All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : Defendant
Selanjutnya : Defendant Eps 1 Part 2
Hai, hai, hai everyone... Mimin mau nyekokin kalian sama drakornya Ji Sung lagi... Gara2 Connection, mimin gak bisa move on dari Ji Sung... Jadinya mimin nonton ulang Defendant deh... Defendant adalah salah satu drama kriminal terbaik Ji Sung.. Oke, kita langsung aja yaa.... Oh ya, disini ada Won Jong Soo juga loh aka Kim Kyung Nam..
Bulan tampak menerangi langit malam. Suara longlongan anjing terdengar. Di atas sebuah menara, tampak seorang sipir bersenjata yang berjaga. Kamera pengawas bergerak kesana kemari. Dibawah, sipir lainnya yang juga bersenjata mondar mandir. Tidak ada celah sedikit pun untuk para tahanan Penjara Woljeong bisa kabur. Penjagaannya sangat amat ketat.
Seorang tahanan hukuman mati berlari secepat yang dia bisa ke hutan.
Alarm pun berbunyi bersamaan dengan kaburnya tahanan itu. Para polisi pun dikerahkan untuk mencari tahanan tersebut. Beberapa mobil polisi keluar dari halaman Penjara Woljeong dengan sirine yang meraung2.
Para polisi menyisir hutan dengan anjing pelacak.
Tahanan itu terus berlari. Dia sempat terjatuh, sebelum akhirnya berhasil mencapai jalan raya. Namun di tengah jalan, dia terjatuh lagi. Tepat saat itu, sebuah mobil box melaju ke arahnya dibarengi dengan suara klakson dan cahaya yang berasal dari lampu depan mobil yang cukup menyilaukan mata. Tahanan itu kemudian berdiri dan menatap ke arah mobil box tersebut. Kamera menyorot wajahnya. Dia adalah Park Jung Woo, seorang jaksa.
Di lampu merah, sebuah mobil berhenti. Hari sudah gelap. Di dalam mobil, seorang pria berumur dengan kepala botak, marah2 di telepon.
"Shin Cheol Sik, dasar brengsek! Berani sekali kau menikamku dari belakang?"
Shin Cheol Sik sendiri tengah bersenang2 dengan para gadis di dalam salah satu kamar di diskotik.
Cheol Sik : Bos, bicara apa kau ini?
Pria yang dipanggil bos berkata, kalau dia mendengar Cheol Sik menyuruh seseorang untuk menabraknya dengan truk atau menenggelamkannya.
Cheol Sik : Kau mencoba mengambil semuanya makanya aku mengatakan semua itu karena marah.
Pria itu makin marah, apa kau kira kau akan mendapatkan semua yang kau mau? Akulah yang membuat mereka semua takluk di bawah kekuasaanku.
Pria itu lalu mencampakkan ponselnya ke kursi sampingnya. Dia gregetan, sialan.
Sebuah mobil muncul dan berhenti di belakang mobil pria itu. Bersamaan dengan itu, sebuah truk juga muncul, tak jauh dari belakang kedua mobil. Truk itu sempat berhenti sejenak, sebelum akhirnya melaju kencang ke arah mobil yang parkir dibelakang mobil bos nya Cheol Sik. Bos Cheol Sik sempat melihat truk yang melaju kencang di belakangnya, dari spionnya. Dia kemudian terkejut menyadari truk itu akan menabraknya. Truk itu menabrak mobil di belakang mobil bos nya Cheol Sik. Mobil bos Cheol Sik ikut tertabrak. Namun mobil yang parkir di belakang mobil bos Cheol Sik sempat terseret usai ditabrak. Truk itu kemudian melarikan diri usai menabrak.
Bos Cheol Sik dan pengemudi mobil di belakang mobil Cheol Sik terluka parah.
Keesokan harinya, Jung Woo mengantarkan putrinya ke sekolah. Sambil menggendong sang putri, Jung Woo mendengarkan nyanyian putrinya.
