Senin, 24 Juni 2024

Sinopsis Connection Eps 9 Part 1

 All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : Connection
Sebelumnya : Connection Episode 8 Part 2
Selanjutnya : Connection Episode 9 Part 2

 PROLOG :

=APRIL 2005=

Seseorang memanggil Kyung Tae di dalam sebuah rumah. Kamera kemudian menyorot Kyung Tae yang membawa kompor minyak tanah dari dalam, ke halaman rumah. Seorang temannya keluar dari dapur dan menanyakan letak mie. Kyung Tae menyuruh temannya mencari baik-baik di dalam lemari. Temannya balik ke dapur. Sementara Kyung Tae mulai menuangkan minyak tanah ke dalam tangki. Temannya lantas keluar dan menyuruh Kyung Tae nyari sendiri mie nya karena dia tak bisa menemukan mie nya.



Kyung Tae pun bergegas ke dapur. Tanpa dia sadari, minyak tanahnya tumpah ke tanah. Tak lama, Kyung Tae keluar dan berkata, mie nya ada di sana. Lalu Kyung Tae melihat minyak tanahnya tumpah. Kyung Tae pun bergegas mengelap tumpahan minyak tanah di tanah dengan kain lap. Temannya keluar membawa panci  dan mie.

"Kenapa kau menumpahkannya?"

Kyung Tae bilang, ini gara2 temannya.

Kyung Tae lantas coba menyalakan api. Sementara temannya berdiri di dekatnya. Namun koreknya tak mau menyala.

Kyung Tae : Noh Kyu Min, pinjami aku pemantik.

Ternyata itu Noh Kyu Min! Kalian ingat adegan saat Jae Kyeong dan Joon Seo bertengkar karena Joon Seo gak mau jujur soal kematian Kyung Tae? Saat itu kan ada siswa yang melihat mereka bertengkar. Siswa itu memegang label nama Jong Soo. Ternyata dia Noh Kyu Min. Noh Kyu Min ini juga si supir taksi yang mengantarkan Joon Seo ke lokasi konstruksi. Supir taksi berwarna oranye.

Kyu Min meminjamkan koreknya pada Kyung Tae.

Kyung Tae pun mulai menyalakan api.



Kyu Min tiba2 kebelet pipis. Dia pun bergegas ke kamar mandi, tapi lampu kamar mandi tak bisa menyala. Kyu Min tanya ke Kyung Tae. Kyung Tae bilang gas dan air di rumahnya habis semua.

Kyung Tae : Kau pikir listriknya akan menyala?

Kyu Min : Astaga.



Kyu Min pun pipis.

Kyu Min : Hari ini agak tenang. Kau tidak pergi demo?

Kyung Tae : Aku sudah berunding dengan ayah Won Jong Soo. Kalau berjalan baik, aku akan mendapat imbalan.


Tapi kemudian, Jong Soo dan gerombolannya datang. Jong Soo marah. Kyung Tae menatap Jong Soo dan tanya ada apa. Jong Soo gak terima dengan tatapan Kyung Tae. Dia lantas menampar Kyung Tae dua kali. Kyung Tae mau membalas, tapi Chi Hyeon memukulnya duluan, sampai dia jatuh ke tanah. Setelah Kyung Tae jatuh, Jong Soo dan teman2nya ramai2 mengeroyok Kyung Tae.


Di kamar mandi, Kyu Min melihat itu. Namun dia tak berani keluar. Dia menutup pintu kamar lagi dan berusaha menghilangkan rasa takutnya.

Jong Soo kemudian diperingatkan teman2nya soal api. Tak lama, Kyu Min mengintip keluar. Dan dia terkejut melihat api di belakang Jong Soo sudah membesar.

Yoon Ho terbangun karena alarm ponselnya berbunyi. Dia pun mematikan alarmnya. Di layarnya, tertulis jam '06.00. Yoon Ho kemudian bangun dan memakai kaus kakinya. Si Jeong terbangun dan melihat suaminya mau pergi.

Si Jeong : Bukannya hari ini libur?

Yoon Ho : Ya. Aku akan pergi ke Cheongunam. Tidurlah lagi.

Si Jeong lanjut tidur dan mengubah posisinya, membelakangi Yoon Ho.


Yoon Ho membuka pagar rumahnya. Kamera menyorot plat taksi Yoon Ho. Yoon Ho lantas melajukan taksinya keluar dari pagar rumahnya. Sebelum pergi, tak lupa Yoon Ho menutup lagi pagar rumahnya.


Hari sudah terang. Si Jeong terbangun karena mendengar bunyi bel. Dia pun teriak memanggil Young Eun, namun bel terus berbunyi. Si Jeong teriak lagi, Jung Yeong Eun!

Terpaksalah Si Jeong keluar membuka pagar. Ternyata Jae Kyeong yang datang.

Si Jeong : Apa perlu apa kau kemari?

Jae Kyeong : Apa Yoon Ho ada?

Si Jeong : Sudah pergi.

Jae Kyeong : Bukankah hari ini libur?

Si Jeong : Ya. Tapi dia pergi ke Cheongunam untuk berdoa pagi tadi.


Tak jauh dari rumah Yoon Ho, Yeon Joo, Chang Soo dan Soo Hyeon sudah menunggu di dalam mobil. Mereka mendengar itu. Soo Hyeon pun langsung melacak dimana Cheongunam, lalu memberitahu Yeon Joo dan Chang Soo Cheongunam ada di Gunung Injeok.

Soo Hyeon : Arahnya dari Jalan Raya Nomor 392 menuju Kota Hwanseong.


Yeon Joo pun langsung mengontak Jae Kyeong.

Jae Kyeong mendengarkan kata2 Yeon Joo.

Si Jeong gak sadar Jae Kyeong tengah berkomunikasi dengan para detektif lainnya.

Yeon Joo : Kapten Jang, kami akan menangkap Jung Yoon Ho. Kau tetap di sana. Kami akan memperkuat personel distrik. Baca situasi dengan baik agar mereka tak memikirkan hal lain. Pastikan juga mereka tak bisa menghubungi Jung Yoon Ho.

Jae Kyeong pun paham.


Jae Kyeong lalu minta izin Si Jeong untuk menunggu Yoon Ho di dalam.

Si Jeong terpaksa mengizinkan.


Jae Kyeong masuk. Di halaman, dia melihat ada mobil lain.

