Minggu, 30 Juni 2024

Sinopsis Connection Eps 11 Part 1

 All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : Connection
Sebelumnya : Connection Eps 10 Part 2
Selanjutnya : Connection Eps 11 Part 2

Seorang pria muncul di basement parkir Grup Geumhyung. Pria itu lantas masuk ke mobilnya yang terparkir di sana. Setelah itu, dia memeriksa riwayat panggilan di ponselnya. Nama Gong Jin Wook ada di urutan pertama. Pria itu lantas menghubungi Jin Wook dan memakai alat perubah suara.




Jin Wook sendiri luntang lantung di jalan saat menerima telepon pria itu.

Jin Wook memanggil pria itu 'Dokter'.

Dokter tanya apa yang terjadi. Jin Wook cerita kalau hari itu dia membunuh Bos Yoon. Dokter kaget, ya? Jin Wook lantas bilang kalau akan sulit menjual lemon ppong di Korea untuk saat ini. Mungkin akan sulit juga menemukan orang lain.

Jin Wook : Untuk sementara ini. Karena tidak ada yang mau maju untuk menjual narkoba. Saya akan pergi ke China. Saya punya koneksi di sana. Tolong terus beri saya obatnya. Sebagai gantinya... Bisakah anda mengatur kapal penumpang ke China?

Dokter kesal, Gong Jin Wook.

Jin Wook :  Saya tidak minta secara gratis. Saya akan kirim dua barang melalui kurir kereta bawah tanah sebentar lagi. Saya mengirimkannya karena saya yakin itu berharga untuk anda. Hanya itu yang sekarang saya miliki.


Seorang pria lanjut usia mendekati sebuah mobil yang berhenti di depan sebuah gedung besar. Pria itu lantas melihat nomor plat mobil tersebut. Setelah itu dia mengetuk kaca jendela dan menunjukkan barang yang dibawanya. Pria di dalam mobil, alias Dokter, menyuruh pria itu menaruh barangnya di kursi belakang. Dia juga bilang ongkirnya ada di dalam amplop di kursi belakang.

Pria itu pun bergegas menaruh barang di kursi belakang lewat kaca jendela. Setelah itu, dia mengambil ongkirnya dan terkejut uangnya banyak sekali. Baru akan bertanya soal ongkirnya yang banyak sekali, dokter langsung pergi.


Dokter lantas menepikan mobilnya di jembatan layang. Kamera menyorot wajahnya. Omo...!! Dia Sang Eui! Sang Eui melepas topinya dan mengambil barang itu kursi belakang. Isinya, pistol Jae Kyeong. Sang Eui juga memeriksa peluru di dalam pistol yang tinggal satu. Tak hanya pistol, Jin Wook juga memberinya sebuah flashdisk.

Jae Kyeong, Yoon Jin dan Joo Song di RS. Yoon Jin hanya bisa terdiam sekarang. Dengan alat penyangga di lehernya, dia duduk di kursi tunggu RS. Jae Kyeong dan Joo Song menatap Yoon Jin dari belakang. Joo Song lantas mengajak Jae Kyeong bicara.

Jae Kyeong : Jadi akhirnya rekening itu tidak bisa dibuka?

Joo Song : Sepertinya begitu. Tae Jin akan baik-baik saja, 'kan? Aku tidak tahu bagaimana aku punya nyali untuk melakukan itu. Yoon Jin benar-benar dalam bahaya.

Jae Kyeong : Bagaimana Yoon Jin mengetahui nomor PIN itu?

Joo Song : Di rumahmu. Waktu Ji Yeon di toilet. Saat Ji Yeon muntah, Yoon Jin membuka kode kunci ponsel Ji Yeon

Jae Kyeong : Makanya, begitu Choi Ji Yeon meninggalkan rumahku dia menemui Park Tae Jin dan bertanya tentang hubungan Joon Seo dan Yoon Jin?

Joo Song : Dia pasti sangat terguncang.

Jae Kyeong : Apa kata dokter?

Joo Song : Dia mungkin akan seperti itu untuk sementara waktu. Kita lihat saja.

Jae Kyeong : Apa perlu dirawat di rumah sakit?

Joo Song : Tidak.


Tae Jin tengah melihat rekaman CCTV warnet saat dia mencekik Yoon Jin. Di rekaman terlihat, Tae Jin mencekik Yoon Jin seperti orang kesetanan. Lalu tiba2, Joo Song datang dan membanting Tae Jin.