"Ada seekor kucing di lembah bukit. Anak kucing."
"Bukannya tupai?"
"Ayah, aku maunya kucing."
"Kau tidak boleh memelihara kucing."
"Ada seekor kucing di pinggir sungai. Yang berenang sambil kesusahan."
Jung Woo lantas menurunkan putrinya.
Jung Woo : Belajar yang baik, dan dengarkan apa kata gurumu. Dan juga, bersikap baiklah pada semua temanmu. Mengerti?
Gadis kecil itu mengerti. Jung Woo mengajak putrinya tos. Setelah itu, sang putri mencium pipinya. Mereka lalu tertawa. Jung Woo lantas menyuruh putrinya masuk. Sang putri pun masuk bersama gurunya yang sudah menunggu.
Ponsel Jung Woo berdering.
Jung Woo : Ya, Detektif.
Beberapa mobil tiba di RS Hyo. Cheol Sik turun dari mobil.
Seorang pria masuk ke ruang makan di rumah duka. Dia berseru, memberitahu semua teman2nya bahwa bos ada di sana. Sontak lah seisi ruang makan di rumah duka langsung berlarian.
Sepasang kaki yang berlari paling akhir, tampak memakai sandal berwarna biru di dekat pintu karena tak bisa menemukan dimana sepatunya.
Cheol Sik pun datang. Semua orang langsung menunduk, memberikan hormat padanya.
Cheol Sik lalu menatap foto bos nya. Tertulis di sana, nama bos nya, Kim Yong Joo.
Tiba2, pria yang berlari paling akhir tadi mengeluh sandalnya kekecilan. Lalu dia bertanya2, apa kakinya yang kegedean. Pria itu kemudian meregangkan badannya.
Pria di sebelah pria itu menegurnya dan menyuruhnya memberi hormat pada Cheol Sik.
Pria yang mengeluh tadi, ternyata Jung Woo.
Jung Woo : Haruskah seorang jaksa memberi hormat pada orang seperti kalian?
Semua terdiam mengetahui Jung Woo seorang jaksa.
Cheol Sik menatap kesal Jung Woo.
Jung Woo menatap Cheol Sik dengan wajah sumringah.
Jung Woo : Haruskah aku menunggu di dalam?
Cheol Sik pun memaksakan senyumnya pada Jung Woo.
Cheol Sik memberikan penghormatan terakhirnya untuk mendiang Kim Yong Joo, disertai tangisannya sambil memanggil2 mendiang Kim Yong Joo dengan panggilan, 'bos'. Tapi beberapa saat kemudian, wajah Cheol Sik langsung berubah dingin. Dia menatap tajam foto mendiang bosnya.
Setelah itu, Cheol Sik pun keluar dan menatap tajam Jung Woo yang duduk menunggunya. Anak buah Cheol yang berdiri di dekat Cheol Sik pun bertanya, apa yang harus dia lakukan. Dia lantas menunjukkan pisaunya ke Cheol Sik dan berkata, ini belum terlambat.
Cheol Sik : Bos besar sedang mengawasi kita. Mari lakukan segalanya perlahan-lahan.
Cheol Sik lalu mendekati Jung Woo.
Cheol Sik : Ada apa kau ke sini? Kukira kau adalah pria yang tak punya rasa takut datang ke sini sendirian.
Jung Woo : Kami tidak pernah datang bergerombol ke tempat macam ini. Kami ini orang-orang sibuk.
Cheol Sik lalu menuangkan soju ke dalam cangkir kertas.
Cheol Sik : Bos besar menderita selama bertahun-tahun karenamu. Lihat saja apa kali ini kau bisa pulang dalam keadaan utuh.
Jung Woo : Menderita apanya?
Jung Woo lalu menatap seluruh anak buah Cheol Sik.
Jung Woo : Astaga. Aku sudah bilang akan pulang ke rumah lebih cepat hari ini.
Cheol Sik : Telpon saja orang rumahmu dan bilang kau tidak bisa pulang cepat.
