalu mengecek berbagai video.
Tae Jin : Video? Video macam apa?
Ji Yeon : Aku juga melihat bersamanya. Tapi hanya saat Joon Seo bersama Yoon Hee atau saat dia pergi wisata. Entah apa maunya, tapi sepertinya dia tak menemukan apa-apa.
Tae Jin : Jangan dipikirkan. Cuma itu caranya. Alih-alih itu, apa kau sudah memikirkannya?
Ji Yeon : Tentang apa?
Tae Jin : Yang aku bicarakan sebelumnya. Soal melarikan diri bersama?
Ji Yeon : Kau tidak bercanda?
Tae Jin : Aku sedang tak bercanda.
Ji Yeon : Lantas, siapa yang bercanda? Padahal belum lama ini kau datang minta nomor PIN itu dan mencekikku. Sekarang kau mengajakku pergi?
Yoon Jin yang mendengar itu, bingung sendiri.
Yoon Jin : Nomor PIN? Mencekik?
Tae Jin : Aku sudah minta maaf padamu atas kejadian waktu itu. Jangan bahas itu lagi.
Ji Yeon : Kalau aku memberi tahu PIN itu apa kau akan pergi bersamaku?
Tae Jin : Ya.
Ji Yeon : Kau mau berhenti jadi jaksa dan kabur bersamaku. Tapi kenapa kau tak mau bercerai? Bukankah itu urutannya? Bercerailah. Aku akan memberi nomor PIN itu dan ikut ke mana pun kau pergi.
Tae Jin : Aku akan bercerai, tapi bukan seperti itu urutannya. Perceraian tak bisa dilakukan dalam sehari. Lagi pula, kalau kita pergi ke luar negeri itu akan membuatnya minta bercerai. Apa pentingnya hal itu?
Ji Yeon : Tentu saja penting. Aku tak ingin menjadi wanita pezina yang bergaul dengan pria beristri meski sehari. Sebelum kau memberi cap pada dokumen perceraian, aku akan tetap bungkam.
Tae Jin : Ulurkan tanganmu.
Ji Yeon mengulurkan tangannya.
Tae Jin memegang tangan Ji Yeon.
Tae Jin : Ji Yeon-ah, aku mencintaimu. Hal terpenting untuk kita saat ini adalah kejujuran satu sama lain. Kejujuranku tidak akan berubah. Hal yang berharga bagiku untuk saat ini dan di masa depan adalah .dirimu. Uang yang ada di dalamnya sekarang milikku dan kau yang punya nomor PIN itu. Uang yang cukup untuk kita memulai di mana saja. Karena itu, kita harus sedikit lebih cerdik.
Ji Yeon : Beri aku waktu lagi. Ini bukan keputusan mudah untukku.
Tae Jin mengerti.
Tae Jin : Mau keluar sekarang? Ayo kita makan makanan enak.
Tae Jin dan Ji Yeon pun mulai beranjak sambil bergandengan tangan. Woo Sung diam saja. Yoon Jin mengomel, sedang apa? Kau tak mengikutinya? Woo Sung bilang mereka bisa ketahuan jika dia langsung mengikutinya. Yoon Jin pun kesal.
Jae Kyeong datang melayat. Dia memberikan penghormatan terakhirnya untuk pemilik penggilingan yang tewas dibunuh Yoon Ho. Pemilik penggilingan meninggal seorang istri dan anak laki2 yang masih remaja. Setelah memberikan penghormatan terakhir, Jae Kyeong menatap foto pemilik penggilingan. Wajah Jae Kyeong memancarkan rasa bersalah.
Jae Kyeong juga memberikan penghormatan bagi keluarga yang berduka.
Istri dan anak pemilik penggilingan menunjukkan terima kasih nya atas kedatangan Jae Kyeong.
Usai melayat, Jae Kyeong beranjak keluar dari ruang duka. Dia terdiam sebentar menatap ke arah foto pemilik penggilingan. Setelah itu, dia menatap Yeon Joo yang menunggunya diluar.
Di mobil, Yeon Joo tanya apa Jae Kyeong sudah sarapan?