Jae Kyeong : Mobil siapa ini?

Si Jeong : Mobilku.


Jae Kyeong pun melihat2 mobil Si Jeong.

Si Jeong heran melihatnya. Dia lalu tanya, ada apa dengan mobilku?

Jae Kyeong : Aku cuma ingin melihat-lihat.

Jae Kyeong memeriksa plat mobil Si Jeong.

Kita diperlihatkan flashback saat Chang Soo menjelaskan rekaman CCTV untuk mencari pelaku yang melempar bom molotov ke kediaman Lee Myeong Guk. Saat itu, Jae Kyeong yang mencurigai Chang Soo, terus menatap Chang Soo dengan tatapan waspada.

Chang Soo : Nomor polisi mobil di depannya ditutup dengan lakban. Penyelidikan sulit dilakukan.

Ya, di kamera CCTV, terekam mobil Si Jeong.

Flashback end...


Jae Kyeong mengedarkan pandangannya dan menemukan ada lakban di rak di sampingnya. Dia melihat2 lakban itu. Tak lama kemudian, dia tanya ke Si Jeong, apa mobilnya tidak dikunci. Si Jeong bilang sepertinya begitu.


Jae Kyeong pun memeriksa ke dalam mobil Si Jeong.

Si Jeong makin makin heran dong melihatnya. Setelah itu, Jae Kyeong melihat ada goresan di dekat tangki bensin. Jae Kyeong pun menyentuh goresan itu dengan telunjuknya, setelah itu dia mencium bau telunjuknya.


Jae Kyeong juga memeriksa bagasi mobil Si Jeong dan menemukan pompa minyak di dalam sana.

Jae Kyeong pun mencium pompa itu.


Kita lalu diperlihatkan flashback saat malam2, Yoon Ho menyalin bensin mobil Si Jeong ke botol kaca memakai pompa tersebut. Setelah selesai, dia menutup botol dengan kertas apa tisu gitu lah. Lalu dia menyalakan api dan melemparkan botol tersebut ke dalam rumah Lee Myeong Guk.

Saat itu, ada Jae Kyeong dan Yoon Jin di dalam. Mereka tengah memeriksa mayat Lee Myeong Guk saat dilempari bom molotov dari luar. Ternyata, Yoon Ho lah yang melempari bom molotov saat itu.


Jae Kyeong pun sudah tahu hanya dengan mencium pompa minyak tersebut. Dia lalu menutup lagi bagasi mobil Si Jeong sebelum mendekati Si Jeong. Si Jeong tanya, apa yang terjadi.

Jae Kyeong : Apa ada peserta tes di rumah?

Si Jeong : Apa?

Jae Kyeong : Kau bilang dia pergi pagi-pagi.

Si Jeong : Kadang dia pergi meminjam sesuatu saat libur.

Si Jeong menyuruh Jae Kyeong masuk.


Begitu masuk, Si Jeong langsung membereskan rumahnya yang berantakan.

Jae Kyeong melihat foto Yoon Ho bersama Si Jeong dan kedua putri mereka.

Jae Kyeong : Bagaimana putrimu?

Si Jeong : SMP kelas satu. Waktu cepat berlalu, ya? Saat membesarkan anak, terkadang aku memikirkan masa sekolah kita. Saat itu, apa pun yang kulakukan dengan teman sekelasku sangat menyenangkan. Benar, 'kan?


Jae Kyeong lantas melihat ponsel Si Jeong yang lagi di-charger di atas meja.

Jae Kyeong : Boleh aku duduk sebentar?

Si Jeong : Ya.


Jae Kyeong pun duduk di depan ponsel Si Jeong.

Si Jeong melihat Jae Kyeong menepikan ponselnya. Dia makin heran.


Tak lama kemudian, Si Jeong pun duduk di depan Jae Kyeong. Lalu dia tanya, apa Yoon Ho membuat masalah? Apa Yoon Ho menyebabkan kecelakaan? Jae Kyeong mengangguk.

Si Jeong : Kecelakaan mobil apa? Mengemudi saat mabuk?

Jae Kyeong : Kupikir hari ini Yoon Ho libur. Aku ingin membawanya setenang mungkin. Makanya aku datang pagi. Tapi jadinya begini.

Si Jeong : Apakah detektif lain mendatangi Yoon Ho?

Jae Kyeong mengangguk.


Si Jeong pun melirik ke arah ponselnya.

Dia ingin sekali memperingatkan Yoon Ho namun tak bisa lantaran ponselnya sudah diamankan oleh Jae Kyeong.


Si Jeong : Kau tahu Yoon Ho punya catatan kriminal, 'kan?

Jae Kyeong : Aku baru tahu sekarang.

Si Jeong : Mustahil. Dia tak melakukan hal yang sama seperti dulu, 'kan? Tidak mungkin. Dia berjanji padaku itu tak akan terjadi lagi. Dia hanya mengenal teman-temannya. Sekarang pun dia diminta agar bisnis Jong Soo lancar. Dia pergi untuk meminjam karena Tae Jin harus jadi jaksa agung. Dia lebih memerhatikan teman daripada keluarganya.

Jae Kyeong : Ini masih dalam penyelidikan.


Si Jeong : Karena itu tolong kau lakukan sesuatu. Kau bisa melakukannya, 'kan? Sesama teman pasti bisa melakukan itu. Jae Kyeong-ah.

Jae Kyeong : Ini sedang diselidiki.

Si Jeong : Jadi kau tetap akan menangkap Yoon Ho?

Jae Kyeong mengangguk.


Si Jeong emosi.

Si Jeong : Kalau dipikir-pikir, ternyata aku lupa. Dulu kamu juga menghasut Joon Seo. Kau menjual teman sekelasmu ke polisi. Kenapa? Kau dikeluarkan dari sekolah saat itu. Kau mau balas dendam sekarang? Dasar brengsek!

Jae Kyeong : Si Jeong-ah.

Si Jeong : Kau datang diam-diam menjemput Yoon Ho? Jangan kurang ajar. Kau datang menjemput seorang ayah saat anaknya pergi ke sekolah. Bagaimana kau bisa pura-pura perhatian pada teman? Kau hanyalah bajingan jahat.

Jae Kyeong : Si Jeong-ah.