Cheol Sik lantas mengupil. Kemudian makanan untuk Jung Woo datang. Cheol Sik pun dengan sengaja memasukkan jempol bekas dia ngupil tadi ke dalam sup Jung Woo. Setelah itu, dia menaruh sup itu ke depan Jung Woo. Gak cuma itu aja. Dia juga mencelupkan jempolnya ke dalam cangkir berisi soju tadi, lalu memberikan sojunya ke Jung Woo.
Cheol Sik : Nikmati makananmu.
Jung Woo : Baiklah. Lihat saja siapa yang akan menang.
Jung Woo melahap habis sup itu.
Cheol Sik terkejut mendengarnya.
Setelah supnya habis, Jung Woo pun memberikan surat panggilan kejaksaan ke Cheol Sik.
Jung Woo : Aku sudah mengirimkan surat panggilan ini berkali-kali padamu. Kenapa kau tidak datang?
Cheol Sik : Apa kau ke sini mau menemuiku? Aku merasa kasihan sih, padamu. Kau bisa datang ke sini kapanpun kau mau tapi kau tidak bisa pulang semaumu.
Cheol Sik menyobek surat panggilan itu.
Anak buah Cheol Sik mulai berdiri.
Jung Woo : Tunggu. Apa kau serius mau begini? Ikuti saja aku dengan tenang.
Cheol Sik : Hei, sepertinya aku lihat ada ruangan kosong di sini. Pergi dan tunjukkan padanya.
Cheol Sik lantas berdiri. Anak buah Cheol Sik mulai mendekati Jung Woo. Jung Woo, Ya Tuhan. Jung Woo lantas berdiri, kau mau menghajar seorang jaksa, ya?
Cheol Sik : Bosku mengurus mereka semua dengan baik. Mereka bahkan tidak tahu apa 'jaksa' itu.
Salah satu anak buah Cheol Sik menarik jas Jung Woo dari belakang.
Jung Woo tertawa, astaga. Kau bikin aku kaget saja. Menyingkir sana.
Jung Woo lantas mendekati Cheol Sik.
Jung Woo : Kau yakin tidak akan menyesal nanti?
Cheol Sik tersenyum dan menyuruh anak buahnya mengurus Jung Woo.
Anak buah Cheol Sik mulai menyeret Jung Woo keluar.
Jung Woo menoleh ke belakang, menatap Cheol Sik sambil menunjukkan penanya.
Jung Woo : Apa kau yakin tidak akan menyesal nanti?
Pena itu ternyata bukan sembarang pena, tapi alat perekam. Jung Woo memutarnya. Suara Cheol Sik yang memerintahkan pembunuhan terdengar.
Cheol Sik : Singkirkan dia. Tabrak dia dengan truk atau tenggelamkan saja.
Cheol Sik terkejut mendengar itu.
Kita diperlihatkan flashback saat Cheol Sik memerintahkan pembunuhan itu. Dia bilang, bos nya punya 9 nyawa.
Cheol Sik : Dia harusnya belajar untuk melepaskan sesuatu. Dia mana bisa memenangkan segalanya.
Tanpa Cheol Sik sadari, ada alat perekam di lantai mobilnya.
Anak buah Cheol Sik pun terkejut mendengar suara Cheol Sik yang memerintahkan pembunuhan Yong Joo. Sementara itu, Cheol Sik nya terdiam sembari menatap kesal Jung Woo. Jung Woo pun menyuruh anak buah Cheol Sik melepaskannya. Lalu dia menatap Cheol Sik.
Jung Woo : Jadi kau menabraknya dengan sebuah truk?
Yang lain langsung minta penjelasan Cheol Sik soal pembunuhan Yong Joo. Cheol Sik pun menyangkal dan mengarahkan telunjuknya ke Jung Woo, sambil menatap kesal Jung Woo. Dia minta Jung Woo tidak bicara ngawur.
Jung Woo : Itu tidak masuk akal. Menurutmu kenapa aku bisa di sini?