Tae Jin pun mengompres memar di dahinya. Pemilik warnet tanya, apa Tae Jin tak perlu pergi ke RS. Tae Jin yang kesal, hanya menyuruh pemilik warnet menghapus video CCTV itu. Pemilik warnet disuruh hapus CCTV.

Tae Jin : Tolong hapus semuanya.

Pemilik warnet : Hapus. Baik, saya mengerti.


Di toilet, Jae Kyeong minum etafen nya.

Seperti biasa, dia hanya meminum yang berwarna putih.


Setelah itu, Jae Kyeong pun kembali ke Joo Song dan Yoon Jin.

Joo Song sendiri lagi nyuapin Yoon Jin. Mereka di restoran.

Jae Kyeong pun duduk di depan Yoon Jin. Joo Song menyuapi Yoon Jin lagi. Namun, Yoon Jin tak bisa membuka mulutnya dengan benar, sehingga potongan daging di sendoknya jatuh.

Joo Song : Apa terlalu besar? Kau tak buka mulutmu dengan benar. Aku harus menyuapimu sedikit-sedikit.


Melihat itu, Jae Kyeong meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu. Setelah itu, dia menunjukkannya ke Yoon Jin. Yoon Jin membaca tulisan Jae Kyeong.

Jae Kyeong : Kelihatannya kamu merasa malu. Hentikan saja karena banyak yang ingin kutanyakan. Kalau kamu tak bangun setelah hitungan ketiga, kursimu kutarik. Satu, dua...

Jae Kyeong pun menarik kursi Yoon Jin. Yoon Jin sontak bangun. Setelah menarik kursi Yoon Jin, Jae Kyeong kembali duduk. Melihat Yoon Jin berdiri, Joo Song tanya ada apa.

Joo Song : Mau ke mana? Toilet? Mau aku antar?


Yoon Jin pun menarik kursinya lagi dan kembali duduk. Setelah itu, dia mengambil sendoknya dari tangan Joo Song dan menyuruh Joo Song menuangkan kuah kimchi lobak lain kali.

Yoon Jin : Supnya bahkan tidak dibumbui. Apa kau hanya akan memberiku nasi polos?

Joo Song melongo melihatnya.

Yoon Jin pun mulai menyuap sendiri makanannya.

Joo Song : Kau baik-baik saja, Yoon Jin-ah?

Yoon Jin : Kau tidak lihat? Leherku hanya sedikit terkilir.


Yoon Jin melepas penyangga di lehernya.

Joo Song sewot, hei! Apa kau sedang berakting? Yoon Jin-ah! Padahal aku benar-benar sangat khawatir.


Yoon Jin : Aku malu. Aku melakukannya karena aku malu. Maaf.

Jae Kyeong : Aku sudah dengar cerita lainnya dari Joo Song. Apa maksud nomor PIN itu?

Yoon Jin : Itu mungkin bukan rekening bank. Menurutku itu sebuah koin. Mungkin dari Thailand?

Jae Kyeong : Kau sudah periksa situsnya?

Yoon Jin : Ya. Tapi mereka sungguh lucu. PIN-nya ada delapan digit. Empat digit pertama ditentukan Park Tae Jin. Lalu empat digit terakhirnya kurasa Park Joon Seo yang menentukan. Jelas mereka tidak percaya satu sama lain.

Jae Kyeong : Apakah ini berarti Park Tae Jin tidak membunuh Park Joon Seo? Tae Jin tak tahu PIN-nya, jadi dia tak mungkin melakukannya secepat itu.

Yoon jin : Park Tae Jin mengira bisa mendapatkan nomor pin nya dari Choi Ji Yeon. Lalu bagaimana sekarang? PIN-nya benar-benar tak terpecahkan. Tinggal satu kesempatan lagi.


Jae Kyeong : Uang itu... Mungkin didapatkan Park Joon Seo dan Park Tae Jin dari bisnis narkoba. Mengetahui hal itu, apa kau mencoba membuat kesepakatan dengan Park Tae Jin?

Yoon Jin : Maka dari itu... Aku sedang introspeksi. Meski kau sedang marah tidak bisakah kau membiarkan aku makan?

Jae Kyeong pun diam.

Yoon Jin : Terima kasih. Aku sangat lapar.


Jae Kyeong : Saat menyelidiki Lemon Ppong, ada sosok bernama Dokter yang muncul. Produsen Lemon Ppong. Kalian ingat catatan Lee Myeong Guk? Lee Myeong Guk rutin mengunjungi laboratorium Piro-dong. Menemui Jung Sang Eui dan melakukan sesuatu.

Yoon Jin : Kalau begitu, apakah yang mereka buat saat itu adalah Lemon Ppong?