Yeon Joo : Aku agak lapar karena belum makan. Tapi makan semangkuk sup daging saat melayat ke rumah duka korban, sepertinya tak pantas. Mau makan gukbap?
Jae Kyeong menyalahkan dirinya.
Jae Kyeong : Kalau tidak ada aku, orang itu takkan mati.
Yeon Joo : Untuk apa menyalahkan diri? Kau harus menangkap pelakunya.
Jae Kyeong : Pelakunya mengawasiku di sekitar situ. Gara-gara aku, dia jadi tahu bahwa di sana ada CCTV. Dia tahu aku akan kembali ke mobil dan mengincar sela waktu itu.
Yeon Joo : Jae Kyeong-ah, apa ada yang kau sembunyikan dariku? Apa yang kau selidiki sudah kau kerjakan dengan baik. Aku cuma mengawasi karena takut mengganggu. Tapi kau seperti ini saat mayat Lee Myeong Guk ditemukan. Aku pun merasa sedikit janggal. Kalau ada yang mengganjal, ceritakan saja padaku. Berkeluh kesah sendiri tak akan selesaikan masalah. Ungkapkan saja semua pada orang di kantor yang membuatmu tak suka. Tentang kau yang ikut campur kasus lain karena mengincar uang asuransi atau jadi sombong setelah naik pangkat. Apa benar kau begitu? Bukankah aku harus tahu sesuatu agar bisa membelamu?
Jae Kyeong pun akhirnya bicara jujur, tapi tidak soal dirinya yang kecanduan lemon ppong.
Jae Kyeong : Informasi transaksi lempar yang ada di stasiun kereta bawah tanah. Informasi itu dari temanku yang mati.
Yeon Joo : 1882? Juga Dokter itu?
Jae Kyeong mengangguk.
Jae Kyeong : Jadi, Lee Myeong Guk yang ditemukan dalam keadaan tewas adalah peneliti Farmasi Geumhyung. Dia dan Park Joon Seo adalah anggota klub waktu SMA.
Yeon Joo : Kenapa Farmasi Geumhyung terlibat di sini?
Jae Kyeong : Direktur perusahaan itu, jaksa yang memeriksa jasad Park Joon Seo pertama kali, lalu aku dan Reporter Oh Yoon Jin yang tercantum di surat wasiat itu... Kami semua adalah teman sekelas waktu SMA.
Yeon Joo : Kalau begitu, mendiang temanmu yang memberi tahu tentang Lemon Ppong itu, direktur Farmasi Geumhyung dan jaksa yang menjabat wakil kepala saat ini, semuanya berhubungan?
Jae Kyeong mengangguk.
Yeon Joo : Pantas saja kau menyimpannya sendiri. Apa kau masih belum dapat alur kasus ini?
Jae Kyeong : Aku punya keyakinan atas itu, tapi sulit membuktikannya.
Yeon Joo : Yoo Kyeong Hwan ingin menyederhanakan kasus bunuh diri temanmu, mayat Lee Myeong Guk, dan pembunuhan tempat penggilingan, terpisah seperti itu. Apa kau mau terus menyelidiki kasus ini?
Jae Kyeong : Ya.
Yeon Joo : Aku tidak bisa memberi izin, tapi aku akan membiarkanmu soal yang tadi.
Jae Kyeong : Ada satu hal lagi yang harus anda biarkan.
Di Pusat Pengandali CCTV, dua orang operator CCTV tengah memantau rekaman CCTV. Tak lama, Yeon Joo datang membawa kopi. Operator CCTV yang senior kaget sekaligus heran Yeon Joo tiba-tiba mampir.
"Tumben datang ke sini." ucapnya.
"Astaga. Apanya yang tumben? Ambil." jawab Yeon Joo, lalu memberikan kopinya.
Operator yang junior mengambil kopi dari tangan Yeon Joo.
Operator senior pun berkata, bahwa itu kopi yang sangat berharga. Minum kopi yang dibelikan oleh Kapten Jung adalah hal yang hampir mustahil. Aku tak menyangka akan mendapatkannya sebelum pensiun.
Yeon Joo : Astaga, kau ini. Dasar. Kau sibuk?
Operator senior : Tidak.
Yeon Joo : Kalau begitu, kita bicara sebentar.