Tiba-tiba, putri Yoon Ho dan Si Jeong keluar dari kamar. Putri mereka pamit untuk ke sekolah. Si Jeong melihat ponsel putrinya di lantai, selagi sang putri memakai sepatu. Ya, putri Si Jeong dan Yoon Ho menaruh ponselnya sebentar karena mau memakai sepatu.

Si Jeong tegang. Dia melirik ponsel putrinya dan Jae Kyeong secara bergantian. Tak lama, dia pun berlari dan mengambil ponselnya lalu mengunci diri di dalam kamar. Putrinya terkejut sekaligus heran melihatnya. Jae Kyeong juga kaget melihat sikap Si Jeong. Jae Kyeong kemudian menatap putri Yoon Ho dan Si Jeong. Putri Yoon Ho dan Si Jeong juga menatap Jae Kyeong.


Di kamar, Si Jeong menyuruh Yoon Ho lari.

Si Jeong : Para detektif sedang mendatangimu. Jangan pulang ke rumah. Kau tak boleh pulang, mengerti? Kau tak boleh tertangkap.

Tangis Si Jeong pecah.


Opsir polisi berdatangan. Jae Kyeong meminta mereka mengantarkan putri Si Jeong dan Yoon Ho ke sekolah. Putri Yoon Ho dan Si Jeong menurut dan ikut dengan opsir polisi.


Setelah itu, Jae Kyeong meminta opsir polisi yang tersisa untuk melanjutkan pencarian internal.Dia juga menyuruh opsir polisi meminta tim forensik untuk mengidentifikasi mobil Si Jeong.


Yeon Joo, Chang Soo dan Soo Hyeon masih di perjalanan. Jae Kyeong ngasih tahu Yeon Joo bahwa Si Jeong memberitahu Yoon Ho kalau mereka dalam perjalanan. Yeon Joo pun memarahi Jae Kyeong karena tak bisa menghentikan Si Jeong mengontak Yoon Ho. Jae Kyeong minta maaf.


Kyeong Hwan masuk ke ruangannya sambil marah2. Dia pun memarahi anggotanya karena tidak mengawasi setiap taksi dengan hati2. Dia juga bilang, pelaku pembunuhan pemilik penggilingan adalah sopir taksi dan semua kasus diserahkan ke Jae Kyeong.

Kyeong Hwan : Park Joon Seo, Lee Myeong Guk, lalu itu juga. Bahkan kasus pemilik penggilingan.


Kyeong Hwan lantas menghubungi Tae Jin.

Kyeong Hwan : Jaksa Park, apa anda ada waktu sekarang?


Yeon Joo, Chang Soo dan Soo Hyeon lagi rapat.

Yeon Joo : Apa dapat sesuatu dari CCTV?

Soo Hyeon : Jung Yoon Ho terekam meninggalkan Cheongunam.

Yeon Hoo : Setelah itu?


Jae Kyeong masuk dan berdiri di dekat papan investigasi.

Soo Hyeon : Dia terekam CCTV lagi di Jalan Raya 887 menuju Hwanseong. Setelah itu belum ada lagi.

Yeon Joo : Mulai sekarang, kasus pembunuhan di penggilingan jadi tanggung jawab kita. Seperti yang diketahui, tersangka Jung Yoon Ho, istrinya, Kang Si Jeong. Mereka semua teman SMA Inspektur Jang. Sebaiknya Soo Hyeon mengambil alih kasus ini sekarang.

Yeon Joo tanya ke Jae Kyeong, apa Jae Kyeong setuju.

Jae Kyeong : Ya.

Yeon Joo lalu menyuruh Chang Soo membantu Soo Hyeon sembari menyelidiki kasus lemon ppong.

Yeon Joo : Cari dulu di tempat yang bisa jadi tempat persembunyian. Minta CCTV terdekat dari kantor polisi setempat.


Mereka semua lantas bubar.

Kamera menyorot wajah Jae Kyeong yang nampak tertekan.


Yoon Jin yang baru sampai di rumah Jae Kyeong, menemukan paket atas nama Joon Seo lagi di depan pintu Jae Kyeong. Dia pun membuka paket itu di belakang apartemen. Isinya, surat dan lemon ppong. Yoon Jin mengambil surat serta lemon ppong, lalu membuang kotaknya ke tempat pembuangan sampah.

Yoon Jin membaca surat itu.

"Bagus sekali. Kali ini jangan pakai lebih dari dua butir."

Yoon Jin resah.


Di toilet, Jae Kyeong melihat bungkusan berisi etafen. Di dalam satu bungkus, berisi belasan obat. Jae Kyeong hanya meminum obat yang berwarna putih dan membuang obat yang berwarna warni ke dalam kloset. Setelah itu, dia menelpon Yoon Jin.


Jae Kyeong : Kau sudah ke sana?

Yoon Jin : Ya, paketnya sudah sampai seperti katamu.

Jae Kyeong : Ada berapa banyak?

Yoon Jin : Empat, ada catatannya juga. Mau aku bacakan?

Sambil menelpon, Yoon Jin menginjak2 obat itu. Setelah itu, dia malah membuangnya ke tempat pembuangan sampah.

Jae Kyeong bilang tidak perlu.

Yoon Jin : Kau sudah minum obat itu?

Jae Kyeong : Sudah.

Yoon Jin : Apakah efektif?

Jae Kyeong : Aku belum tahu. Aku baru saja menelannya.


Yoon Jin : Kau di kantor polisi sekarang?

Jae Kyeong : Ya, aku mau keluar sekarang.

Yoon Jin : Ke mana?

Jae Kyeong : Kenapa?

Yoon Jin : Apa yang akan kau lakukan jika kau pingsan karena kejang?

Jae Kyeong : Aku akan menangis.

Yoon Jin : Harus ada yang berada di sisimu sampai obat itu dipastikan efektif. Makanya aku tanya kau mau kemana?

Jae Kyeong mau keluar dari WC, tapi untungnya dia ingat kalau tadi dia belum menghanyutkan obat yang dia buang ke WC. Dia pun menekan tuas bidet.


Adegan beralih ke Presdir Won yang diberitahu seketarisnya kalau jam sepuluh nanti, Han Seung Hoon, Wakil Ketua Lee Gu Group, dijadwalkan untuk berkunjung. Presdir Won pun tanya kenapa Wakil Ketua Lee Gu Group mau datang ke Geumhyung. Seketaris bilang, dua hari lagi ada kunjungan rutin ke dewan direksi Lee Gu Group.