Jung Woo lantas menunjukkan surat penahanan yang dia bawa.
Jung Woo : Tuan Shin Cheol Sik. Kau ditahan dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kim Yong Joo.
Yang lain mulai bertanya2 dan mendesak Cheol Sik.
Cheol Sik pun merangkul bahu Jung Woo dan mulai berbisik.
Cheol Sik : Kau memang. Kau benar mau begini?
Jung Woo : Kau bilang kau melihat ruangan kosong di sini.
Cheol Sik : Dan kau menyebut dirimu jaksa? Ikuti saja hukum yang ada.
Jung Woo : Kau bilang kau tidak tahu apa itu 'jaksa'.
Cheol Sik : Kau pikir kau bisa selamat?
Keduanya lalu menatap anak buah Cheol Sik yang mulai mengerumuni mereka.
Jung Woo : Kau harusnya memberitahuku lebih cepat.
Cheol Sik : Mau apa kau sekarang? Kita berdua mungkin saja akan mati di sini.
Jung Woo mulai menghitung, satu, dua.
Dan, pada hitungan ketiga, Jung Woo mendorong Cheol Sik ke arah kerumunan anak buah Cheol Sik yang berdiri di depan mereka. Setelah itu, Jung Woo menendang anak buah Cheol Sik yang di belakangnya.
Jung Woo lantas membalikkan meja. Keributan pun pecah di ruangan itu. Jung Woo dan Cheol Sik sama-sama berusaha menyelamatkan diri mereka. Dan setelah beberapa kali perlawanan, Jung Woo dan Cheol Sik akhirnya berhasil keluar dari gedung tersebut.
Anak buah Cheol Sik berusaha keluar. Tapi pintunya ditahan oleh Jung Woo dan Cheol Sik. Beberapa saat kemudian, pintu pun terbuka dan anak buah Cheol Sik terjungkal ke lantai.
Jung Woo dan Cheol Sik bergegas lari. Di belakang, anak buah Cheol Sik mengejar mereka.
Cheol Sik : Kenapa kau datang ke sini tanpa seorang detektif?
Jung Woo : Kau tidak akan datang ke sini kalau aku membawa detektif.
Cheol Sik : Tapi kau harusnya tidak ke sini sendirian. Omong-omong, aku tidak membunuhnya. Aku melihat jasadnya tadi, dan..
Jung Woo : Kita bicara nanti saja.
Cheol Sik : Aku tidak membunuhnya. Aku serius. Jadi siapa yang membunuhnya? Benar-benar tak bisa dipercaya.
Jung Woo terus berlari keluar dari area Gedung Persemayaman Hyomyung. Di tepi jalan depan gedung, seorang pria sudah menunggunya di dekat sebuah mobil. Cheol Sik mengikuti Jung Woo.
Jung Woo : Pak Ko, buka pintunya. Dia mengikutiku.
Pak Ko menyuruh Jung Woo bergegas.
Sekarang, Cheol Sik sudah dijebloskan ke sel.
Cheol Sik pun marah, hei, lihat sini! Aku tidak bersalah. Aku tidak memberinya uang itu. Di mana jaksanya?
Jung Woo sendiri baru tiba di kantornya bersama Pak Ko.
Pak Ko yang merupakan junior Jung Woo, mengomeli Jung Woo.
Pak Ko : Sudah kubilang kita perlu minta bantuan.
Jung Woo : Kalau begitu kita mana bisa menangkap dia. Dia itu gesit sekali.
Pak Ko : Harusnya kau telpon polisi. Itu tadi sangat beresiko.
Jung Woo : Aku baik-baik saja, kok sekarang.
Pak Ko : Kau tidak baik-baik saja. Mana sepatumu?
Jung Woo menatap kakinya yang tidak memakai sepatu, lalu dia meloncat sambil bertanya dimana sepatunya dengan senyum lebar.
Pak Ko : Lihat. Kau terluka lagi.