Mereka bicara di ruangan operator senior. Operator senior tanya kenapa wajah Yeon Joo terlihat mengerikan begitu. Yeon Joo pun menyebut nama Jae Kyeong.
Operator senior : Jang Jae Kyeong? Dia masih belum mendapatkan kembali pistolnya. Sampai kapan harus aku menahan diri karena dia menyalahi aturan?
Yeon Joo : Sampai aku bilang padamu untuk berhenti menahan diri.
Sekarang, Jae Kyeong dan Yeon Joo sudah di meja mereka masing2. Yeon Joo yang duduk di belakang Jae Kyeong, memberitahu Jae Kyeong dengan berbisik, kalau paling lama 10 hari.
Yeon Joo : Akan ada pemeriksaan umum senjata dan amunisi Senin depan. Maka sebelum itu kau harus menemukan pistol itu dan mengembalikannya. Ini hal terbaik yang bisa aku lakukan.
Tangan Jae Kyeong gemetar lagi. Gejala narkomaniaknya kembali muncul. Jae Kyeong pun langsung menggenggam erat tangannya yang gemetar.
Tiba2, ponselnya berbunyi. Jae Kyeong menjawab. Ternyata dari Petugas Stasiun Balai Kota Anhyeon.
"CCTV yang anda lihat saat itu. Apa kita bisa bertemu sebentar?"
Sekarang, petugas yang menelpon Jae Kyeong, tengah menunjukkan rekaman CCTV yang waktu itu Jae Kyeong lihat. Rekaman saat dua orang pria membawa Jae Kyeong ke peron. Petugas lantas mem-pause rekaman itu tepat saat dua orang pria yang membawa Jae Kyeong terjatuh.
Petugas : Anda lihat?
Jae Kyeong : Bukannya itu rekaman yang pernah saya lihat?
Petugas : Benar, tapi...
Petugas memperbesar gambar dari rekaman video tersebut.
Petugas : Terlihat, kan?
Jae Kyeong : Apa ini?
Petugas : Sebentar. Waktu itu...
Petugas langsung beranjak dari duduknya dan mencari sesuatu di lacinya.
Petugas : ... saya buka sebentar untuk memeriksa pintu kasa sebelum kereta beroperasi. Di sini rupanya. Kemarin saya ke sana lagi dan lihat benda ini jatuh di rel.
Petugas memberikan alat pendengaran ke Jae Kyeong.
Di kantor, Yoon Jin dan Woo Sung sama2 mendengarkan lagi rekaman pembicaraan Tae Jin dan Ji Yeon di kafe. Tae Jin bilang, uang yang ada di dalamnya sekarang miliknya dan yang punya nomor PIN itu adalah Ji Yeon. Uang yang cukup untuk mereka memulai dimana saja. Yoon Jin melepas earphone nya. Begitu pun dengan Woo Sung.
Yoon Jin : "Sekarang milikku dan kau yang punya nomor PIN itu."
Woo Sung : Tapi kenapa dia minta nomor PIN pada Wanita Angin? Apa Park Tae Jin tidak tahu?
Yoon Jin : Benar juga. Sepertinya itu uang yang sangat banyak.
Woo Sung : Tapi cuma Wanita Angin yang tahu uang apa itu, rekening yang mana dan PIN-nya. Karena itukah Park Tae Jin bingung sendiri?
Yoon Jin : Yang jelas asal uang itu mencurigakan. Lalu, pemilik asli rekening ini adalah Park Tae Jin.
Woo Sung : Apa?
Yoon Jin : Dia bilang begitu. Coba dengar percakapannya. Wanita Angin tidak tahu berapa jumlah uang itu sekarang. Dengar. Park Tae Jin bilang itu uang yang cukup untuk memulai di mana saja. Tapi tak menyebut jumlahnya. Ucapan itu menekankan bahwa Wanita Angin tidak tahu ini rekening apa. Dia juga tidak tahu dari mana uang ini muncul. Makanya, meski dia tahu nomor PIN-nya, uangnya tidak bisa diambil dan dia tidak tahu jumlahnya.
Woo Sung : Tapi kalau pemilik rekeningnya Park Tae Jin, kenapa dia tidak tahu nomor PIN-nya?