Presdir Won : Bagaimana menurutmu? Aku akan berinvestasi di Lee Gu?

Seketaris : Sulit untuk memastikan hal itu akan lolos dewan direksi. Dari internal, saya melihatnya setengah-setengah.

Presdir Won : Kau sangat prihatin dengan hasil dewan direksi perusahaan orang lain. Lalu Park Tae Jin, dia memintaku datang untuk makan malam hari ini.

Presdir Won melemparkan proposal proyek Piro-dong ke atas mejanya.


Jong Soo di ruangannya diberitahu kalau Han Seung Hoon datang. Jong Soo pun menyuruh seketaris mempersilahkan Seung Hoon masuk. Jong Soo kemudian berdiri. Tapi seorang pria berpakaian santai tiba2 menerobos masuk dan langsung menuju ke sofa Jong Soo.

"Ada yang ingin kau bicarakan setelah kita baru bertemu? Seharusnya menelepon saja."

"Apa kau datang dari rumahmu?" tanya Jong Soo.

"Dari mana lagi? Aku biasanya libur satu hari dalam seminggu. Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya pria itu sembari merebahkan diri di sofa Jong Soo.

Jong Soo pun marah, apa kau gila! Lusa rapat dewan, tapi kau main-main di rumah?

Pria itu membalas kata2 Jong Soo.

"Apa bedanya kalau aku cuma akan datang dan duduk di sana? Jika akan lolos, aku hadir atau tidak, maka tetap akan lolos. Begitu pun sebaliknya. Lagi pula itu takkan berhasil."

Jong Soo sewot, Han Seong Hoon!

Jong Soo : Kau bergegas sekarang juga... Segera ganti pakaianmu dan berangkat kerja. Pergi dan lakukan semua yang kau bisa. Temui direksi yang mendukung kompleks bioindustri dan buatlah janji yang jelas. Kalau ada yang menentang, sogok saja atau ancam. Kau tahu kau harus meloloskannya ke dewan direksi?

Seung Hoon : Apa yang salah denganmu? Aku sudah bilang....

Jong Soo : Seung Hoon, kau! Kita harus mempertaruhkan hidup kita untuk ini. Kita harus menunjukkannya kali ini. Bahwa kita pemilik perusahaan berikutnya. Kita harus buat mereka melihat. Bukankah begitu?

Seung Hoon pun berdiri, oke, aku mengerti. Jadi tenang dan makan siang dulu...

Jong Soo : Aku tak ingin bicara lagi denganmu, jadi cepatlah. Pergi, cepat pergi. Kau pikir aku akan makan siang bersama direktur perusahaan sepertimu?

Seung Hoon : Kenapa kau bertingkah seperti ini lagi?


Chi Hyeon lantas masuk dan menunjukkan ponselnya pada Jong Soo dengan wajah panic.

Jong Soo mengerti ada masalah baru.


Jae Kyeong dan Yoon Jin ada di depan penggilingan yang masih dipasangi garis polisi. Mereka menatap ke arah tempat Yoon Ho mengawasi Jae Kyeong. Yoon Jin pun tanya, apa dari sana Yoon Ho mengawasi Jae Kyeong? Jae Kyeong mengangguk.

Yoon Jin : Apa pada hari itu Jung Yoon Ho tidak dihubungi Joon Seo? Kalau dilihat dari saat di pemakaman, bukankah dia tidak datang ke sini?

Jae Kyeong : Ya, itu aneh. Di pemakaman pun Won Jong Soo, Park Tae Jin dan Oh Chi Hyeon tak bilang mereka ke lokasi konstruksi pada hari kematian Joon Seo. Tapi kenapa Jung Yoon Ho yang tidak datang kemari membunuh orang lain untuk menghilangkan CCTV itu? Dia bahkan tidak terekam CCTV.

Yoon Jin : Mungkinkah dia disuruh yang lain? Untuk jaga-jaga, dia diminta memusnahkan rekaman CCTV.


Jae Kyeong ingat senjata pembunuhan yang digunakan Yoon Ho adalah gunting yang ada di penggilingan.

Jae Kyeong : Sebelumnya Yoon Ho tidak datang membawa senjata. Dia tak sengaja membunuhnya setelah tahu tentang rekaman CCTV.


Jae Kyeong beranjak dan mulai melihat sekitaran TKP.

Yoon Jin mengikuti Jae Kyeong.


Jong Soo dan Chi Hyeon baru tiba di Bukit Piro-dong, tempat mereka dan Tae Jin biasa bertemu. Di sana, sudah menunggu Tae Jin. Begitu datang, Jong Soo tanya ada apa dengan Yoon Ho.

Jong Soo : Apa dia tertangkap?

Tae Jin : Sepertinya dia melarikan diri. Jika dibiarkan, dia akan ketahuan.


Jong Soo kesal, dasar bajingan bodoh.

Chi Hyeon duduk.

Jong Soo : Sudah coba meneleponnya?

Tae Jin bilang ponsel Yoon Ho tidak aktif.


Tae Jin juga duduk.

Tae Jin : Dia pasti akan menghubungi lagi kalau sudah aman.

Jong Soo : Apa ada yang bisa kita lakukan pada Si Jeong!

Tae Jin : Si Jeong ada di kantor polisi.

Jong Soo dan Chi Hyeon pun kaget mendengarnya.

Tae Jin : Dia sedang diselidiki karena melindungi Yoon Ho.

Jong Soo : Ulah Jang Jae Kyeong lagi?

Tae Jin mengangguk.


Jong Soo : Sekarang bagaimana?

Tae Jin : Kita harus menyembunyikannya dulu. Karena kita tak tahu apa yang dipegang Jang Jae Kyeong saat ini.

Jong Soo : Tae Jin-ah, aku harus bertemu wakil presiden Lee Gu Electronics. Lusa rapat dewan direksi. Kita hampir sampai sekarang, tapi... Jika sekarang kau terlibat dalam kasus Jung Yoon Ho, semua akan berakhir.


Tae Jin : Kemungkinan besar Yoon Ho akan menghubungimu. Kalau dia menghubungi bilang untuk tak memikirkan hal lain dan tetap sembunyi.

Chi Hyeon mengerti, baiklah.


Tae Jin : Tapi yang aneh bagiku adalah bagaimana Jae Kyeong bisa tahu Yoon Ho membunuh pemilik penggilingan? Apa dia curiga terhadap sopir taksi sejak awal?