Jung Woo pun melihat telapak kakinya yang menggunakan kaus kaki. Kakinya terluka. Kaus kakinya aja sampai bolong karena tadi lari2 tanpa memakai alas kaki. Jung Woo lantas mencopot kaus kakinya.
Jung Woo : Kau benar. Aku terluka.
Jung Woo dan Pak Ko kembali ke ruangan mereka. Begitu tiba, Jung Woo diberitahu rekannya kalau ada tamu. Jung Woo pun langsung menemui tamunya.
Jung Woo : Siapa kau?
Seorang pria yang merupakan tamu Jung Woo, mengenalkan diri. Dia Yeo Seong Soo dari Lee and Park. Pengacara Yeo memberi Jung Woo kartu namanya. Tapi Jung Woo malah menyodorkan tangannya yang masih memegang kaus kakinya. Sontak lah Jung Woo langsung minta maaf begitu sadar. Dia pun mengambil kartu nama Pengacara Yoo dengan tangan satunya dan menyuruh Pengacara Yoo duduk.
Jung Woo tanya apa yang bisa dia bantu.
Pengacara Yoo menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya. Dia bilang, firma hukum nya ingin menawari Jung Woo pekerjaan.
Pengacara Yoo : Aku tahu kantor ini punya view yang bagus, tapi aku yakin di sana akan lebih bagus lagi.
Pengacara Yoo lantas menunjukkan kontrak kerja.
Pengacara Yoo : Kau tidak akan mendapatka tawaran sebagus ini walaupun kau pensiun 10 tahun lagi.
Jung Woo : Sebuah firma hukum menawari pekerjaan pada seorang jaksa kasus pembunuhan?
Pengacara Yoo : Aku tahu itu tidak biasa. Tapi ini adalah harapan semua orang.
Jung Woo : Coba kulihat.
Jung Woo pun meninjau kontra kerja itu.
Pengacara Yoo : Rumah yang kau tempati cukup bagus, tapi..
Jung Woo : Tidak, ini tidak cukup. Kau tahu kan berapa pendapatan seorang jaksa.
Pengacara Yoo : Kalau kau bergabung dengan firma kami, kau akan mendapatkan hidup yang mewah. Faktanya, semua orang ingin bergabung dengan kami.
Jung Woo : Baiklah. Ini adalah hal yang terlalu besar untuk kuputuskan sendiri.
Jung Woo meraih ponselnya.
Pengacara Yoo bingung, apa?
Jung Woo bilang dia mau menghubungi seseorang dulu.
Jung Woo menghubungi Ji Soo. Setelah tersambung, dia menaruh ponselnya di atas meja dan menyalakan pengeras suara.
Jung Woo : Ini aku. Begini.. Sebuah firma hukum baru saja menawariku pekerjaan.
Ji Soo : Sebuah firma hukum?
Ji Soo sendiri tengah bekerja di supermarket saat dihubungi Jung Woo.
Jung Woo : Ya. Dia bilang akan memberiku gaji tahunanku setiap bulan.
Ji Soo : Uang? Kalau cuma bicara uang, aku juga bisa cari uang. Ini bukan hanya soal uang. Aku menikah denganmu karena aku ingin menjadi istri seorang jaksa. Ini sama sekali bukan soal uang. Kau kelihatan keren saat kau ada di kantor jaksa. Jangan pernah berpikir untuk menerima tawaran itu. Oh, ya. Jangan lupa beli kue kalau kau pulang nanti. Aku sudah pesan dengan namamu. Sampai nanti.
Panggilan selesai.
Usai mendengar jawaban Ji Soo, Pengacara Yoo yang kecewa, langsung beranjak dari duduknya. Tapi kemudian, Jung Woo memanggilnya.
Jung Woo : Pak.
Kamera menyorot setumpuk berkas di atas meja Jung Woo. Di atas berkas itu, ada foto seorang pria. Jung Woo pun menunjukkan berkas itu dan berkata, dia tidak tahu apa itu tapi dia akan memeriksa berkas itu dengan seksama.