Yoon Jin juga tidak tahu jawabannya.
Jae Kyeong pergi ke toko alat bantu dengar membawa alat bantu dengar yang diserahkan petugas Stasiun Balai Kota Anhyeon padanya. Pemilik toko tanya, darimana Jae Kyeong mendapatkan itu. Jae Kyeong bilang dari TKP. Jae Kyeong lantas menunjukkan tanda pengenalnya sebagai polisi. Pemilik bilang, di Kota Anhyeon,benda itu hanya bisa didapat di tokonya.
Pemilik : Ini benar produk kami.
Jae Kyeong : Apa banyak orang yang pakai alat bantu ini?
Pemilik : Tidak banyak yang pakai. Belakangan ini, semua orang suka yang lebih kecil dan ringan.
Jae Kyeong : Apa saya bisa tahu siapa saja yang membelinya?
Pemilik : Kemarin dia ke sini. Dia bilang, yang sebelah hilang dan minta dilengkapi. Tapi saya tidak tahu nama atau nomor teleponnya.
Jae Kyeong : Bagaimana penampilannya?
Pemilik : Apa maksudmu? Dia kelihatan seperti senang bikin masalah di sana-sini. Dia akan datang lagi. Biasanya mereka datang lagi untuk mengatur volume suara.
Adegan berlanjut pada Yoon Jin yang menaruh ramyeon dan gimbap segitiga di meja kasir. Kasir bilang, dia sudah menduga Yoon Jin akan datang. Lalu dia mengambil sosis dibawah meja kasir.
Kasir : Lihat. Sudah aku siapkan.
Yoon Jin : Terima kasih.
Sekarang, Yoon Jin duduk di dekat jendela. Laptopnya dia biarkan menyala di atas meja. Disamping laptopnya, ada makanan yang dia beli tadi. Yoon Jin lantas menuliskan nama Joon Seo serta nomor PIN dan juga nama Ji Yeon dan Tae Jin di catatannya. Kemudian dia memikirkan hal itu.
Tiba2, dia teringat Jae Kyeong. Dia lantas mengirimi Jae Kyeong pesan.
Yoon Jin : Sedang apa? Kau sudah makan?
Jae Kyeong : Sudah, kenapa?
Yoon Jin : Aku cuma penasaran kau sedang apa. Jae Kyeong-ah, kenapa kau pergi</i>
ke rumah Choi Ji Yeon?
Jae Kyeong : Mencari sesuatu.
Yoon Jin : Apa kau menemukan sesuatu?
Jae Kyeong : Tidak. Bagaimana kau bisa tahu aku pergi ke sana?
Yoon Jin : Kemarin Joo Song menurunkanmu di sekitar situ, kan? Jadi aku berasumsi saja. Tubuhmu baik-baik saja? Apa kau tak memikirkan obat itu?
Jae Kyeong : Masih baik-baik saja. Sudah, kau kerja saja.
Yoon Jin sewot membaca chat Jae Kyeong.
Yoon Jin : Astaga. Bagaimana bisa aku tak peduli? Yang sedang kau bawa itu bom waktu. Dasar.
Yoon Jin lalu membalas pesan Jae Kyeong.
Yoon Jin : Tetap saja, kau harus segera hubungi aku kalau tidak enak badan. Katamu kau tidak mau ke rumah sakit sebelum kasus terpecahkan. Makanya aku seperti ini.
Jae Kyeong : Baiklah. Omong-omong, bagaimana dengan kasus Park Bok Rye?
Yoon Jin : Aku bermaksud menghubungi putranya lagi. Aku akan meneleponmu kalau dapat sesuatu. Jang Jae Kyeong, kau juga telepon aku! Kau jangan simpan semuanya sendiri.
Jae Kyeong : Aku mengerti.
*Ini kenapa mimin jadi baper yaa, padahal Yoon Jin-Jae Kyeong cuma chat2an loh.... Boleh gak sih berharap ada love line di antara mereka di akhir? Kan mereka dari dulu saling suka. Cuma si Jae Kyeong aja kurang gercep.