Jong Soo : Mungkinkah sejak awal Jang Jae Kyeong punya salinan rekaman CCTV? Apa kau yakin kita tidak terekam?


Chi Hyeon pun memberitahu bahwa Jae Kyeong sudah tahu.

Jong Soo kaget, apa?

Chi Hyeon : Dia datang menemuiku kemarin pagi. Malam Joon Seo meninggal di lokasi konstruksi. Tentang kita semua yang berkumpul di sana. Dia sudah tahu.


Tae Jin : Jadi... kau bilang apa?

Chi Hyeon : Yang sebenarnya. Kita naik menggunakan lift lalu Joon Seo terjun dari lantai sembilan.


Jong Soo marah, kenapa kau baru bilang itu sekarang?

Chi Hyeon : Kau punya pertemuan penting nanti.


Jong Soo panic dan berniat meminum lemon ppong. Namun obatnya habis. Jong Soo lantas membuka lacinya dan mengeluarkan lemon ppong dari botol obat berwarna putih. Lalu dia meminum lemon ppong itu dengan miras.


Tae Jin : Lantas, apakah Jang Jae Kyeong percaya itu?

Chi Hyeon : Aku tidak tahu. Tapi dia bertanya apa aku telah membunuh Joon Seo. Apakah Jong Soo yang menyuruhku?


Jong Soo terkejut dan menatap Chi Hyeon, apa?

Jong Soo : Lalu kau bilang apa?

Chi Hyeon : "Sejauh yang aku tahu, hal seperti itu tidak akan terjadi."

Jong Soo : Sejauh yang aku tahu?


Chi Hyeon : "Lalu kenapa hari itu kalian mau saja datang ke lokasi konstruksi?"

Tae Jin : Apa?

Chi Hyeon : "Itu sudah hampir tengah malam." "Kalian bukan tipe anak yang akan patuh hanya karena Joon Seo minta keluar."


Chi Hyeon menatap Jong Soo.

Chi Hyeon : Jong Soo-ya, bukan kau, kan?

Jong Soo sewot, bajingan ini, apa yang kau katakan sekarang? Untuk apa kau membunuh Park Joon Seo?


Tae Jin : Bagaimana denganmu? Kenapa kau ke sana pada hari itu?

Chi Hyeon pun ngaku kalau dia yang membunuh Lee Myeong Guk.

Tae Jin dan Jong Soo kaget.

Jong Soo : Astaga, untuk apa kau melakukan itu? Apa aku memintamu untuk membunuh Lee Myeong Guk? Tidak, 'kan?

Chi Hyeon : Lee Myeong Guk terus mengancamku soal dirimu. Tentang bahan obat yang ditemukannya. Dia mau aku bayar 100.000 won per pil. Jika tidak dia akan menyebarkan info bahwa kau dan Wakil Presiden Han kecanduan narkoba.


Flashback, saat Chi Hyeon menjemput Lee Myeong Guk dengan taksi. Namun itu taksi Yoon Ho. Lee Myeong Guk tanya, mereka mau kemana. Chi Hyeon pun berkata, sejujurnya jumlah uang tersebut terlalu banyak.

Chi Hyeon : Tapi naiklah dulu. Ini bukan tempat untuk membicarakannya.

Lee Myeong Guk : Aku tahu ini akan jadi seperti ini.


Chi Hyeon turun dari taksi, astaga. Saya datang dengan taksi kalau-kalau anda curiga. Untuk apa saya naik taksi dan menculik anda?

Lee Myeong Guk tak curiga dan masuk ke taksi.


Chi Hyeon pun menyeret Lee Myeong Guk ke gudang beku.

Chi Hyeon bilang, awalnya dia hanya ingin menakuti Lee Myeong Guk.

Namun Yoon Ho tiba2 datang dan memukul kepala Lee Myeong Guk berkali2 dengan palu besar.

Chi Hyeon terkejut dan memarahi Yoon Ho karena sudah membunuh Lee Myeong Guk.


Karena udah terlanjur, Chi Hyeon dan Yoon Ho menyembunyikan Lee Myeong Guk di gudang beku.

Jong Soo : Jadi kau menyimpan mayat Lee Myeong Guk di Gudang Beku Yeongryun?

Chi Hyeon : Ya.


Adegan beralih ke Jae Kyeong dan Yoon Jin yang sekarang ada di depan Gudang Beku Yeongryun.

Jae Kyeong : Apakah kau ingat saat kita pergi ke rumah Lee Myeong Guk? Tubuh Lee Myeong Guk awalnya dibekukan lalu dikubur di suatu tempat Seseorang menggali mayat itu lagi dan sepertinya seseorang membawanya ke rumah.

Yoon Jin : Maksudmu dia membekukan mayat Lee Myeong Guk selama tujuh bulan di sini?

Jae Kyeong : Saat kita menemukan mayat di dalam rumahnya ada yang melempar bom molotov. Yoon Ho yang melempar bom molotov itu.

Yoon Jin : Yoon Ho? Kenapa? Apa yang Yoon Ho lakukan?

Jae Kyeong : Ada yang memberi tahu Yoon Ho mayat Lee Myeong Guk dibawa ke rumah.


Kita diperlihatkan flashback saat Yoon Ho di taksinya menerima pesan dan kiriman foto2 mayat Lee Myeong Guk. Pesannya berbunyi, "Mayat Lee Myeong Guk yang kau bunuh dan kubur sudah dikeluarkan lagi dan dibawa ke rumahnya".


Yoon Jin : Jadi Yoon Ho juga membunuh Lee Myeong Guk?

Jae Kyeong : Karena itulah Yoon Ho datang ke rumahnya untuk melenyapkan mayat Lee Myeong Guk.

Yoon Jin : Tapi Jung Yoon Ho juga membunuh pemilik penggilingan. Itu tidak ada hubungannya dengan pembunuhan Lee Myeong Guk, 'kan?

Jae Kyeong : Seandainya kau datang untuk mengambil mayat Lee Myeong Guk, menurutmu dari mana kau datang?

Yoon Jin berpikir, dua jalan ini. Karena kalau keluar langsung ke jalan utama... Tentu saja lewat sini, 'kan? Menghindari kamera CCTV di jalan melewati depan penggilingan.

Yoon Jin menatap Jae Kyeong, CCTV.

Jae Kyeong mengangguk.