Pengacara Yoo keluar. Diluar, dia menghubungi seseorang.
Yang dihubunginya adalah pria yang ada di foto tadi.
"Baiklah. Terima kasih." jawab pria itu.
Pria itu lantas dipanggil seketarisnya.
Seketarisnya : Presdir Cha. Sudah waktunya.
Presdir Cha lantas mengajak wanita di depannya pergi.
Wanita itu diam saja. Presdir Cha tanya, kenapa tidak senyum padahal itu hari baik.
Presdir Cha memasuki sebuah ruangan yang sudah dipenuhi oleh para reporter dan tamu undangan. Begitu mereka datang, para reporter langsung memotret mereka dan para undangan memberikan tepuk tangan untuk mereka.
Di dinding, ada spanduk bertuliskan Inagurasi Presdir Cha Seon Ho.
Seon Ho lantas menunjukkan kemesraannya dengan wanita itu. Namun anehnya, wanita itu sama sekali tidak bahagia. Tapi dia berusaha tersenyum di depan para wartawan.
Sudah waktunya untuk pulang dan semua staf Jung Woo menitipkan hadiah untuk Ha Yeon, putri kecil Jung Woo. Ternyata hari itu, Ha Yeon berulang tahun dan semua staf merasa senang karena berkat Ha Yeon yang berulang tahun, mereka bisa pulang tepat waktu setahun sekali.
“Tuan Park, apa kau memiliki rencana untuk memiliki anak kedua? Kau tahu pemerintah merekomendasikan keluarga dengan banyak anak.” Ucap Pak Ko.
“Haruskah aku mencobanya malam ini?” tanya Jung Woo.
Staf Jung Woo pun langsung heboh, mereka kemudian kompak meneriakkan fighting untuk Jung Woo.
Sebelum pulang, Jung Woo mampir ke toko kue untuk mengambil kue yang dipesan Ji Soo atas namanya. Si penjaga toko pun berkata kalau ia tak menemukan pesanan atas nama Jung Woo,
Jung Woo pun kaget dan berkata kalau istrinya memesan kue kemarin. Penjaga toko bilang pesanan yang dia terima atas nama Park Bong Goo. Mendengar itu, Jung Woo pun langsung meralat ucapannya. Dia bilang namanya Park Bong Goo. Penjaga toko tanya, apa benar Jung Woo bernama Park Bong Goo. Jung Woo mengiyakan.
Jung Woo pun masuk ke rumahnya dan berteriak, Bong Goo pulang. Ha Yeon langsung menghambur ke Jung Woo. Jung Woo menggendong Ha Yeon. Ji Soo bersama seorang pria muda mendekati Jung Woo.
Jung Woo menyapa pria muda itu, hei, Tae Soo-ya.
Tae Soo bilang dia singgah untuk memberikan hadiah ulang tahun pada Ha Yeon.
Ha Yeon lalu tanya kenapa Jung Woo menyebut Bong Goo pulang tadi. Jung Woo bilang, saat dia dan Ji Soo mulai berkencang, Ji Soo memanggilnya Bong Goo. Ha Yeon tanya alasannya.
Ji Soo : Karena dulu ayah terlihat kampungan.
Jung Woo bilang itu tidak benar.
Mereka tertawa. Tae Soo kemudian pamit karena dia harus bekerja malam itu. Jung Woo mengajak Tae Soo makan kue dulu sebelum pergi, tapi Tae Soo menolak dan berkata ia akan memakan kuenya tahun depan. Sebelum pergi, Tae Soo berjanji akan membawa Ha Yeon jalan2 ke taman hiburan pada hari libur.
Mereka bertiga lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Ha Yeon. Ha Yeon pun langsung cemberut saat sang ayah salah menyebutkan umurnya ketika menyanyikan lagu ulang tahun untuknya. Ji Soo yang merekam, memberi kode pada Jung Woo kalau Jung Woo salah menyebutkan umur Ha Yeon. Jung Woo pun buru2 meralatnya. Rasa tak senang Ha Yeon makin bertambah saat melihat semua hadiahnya berupa boneka binatang termasuk hadiah dari ayahnya. Tapi ia langsung berseru senang saat diberi kode oleh sang ibu.