Adegan beralih ke Farmasi Geumhyung, dimana Jong Soo yang tengah mempelajari dokumen tiba-tiba aja merasa gelisah. Jong Soo pun melonggarkan dasinya dan berhenti sejenak. Kemudian Chi Hyeon masuk setelah mengetuk pintu. Chi Hyeon memberitahu bahwa sudah waktunya untuk rapat.
Jong Soo mengerti dan bangkit dari duduknya. Saat mau beranjak, tiba-tiba aja Jong Soo gelisah lagi. Jong Soo kembali melonggarkan dasinya tapi dirinya tambah gelisah. Jong Soo pun membuka lacinya dan mengambil botol obat berwarna putih. Melihat itu, Chi Hyeon menghentikan Jong Soo.
Chi Hyeon : Jong Soo-ya!
Jong Soo menatap Chi Hyeon, dan batal minum obat itu.
Jong Soo bersama Chi Hyeon beranjak ke ruang rapat. Semua direktur sudah berjejer di depan ruang rapat. Begitu Jong Soo tiba, mereka semua langsung memberikan hormat pada Jong Soo.
Sekarang, Jong Soo dan para direktur sudah di ruang rapat. Tak lama, Presdir Won Chang Ho, ayahnya Jong Soo, datang.
Rapat dimulai.
Rapat dimulai.
Jong Soo mulai melaporkan Proyek Pengembangan Perumahan Piro-dong.
Jong Soo : Wilayah ini akan dikembangkan sebagai perumahan Piro-dong. Ini Piro-dong.
Bersamaan dengan itu kita diperlihatkan flashback saat Tae Jin dan Jong Soo rapat berdua, membahas proyek Piro-dong mereka. Jong Soo duduk, mendengarkan penjelasan Tae Jin.
Tae Jin : Total luas 1,8 kilometer persegi. Dari total ini, 81 persen dibeli lebih dulu oleh Presdir, kau, lalu orang-orang kita. Sekitar 19 persen sisanya...
Adegan beralih ke Jong Soo. Jong Soo mengatakan kalimat yang sama pada para peserta rapat.
Jong Soo : Sekitar 19 persen sisanya adalah tanah pribadi.
Beralih ke Tae Jin lagi.
Tae Jin : Sebenarnya ini bukan hambatan. Ini bukan hambatan untuk bisnis seluruh bagian. Tapi, kalau kau bicara seperti ini, Presdir pasti akan balik bertanya.
Beralih ke Presdir Won.
Presdir Won : Apa boleh seenaknya begitu? Wakil Kepala Won sepertinya lupa. Pada saat proyek pertama Kota Baru Anhyeon 20 tahun lalu pun, sedikit bagian bukanlah hal yang berat. Angka 19 persen itu tidak boleh dianggap remeh. Lalu berapa orang yang memiliki tanah sisanya...
Jong Soo : Benar. Ucapan Presdir ada benarnya. Tapi itu 20 tahun lalu.
Beralih ke Jong Soo dan Tae Jin.
Jong Soo : Kau menyuruhku mengabaikan pendapat Presdir?
Tae Jin : Sampai kapan kau di bawah ketiak Presdir? Kalau kau menghalangi Presdir di awal presentasi ini, proyek ini bisa dipastikan menjadi proyek Presdir. Won Jong Soo, kau harus tunjukkan bahwa kau bisa membawa proyek ini sendirian dengan baik.
Jong Soo : Batu sandungan proyek ini adalah Balai Kota Anhyeon.
Tae Jin : Wali Kota Anhyeon, Joo In Sang menganggap kelebihan keuntungan Grup Geumhyung selama proyek pertama dan kedua Kota Baru Anhyeon terlalu banyak.
Jong Soo : Menganggap kelebihan keuntungan Grup Geumhyung terlalu banyak. Jadi, meski pembicaraan pengembangan Piro-dong ini sudah masuk jalur resmi... Grup Geumhyung pikir ini takkan terjadi.
Presdir Won : Lalu?
Jong Soo : Yang diharapkan Wali Kota Joo In Sang bukan kota baru yang berpusat pada rumah berusia 20 tahun lebih. Tapi kota yang berorientasi pada masa depan.
Jong Soo memperlihatkan artikel tentang Walikota Joo.