Jae Kyeong : Yoon Ho membunuh pemilik penggilingan dan alasan dia musnahkan
CCTV itu adalah dalam perjalanan ke gudang beku untuk mengambil mayat Lee Myeong Guk dia mengira dirinya telah terekam CCTV tempat penggilingan. Lalu yang berada di dalam taksi Yoon Ho yang lewat di depan penggilingan mungkin bukan cuma Yoon Ho.


Tae Jin tanya, kapan Chi Hyeon mengeluarkan mayat Lee Myeong Guk dari Yeongryun.

Chi Hyeon : Sekitar pukul 01.30 dini hari.

Jong Soo : Hari itu?

Chi Hyeon : Saat Joon Seo meninggal. Joon Seo menelepon dan mengatakan itu. Jika aku tidak keluar pada jam 23.30, paginya polisi akan ada di Gudang Beku Yeongryun. Mayat Lee Myeong Guk akan ditemukan, itu saja. Dia bilang dia akan menceritakan semua perbuatan kami.

Tae Jin : Maksudmu Park Joon Seo punya bukti?

Chi Hyeon : Dia bilang begitu. Yoon Ho membunuh pemilik penggilingan karena CCTV yang merekam kami. Dia melakukannya untuk menghilangkan bukti.

Jong Soo : Apakah kau melindungi bajingan itu selama ini?

Tae Jin : Kalau begitu, siapa yang memindahkan Lee Myeong Guk kembali ke rumah itu?

Chi Hyeon : Aku tidak tahu.

Tae Jin : Chi Hyeon-ah, bagaimana kau bisa bilang tidak tahu? Siapa lagi yang tahu bahwa Yoon Ho dan kau memindahkan mayatnya pagi itu?

Chi Hyeon : Tidak ada. Tidak ada orang yang mengetahui hal itu.

Tae Jin : Jangan hanya bilang tidak ada, pikirkan lagi. Kini mayat Lee Myeong Guk telah terungkap dan Jang Jae Kyeong berkeliaran. Jangan menyebabkan masalah ini, atau setidaknya bersihkan dirimu sendiri.

Chi Hyeon : Aku juga merasa pengap.

Tae Jin : Kalau bukan di antara kita, lalu siapa lagi? Seseorang pada hari itu mungkin mengikuti kalian berdua. Itu sebabnya mayat yang terkubur bisa dipindahkan ke rumah itu.

Chi Hyeon mulai berpikir, setidaknya dua orang.

Jong Soo : Apa?

Chi Hyeon : Aku dan Yon Ho hampir tidak memindahkannya. Kami tidak bisa memindahkannya berdua.

Jong Soo dan Tae Jin pun bingung memikirkan siapa pelaku yang mindahin mayat Lee Myeong Guk dari Gudang Beku Yeongryun ke kediaman Lee Myeong Guk.


Yoon Jin dan Jae Kyeong tiba di kantor polisi. Jae Kyeong melepas seatbelt nya.

Yoon Jin menatap Jae Kyeong.

Yoon Jin : Dilihat dari raut wajahmu, sepertinya obat itu ada efeknya. Bagaimana kalau kita kumpul jam 19.00?


Jae Kyeong : Menurutmu, siapa yang membunuh Park Joon Seo?

Yoon Jin : Dari yang aku lihat sampai sekarang ini, Park Tae Jin.

Jae Kyeong : Kenapa?

Yoon Jin : Dia sendiri yang turun tangan melakukan pemeriksaan dan coba menghentikan autopsi. Lalu hubungannya dengan Choi Ji Yeon juga perselingkuhan, 'kan?

Jae Kyeong : Jadi menurutmu orang yang membuatku kecanduan adalah Park Tae Jin?

Yoon Jin terdiam dan berpikir.

Jae Kyeong : Park Joon Seo yang mengantar obat milik Won Jong Soo. Sebelum Joon Seo dibunuh, dia menyampaikan informasi transaksi narkoba, termasuk 1882 padaku. Aku diculik tepat setelah menerima informasi itu dan menjadi kecanduan narkoba.
Yoon Jin : Jadi menurutmu Won Jong Soo membuat dan menjual Lemon-ppong? Baiklah. Bisa jadi begitu. Kau detektif narkoba, kau sukses, bahkan mendapat perlakuan khusus. Tidak mungkin Jong Soo tidak tahu. Jika dia bisa meracunimu dan melumpuhkanmu... Tempatnya berbisnis Lemon-ppong bertujuan untuk menghilangkan satu ancaman besar.

Jae Kyeong : Tapi setelah membuatku kecanduan harusnya dia bisa meninggalkanku di mana saja. Tapi kenapa dia membawaku ke lokasi transaksi narkoba? Seolah menyuruhku menangkap pelakunya. Kenapa?

Yoon Jin : Apa mungkin dia memanfaatkanmu untuk menangkap Won Jong Soo? Dia tidak ingin mengotori tangannya dan mengendalikanmu dengan narkoba. Hingga akhirnya, sindikat Lemon-ppong akan hancur. Mungkin dia ingin menyingkirkan Won Jong Soo yang berada di balik itu.


Jae Kyeong dan Yoon Jin saling menatap.

Yoon Jin : Jangan-jangan...


Kamera lalu menyorot wajah Tae Jin. Tae Jin terdiam sejenak di dalam mobilnya, sebelum akhirnya dia turun dan memandangi restoran Jepang di depannya. Seorang pria lalu mengantarkan Tae Jin ke dalam.


Tae Jin menemui Presdir Won. Tae Jin minta maaf karena datang terlambat. Presdir Won memaklumi Tae Jin. Dia bilang orang yang kerja untuk negara tak bisa selalu tepat waktu. Presdir Won lalu menyuruh Tae Jin duduk. Tae Jin duduk. Presdir Won hendak menuangkan arak ke gelas Tae Jin. Tapi Tae Jin bilang dia masih harus menyetir lagi dan minta maaf.

Presdir Won : Baiklah.

Presdir Won lalu menyendokkan sup ke mangkuk Tae Jin.

Presdir Won : Nenek pemilik kedai ini sudah lima tahun meninggal tapi rasanya tetap sama.

Presdir Won menyuruh Tae Jin makan.

Tae Jin mulai memegang sendok, namun dia tak jadi makan gara2 Presdir Won bilang selera manusia yang paling berbahaya. Entah bagaimana pewarisnya bisa mempertahankan rasa seperti ini. Hebat, bukan?