Jung Woo kemudian menemani Ha Yeon tidur dengan menyanyikan lagu nina bobo. Tapi Ha Yeon tak kunjung tidur. Saat Jung Woo bertanya, kenapa Ha Yeon masih belum tidur, Ha Yeon pun berkata ia akan tidur setelah Jung Woo selesai bernyanyi. Jung Woo pun terus bernyanyi, hingga akhirnya Ha Yeon mulai tidur.
Ji Soo masuk ke kamar Ha Yeon dan mendapati Jung Woo ketiduran dengan Ha Yeon. Ji Soo lantas membangunkan Jung Woo. Jung Woo terbangun. Keduanya lalu tersenyum sambil menatap Ha Yeon yang sudah terlelap, dengan mata penuh cinta. Jung Woo kemudian membelai Ha Yeon.
Sekarang, Jung Woo sudah duduk di kasurnya. Kakinya tengah diobati Ji Soo. Sambil mengobati kaki Jung Woo, Ji Soo tanya, kau kemanakan sepatumu? Apa kau yakin tidak perlu ke rumah sakit?
Jung Woo lantas meringis sakit dan reflek menarik kakinya. Ji Soo pun memegang kaki Jung Woo dan menyuruh Jung Woo diam tapi lagi2 Jung Woo meringis sakit.
Ji Soo : Astaga. Jangan cengeng deh. Bagaimana bisa kau jadi jaksa kalau pengecut begini?
Jung Woo : Kau ingat Pak Joo? Dia itu bisa jadi jaksa karena dia penakut.
Ji Soo : Benarkah?
Jung Woo : Ya.
Ji Soo : Bagaimana denganmu?
Ji Soo memakai plester ke kaki Jung Woo. Tapi habis itu, dia menekan kuat luka Jung Woo. Jung Woo langsung memegangi kakinya dan protes pada Ji Soo. Jung Woo bilang sakit.
Ji Soo tertawa, aku akan bilang pada semua orang kalau kau ini cengeng.
Ji Soo lantas membereskan kotak obatnya.
Jung Woo : Apa ibumu sudah sampai dengan selamat?
Ji Soo : Dia bilang dia kangen pada Ha Yeon walaupun sekarang dia sedang ada di luar negeri. Dia bilang dia tidak bisa memikirkan apa-apa.
Jung Woo : Lain kali kita semua bisa pergi.
Ji Soo : Kapan ya itu akan terjadi?
Jung Woo : Jangan bicara begitu, Sebuah firma hukum menawariku pekerjaan hari ini. Haruskah kuterima saja?
Ji Soo pun menyuruh Jung Woo tidur.
Ji Soo : Kau harus bangun pagi besok.
Jung Woo : Benar ya. Aku ada rapat besok pagi. Aku harus mengikuti aturan.
Ji Soo : Apa?
Jung Woo : Tidak ada. Jam 6. Bangunkan aku jam 6.
Ji Soo menyelimuti Jung Woo.
Jung Woo pun mulai memejamkan matanya. Saat Jung Woo mulai tertidur, Ji Soo mencium keningnya dan bergumam kalau suaminya itu terlihat sangat kelelahan.
Namun keesokan harinya, Jung Woo terbangun karena mendengar suara Ha Yeon dan Ji Soo yang membangunkannya. Tapi begitu ia membuka mata, ia mendapati dirinya berada di sel dan dikelilingi teman-teman se-sel nya.
Jung Woo terkejut setengah mati dan langsung berdiri ke dekat jendela. Jung Woo sendiri mengenakan seragam tahanan berwarna cokelat, dengan nomor 3866. Namun label Jung Woo berwarna merah yang artinya menunggu hukuman mati.
Bersambung ke part 2...
EmoticonEmoticon