Jong Soo : Wali Kota Joo berkontribusi pada artikel ini ketika dia menjadi profesor. Kompleks bioindustri itulah yang diinginkan Wali Kota Joo In Sang. Menarik perusahaan farmasi dan menempatkan perusahaan serta lembaga penelitian terkait di satu tempat. Kompleks industri skala besar itu yang ingin kami ciptakan. Sedikitnya harus ada 30 perusahaan masuk. Karena itu kita perlu menarik perusahaan seperti Igoo Biotech dan Yongsung, perusahaan farmasi terbesar di Korea, untuk bergabung. Hal ini sudah terjadi di balik layar. Dan responsnya positif.
Salah seorang direktur bertanya apa Jong Soo mengenal Walikota Joo dengan baik.
Jong Soo : Kami belum pernah bertemu, tapi saya tahu seperti apa beliau.
Direktur : Anda harus menemuinya. Wali Kota Joo In Sang orang yang ambisius. Orang seperti itu...
Jong Soo : Baik. Beliau tidak menginginkan kompleks bio-industri dalam artian murni. Yang diinginkan Wali Kota Joo In Sang adalah prestasi. Setelah sukses menciptakan kompleks bio-industri, dia membuat citra seorang politisi kuat yang telah mengakar di kawasan ini. Pencapaian yang selanjutnya menjadi batu loncatan untuk maju ke politik pusat. Saya bisa mewujudkan impian Wali Kota Joo In Sang. Saya akan memberi sumbangan yang adil dan menarik investasi dengan berani.
Presdir Won tersenyum sambil menatap bangga pada putranya.
Diluar, 3 direktur memuji Jong Soo.
Direktur : Sepertinya anda masih sangat muda. Anda sangat hebat.
Tiba-tiba, Jong Soo diberitahu bahwa ayahnya ingin bertemu.
Yoon Jin di kantornya, menghubungi kediaman Pak Bok Rye.
Putra Park Bok Rye yang menjawab. Yoon Jin mengenalkan dirinya. Dia bilang dia Oh Yoon Jin dari Harian Ekonomi Anhyeon yang sebelumnya datang menemui putra Park Bok Rye. Mendengar itu, putra Park Bok Rye tanya darimana Yoon Jin dapat nomornya.
Putra Park Bok Rye lantas marah.
"APA KAU YANG MENGAMBIL NOMORKU DARI EUNSEONG REAL ESTATE!"
Yoon Jin minta maaf dan meminta putra Park Bok Rye tenang dulu.
Putra Park Bok Rye pun berkata, bagaimana aku tidak marah? Sementara kau terus menjual nama ibuku? Kudengar kau mengaku sebagai putri angkat ibuku? Aku akan menuntutmu!
Mendengar itu, Yoon Jin sewot.
Yoon Jin : Anda tak bisa menuntut orang yang seharusnya dituntut. Sekarang anda mau menuntut siapa? Sebagai seorang anak, anda tak bisa memaafkan kematian ibu anda yang tidak adil. Saya akan membantu, tapi anda tidak mau bertemu. Saya harus mendapatkan nomor telepon anda. Mengapa anda berteriak seolah ini nomor telepon orang hebat? Apa anda tidak marah? Siapa pun bisa lihat ini kecelakaan medis dan anda tidak menerima kompensasi satu sen pun. Jika anda biarkan seperti itu, apa menurut anda ibu anda akan senang?
Mendengar itu, putra Park Bok Rye melunak. Dia tanya, apa mau Yoon Jin.
Yoon Jin : Yang saya inginkan... Haruskah saya mengatakan ini sebagai kebenaran pada hari itu?
Putra Park Bok Rye menyuruh Yoon Jin datang.
Yoon Jin kaget mendengar itu.
Jae Kyeong : Itu akan sulit untuk dihiraukan.
Yeon Joo : Jika ada yang menghubungi, ada yang harus keluar untuk menanganinya. Siapa yang akan pergi?
Chang Soo baru mau mengajukan diri tapi keduluan Jae Kyeong.
Jae Kyeong : Sebelumnya, saya juga membelinya diam-diam dari pecandu. Yang berikutnya kalian saja. Aku yang akan menjaga. Soo Hyeon-ah, tolong periksa semua kontak yang masuk.