Tae Jin : Ya, benar.

Presdir Won : Begitu juga Jong Soo...

Tae Jin tambah tak jadi makan.

Presdir Won : Apa kira-kira dia bisa mengikuti jejakku?

Tae Jin tak bisa menjawab.

Presdir Won : Kau tak bisa menjawab. Makanlah.

Baru mau menyuap, Tae Jin batal makan lagi gara2 Presdir Won bilang udah melihat rencana bisnis Tae Jin.

Presdir Won : Tapi, apa yang membuatmu bergantung pada perusahaan manajemen aset?

Tae Jin : Lee Gu Group pun akan meminta anda untuk mengeluarkan uang dan Geumhyung...

Presdir Won : Kau... Itu yang kau inginkan sebagai imbalan karena telah merancang bisnis ini? Tanpa sepengetahuanku dan Jong Soo, kau membuat lubang untuk mengeluarkan uang.

Tae Jin kaget Presdir Won bisa menebak niatnya.

Presdir Won : Aku mengajakmu sejak usia muda dan menjagamu di sisiku. Aku pikir kau anak yang tahu bagaimana menjaga batas. Tapi kau selalu melewati batas.


Tae Jin pun berlutut pada Presdir Won.

Tae Jin : Presdir, saya yakin bisnis kali ini pasti akan sukses. Tolong percaya pada saya sekali lagi.

Presdir Won : Kenapa kau jadi seperti ini?

Tae Jin : Dua puluh tahun lalu, saat memasuki kota baru Anhyeon, ayah saya tidak mendapatkan kesempatan itu. Dia menjual sapi peliharaannya satu per satu. Uang ganti rugi tanah yang diterimanya sangat sedikit. Dia meninggal karena hal itu. Saya tidak ingin menjadi seperti ayah saya. Saya akan memanfaatkan kesempatan ini. Dengan batu loncatan ini saya akan berusaha untuk menjadikan Jong Soo orang terkaya. Tolong izinkan saya untuk bisa memasuki bisnis ini.

Presdir Won : Masih banyak wakil kepala jaksa lain di kantor cabang yang bisa dipanggil. Ketua jaksa, hakim agung, menteri dan wakilnya, anggota dewan melakukan sesuatu yang tidak berhasil. Hentikan saja yang sudah gagal. Jika kau sembarangan memakainya lantas kenapa aku membiarkanmu di sisi Jong Soo begitu lama? Katanya kau akan membuat Jong Soo menjadi orang terkaya. Jika kau menepati janjimu, kau takkan terjun ke bisnis ini dan tetap di kantor kejaksaan. Melakukan apa yang selama ini kau lakukan. Lebih baik kau lakukan pekerjaanmu.

Tae Jin : Presdir. Bukankah saya dan anda berada dalam perahu yang sama?

Presdir Won marah dan menggebrak meja.

Presdir Won : Kau! Apa yang kau pikirkan di dalam dirimu, kini semakin jelas. Kau pikir tidak ada yang bisa menggantikanmu, bukan? Selama lebih dari 20 tahun, kau selalu bersamaku dan Jong Soo. Setiap kali perusahaan mengambil keputusan penting, kami mendengar pendapatmu. Benar, 'kan? Apa kau pikir kau bisa
menjadi keluargaku?

Tae Jin : Presdir, bukan begitu…

Presdir Won : Saat kau meninggalkan tugasmu, itu bukan apa-apa bagiku. Tanpa mengganggu pandanganku, aku harap kau menjaga tempatmu dengan tenang.

Presdir Won dan Tae Jin pecah kongsi.

Joo Song mampir ke toko kue.

Joo Song : Saya memesan kue es krim atas nama Heo Joo Song.

Pegawai toko : Ya, perlu berapa lama untuk tujuannya?

Joo Song : Sekitar satu jam?

Pegawai toko memberikan kue pesanan Joo Song, ini kuenya.

Joo Song : Lilinnya sudah dimasukkan?

Pegawai toko : Ya.


Joo Song berterima kasih dan beranjak pergi.

Tapi kemudian dia meraih ponselnya.

Jae Kyeong yang tengah berjalan menuju rumahnya, tiba2 kehabisan napas lagi. Wajahnya pun pucat. Jae Kyeong bergegas naik ke atas, tapi di dekat tangga, dia berhenti sejenak. Tak lama kemudian, dia melihat kedatangan Joo Song. Sontak lah dia pun langsung lari ke rumahnya sebelum ketahuan Joo Song.


Begitu masuk rumah, dia meminum etafen nya. Pertama-tama, dia mengoyak bungkusan obatnya. Kemudian dia menyerakkan obatnya ke atas meja dan hanya memilih kapsul yang berwarna putih biru. Dia pun lekas meminumnya. Setelah itu, dia membereskan sisa obat dari atas meja.

Sebelum membuka pintu, Jae Kyeong menarik napasnya terlebih dahulu.


Jae Kyeong : Sudah sampai? Kau datang lebih awal.

Joo Song : Aku menyiapkan sesuatu dulu.

Joo Song pun masuk. Jae Kyeong melihat bawaan Joo Song.

Jae Kyeong : Apa itu?

Joo Song : Hari ini ulang tahun Yoon Jin. Aku harus berikan kejutan!


Joo Song berusaha memasang lilin di atas kue. Tapi lilinnya gak bisa masuk. Joo Song mengeluh. Dia bilang, kuenya sangat beku jadi lilinnya gak bisa masuk. Joo Song lalu melihat balkon.

Joo Song : Di beranda sejuk, bukan? Aku sembunyikan di situ, nanti dibawa keluar. Nanti kerja sama, ya? Kau yang atur penerangannya, aku yang mengatur semuanya.


Tiba2, bel berbunyi. Jae Kyeong melihat siapa yang datang di layar intercom.

Jae Kyeong : Itu Yoon Jin.

Joo Song panic, kenapa dia datang cepat? Sebentar.

Joo Song bergegas ke balkon.

Joo Song : Kalau begitu, aku akan bersembunyi di beranda itu.

Joo Song pun ngumpet. Setelah Joo Song ngumpet, Jae Kyeong membuka pintu.


Yoon Jin yang lagi nelpon, langsung masuk dan memberikan bawaannya ke Jae Kyeong. Yoon Jin pun menunjuk ke arah kamar Jae Kyeong. Dia minta izin memakai kamar itu untuk menelpon. Yoon Jin langsung masuk dan lanjut bicara dengan Woo Sung.