Di ruangannya, Presdir Won menuangkan teh ke cawan. Tak lama kemudian, Jong Soo masuk. Presdir Won tanya soal pemakaman Joon Seo. Dia bilang dia mendengar pemakaman Joon Seo berjalan dengan baik. Jong Soo mengiyakan. Presdir Won lalu menyuruh Jong Soo minum.
Presdir Won : Coba kau temui Wali Kota Joo In Sang. Sebelum mulai, biar dia jelaskan dulu apa yang dia inginkan.
Jong Soo : Baiklah.
Presdir Won : Apa itu ide Tae Jin?
Mendengar pertanyaan ayahnya, Jong Soo terkejut.
Presdir Won : Cara dia berbicara sudah seperti rencana bisnis. Begitu pula dengan presentasimu. Aku sudah bilang padamu untuk melakukannya dengan baik sampai akhir. Jika butuh bantuan, lakukan yang terbaik untuk itu.
Jong Soo : Baik.
Tapi Jong Soo merasa terganggu dengan itu.
Jong Soo sendiri nampak tegang.
Dia kemudian ingat masa lalunya.
Flashback, MEI 2003.
Jong Soo bilang pada temannya, ini tidak boleh salah.
Namun dia tampak gelisah ketika temannya memeriksa lembar jawabannya.
Setelah itu, Jong Soo melihat Tae Jin datang dan dikawal oleh seorang pria.
Dan pria yang mengawal Tae Jin adalah guru mereka. Guru membawa Tae Jin menemui Presdir Won.
Presdir Won : Dia peringkat pertama dalam ujian tengah semester?
Guru : Ya. Sejak SMP, dia tidak pernah melewatkan peringkat pertama. Ketika masuk SMA, nilainya sejauh ini adalah yang terbaik.
Presdir Won : Orang tuamu bekerja apa?
Tae Jin : Beternak sapi. Mereka memelihara sapi.
Guru : Mereka mengelola peternakan di dekat Kota Hwanseong.
Presdir Won : Jong Soo banyak cerita tentangmu. Kau pintar dan sopan. Dan kau teman yang bisa dipercaya. Bagimu, Jong Soo itu teman yang seperti apa?
Diam-diam, Jong Soo menguping.
Tae Jin : Teman yang memiliki banyak uang.
Presdir Won : Apa kau tidak suka karena dia memiliki banyak uang?
Tae Jin : Saya iri padanya.
Presdir Won : Aku iri pada orang tuamu karena memiliki anak sepertimu. Kita saling iri dengan hal yang dimiliki satu sama lain. Apa kau juga berharap punya banyak uang?
Tae Jin : Ya.
Presdir Won : Bagaimana kau akan cari uang agar bisa kaya?
Tae Jin : Saya akan selalu jadi peringkat pertama untuk seterusnya. Hingga tak ada siapa pun di atas saya.
Presdir Won : Aku selalu berharap Jong Soo menjadi yang pertama. Aku memberinya bimbingan belajar dan melakukan apa pun yang aku bisa. Tapi sepertinya sampai di situ saja. Bagaimana kalau begini? Kau terus jadi peringkat pertama. Aku juga akan melakukan semua yang aku bisa untukmu. Sebagai gantinya, buatlah Jong Soo menjadi orang terkaya di negara ini. Bukankah dengan begitu keinginan kita akan tercapai sekaligus? Tentu saja, kau akan menjadi orang kaya di samping Jong Soo.
Presdir Won lalu berkata pada guru kalau selama 3 tahun ke depan, Jong Soo dan Tae Jin akan terus berada di kelas guru seiring kenaikan kelas.
Presdir Won : Perhatikan baik-baik dan tempatkan teman yang akan membantu Jong Soo di kelas itu.
Guru mengerti.
Tiba-tiba, seketaris Presdir Won memergoki Jong Soo.
Seketaris : Tuan Muda! Sedang apa di sini?
Mendengar itu, Jong Soo panic. Tak lama, Presdir Won datang dan melihat Jong Soo. Jong Soo minta maaf dan bergegas lari.
EmoticonEmoticon