Yoon Jin : Jadi Choi Ji Yeon... bukan, maksudku Wanita Angin itu muncul?

Yoon Jin duduk di kasur. Tanpa dia sadari, ada Joo Song yang bersembunyi di balkon sebelah kamar.


Woo Sung sendiri di mobil di depan apartemen Ji Yeon.

Woo Sung : Ya, dengan riasan lengkap lagi.

Yoon Jin ngomel, mereka ini benar-benar...

Yoon Jin lalu menyuruh Woo Sung mengejar mereka.

Woo Sung : Senior, apa tak bisa hentikan saja? Aku setiap hari pergi mengejar orang lain ke motel. Akhir-akhir ini aku... Apakah aku menjadi reporter untuk ini? Aku merasa sangat malu seperti itu.

Yoon Jin : Tahan sebentar, kita hampir selesai. Kita perlu mencari tahu nomor PIN apa yang dicari Park Tae Jin.

Woo sung : Bagaimana kalau aku langsung masuk ke motel?

Yoon Jin : Kenapa mau asal masuk saja? Dengar. Hari ini pasti akan ada kemajuan. Begitulah keadaan yang berjalan saat ini. Seandainya Park Tae Jin menjadi semakin terdesak, ada kemungkinan wanita itu mengungkapnya hari ini.

Woo Sung : Walau begitu, apa mungkin Wanita Angin mau mengungkap nomor PIN-nya?

Yoon Jin : Itu karena kamu tidak tahu Park Tae Jin. Entah bagaimana dia akan membuat Choi Ji Yeon mengungkapkan kata sandinya. Setidaknya, walau kata sandinya tidak muncul, itu rekening apa dan berapa banyak uangnya, kita bisa tahu semua dari Park Tae Jin. Jangan omong kosong dan pastikan untuk merekamnya, oke?


Mendengar Yoon Jin akan segera selesai bicara di telepon, Joo Song pun meninggalkan kuenya di balkon dan bergegas lari ke dalam. Bersamaan dengan itu, Yoon Jin keluar dan menatap heran ke  Joo Song.

Yoon Jin : Ada apa ini?

Joo Song : Kau sudah selesai menelepon?

Yoon Jin : Ya. Kau tadi dimana?

Joo Song : Aku baru saja datang.

Yoon Jin : Lucu sekali. Aku melihat sepatu dan pakaianmu saat masuk.

Joo Song : Ke toilet, perutku sakit.

Yoon Jin : Toilet? Oke.

Jae Kyeong :  Sudah lihat catatan kerja Lee Myeong Guk?

Yoon Jin : Tentu saja.


Mereka bertiga duduk membahas catatan Lee Myeong Guk.

Joo Song terus menatap ke balkon. Dia mencemaskan kuenya.

Yoon Jin : Tak ada apa pun walau dilihat lagi. Jam berapa, di mana, siapa.

Joo Song : Benar. Apa ada sesuatu seperti ponsel yang ditemukan?

Joo Song kemudian menunjukkan tulisan Lee Myeong Guk.

Joo Song : Yoon Jin, ini seperti huruf hanja apa?

Yoon Jin : Sebagai pimpinan perusahaan, apa kau tidak tahu ini? Bukankah ini "Pil"? Pil yang artinya pasti.

Joo Song : Benar, ini Pil, bukan? Dia menulisnya terlalu melayang. Sepertinya begitu.

Yoon Jin : Sebentar.

Yoon Jin menunjukkan kata yang sama di catatan Lee Myeong Guk yang lain.

Yoon Jin : Lihat ini.

Jae Kyeong juga menunjukkan tulisan yang sama di catatan lainnya.

Jae Kyeong : Di sini juga ada.

Joo Song membaca tulisan2 itu.

Joo Song : Jam 21.00. Apa dia lembur? Kalau begitu, jam 07.00 atau jam 21.00 di laboratorium. Pasti, diskusi. Pasti ada hal yang didiskusikan. Apa begitu?

Jae Kyeong berpikir sejenak. Lalu dia teringat Sang Eui.

Jae Kyeong : Jung Sang Eui. Kata “diskusi” ini yang dimaksud adalah Jung Sang Eui. Jung Sang Eui adalah peneliti junior di bawah Lee Myeong Guk di Farmasi Geumhyung.

Yoon Jin sewot, kenapa kau baru bilang sekarang?

Jae Kyeong : Aku mengatakannya sekarang.

Joo Song : Kau tak tahu? Aku memang sudah tahu.

Yoon Jin : Bagaimana aku bisa tahu kabar Jung Sang Eui? Diam dulu. Jadi bagaimana dengan ini?

Yoon Jin yang tadi duduk di sofa, pindah ke lantai.

Joo Song : Kalau begitu, jam 7 pagi atau jam 9 malam dia pasti bertemu Sang Eui di laboratorium. Tapi, apa ada juga rapat yang tak wajib dihadiri?


Yoon Jin menatap Jae Kyeong.

Yoon Jin : Hei, apa mungkin ini... Sebentar.

Yoon Jin mencari tentang Huruf Hanja Pirodong di internet.

Yoon Jin : Benar. Huruf Pil yang artinya pasti. Itu ada pada kata "Piro-dong".

Jae Kyeong : Piro-dong.

Joo Song : Apa ini laboratorium, Piro-dong, dan Jung Sang Eui?


Yoon Jin : Gudang beku Yeongryun. Aku memeriksanya saat datang ke sana. Pemilik gudang beku Yeongryun adalah Farmasi Geumhyung. Tapi di sana tidak ada kantor, 'kan?

Yoon Jin menunjukkan surat kepemilikan Gudang Beku Yeongryun ke Jae Kyeong.

Yoon Jin : Saat kita pergi ke sana, tidak ada apa pun.

Jae Kyeong : Perintah penggeledahan akan dikeluarkan. Kita harus pergi dan mencarinya.

Yoon Jin : Oke. Aku juga pergi.


Sang Eui pos satpam Gudang Beku Yeongryun, tengah melihat Yoon Jin dan Jae Kyeong di kamera pengawas.

Sang Eui : Apa ini semuanya?

Satpam : Ya. Setelah ini, mereka langsung pergi.

Sang Eui : Baik saya mengerti.

Sang Eui resah.

Bersambung ke part 2....


EmoticonEmoticon