Jae Kyeong : Awalnya dimaksudkan untuk Jong Soo. Dikembangkan dalam jumlah sedikit.

Yoon Jin : Kalau begitu, itu dibuat oleh Lee Myeong Guk. Park Joon Seo mengantarnya,
dan Won Jong Soo yang mengonsumsinya.


Joo Song : Aku juga memahaminya sampai situ. Tapi, Park Tae Jin yang tidak ada dalam gambar ini kenapa bisa tiba-tiba muncul?

Joo Song menunjukkan gambar sederhana yang baru dia buat di selembar tisu.

Joo Song : Buat, kirim, dan makan. Tidak ada Park Tae Jin dalam gambar sederhan ini. Lalu Joon Seo yang mengantarkan kenapa tiba-tiba ganti peran dan mulai bisnis narkoba dengan Tae Jin?

Yoon Jin menatap Joo Song,  tajam sekali.

Joo Song : Tidak juga.


Jae Kyeong : Park Tae Jin dengan jabatannya, sudah pasti merencanakannya agar tidak pernah terungkap ke publik. Dia pasti mendahulukan Joon Seo. Karena itu, Joon Seo yang cemas harus tahu minimal empat digit terakhir. Dia mungkin berpikir dia bisa mengendalikan Park Tae Jin.

Joo Song : Jadi bagaimana sekarang setelah Joon Seo meninggal? Joon Seo sudah tidak ada. Siapa yang akan mengantarkan obat untuk Won Jong Soo? Siapa yang melakukan bisnis Lemon Ppong yang tadinya dipegang Tae Jin?


Dan yang menjalankan bisnis itu adalah Sang Eui. Sang Eui mengantarkan obat ke kamar 'suite presidential' di Hotel Loraine. Tak lama, pintu kamar dibuka. Chi Hyeon muncul dari balik pintu dan mengambil kotak obat bernama Xynopharm dari tangan Sang Eui.


Setelah mengantarkan obat, Sang Eui pun masuk ke lift.

Di lift, dia menatap nama Jae Kyeong di riwayat panggilannya. Sang Eui pun berpikir sejenak sambil mengetukkan jarinya.


Si Jung diam2 keluar dari rumahnya. Sebelum pergi dia celingukan. Merasa aman, dia pun pergi membawa tas besar. Lah polisi yang mengawasi kediaman Si Jung, malah tertidur di mobil namun kepergian Si Jung terekam kamera dashboard mobil.


Ji Yeon terkejut Tae Jin tiba2 mendatanginya ke rumah. Dia pun tanya, ada perlu apa Tae Jin datang jam segitu. Tae Jin melirik sekeliling rumah Ji Yeon. Lalu dia melihat ada gelas dan teko berisi air putih di atas meja. Dia pun bergegas minum untuk mendinginkan hatinya yang lagi dipenuhi amarah.

Tae Jin : Ada yang ingin kutanyakan padamu. Aku bertemu Oh Yoon Jin.

Ji Yeon kaget mendengar itu.

Tae Jin : Menurutmu, kenapa aku bertemu Oh Yoon Jin?

Ji Yeon : Entahlah.

Tae Jin : Apa kau sudah tahu? Bahwa Yoon Jin juga tahu nomor PIN-nya?


Ji Yeon : Apa itu benar? Apakah itu nomor PIN yang benar?

Tae Jin tak jawab. Dia memejamkan matanya, berusaha menguburkan emosi dan menenangkan hatinya. Setelah itu, dia minum lagi, lalu menatap Ji Yeon. Ji Yeon tegang menanti jawaban Tae Jin soal fakta bahwa 4 digit pin yang mereka cari adalah hari ulang tahun Yoon Jin. Namun Tae Jin tak jawab dan memilih pergi.


Tae Jin masuk ke mobilnya. Barulah di mobil, dia meluapkan amarahnya. Dia memukul setir mobilnya dan berteriak. Tiba2, ponselnya berbunyi. Telepon dari Sang Eui. Tae Jin makin kesal.

Tae Jin : Ada apa?

Sang Eui : Bisa telepon sebentar?

Tae Jin : Katakan, ada apa?

Sang Eui : Ini agak... Ada sesuatu yang besar terjadi.

Tae Jin : Masalah besar?

Sang Eui :  Ya. Gong Jin Wook. Bos Yoon yang berbisnis dengannya....

Tae Jin ngamuk, dasar bodoh! Apa kau mendengarku? Sudah kubilang jangan bicarakan ini lewat telepon. Mengerti?

Sang Eui : Ya, aku minta maaf.

Tae Jin : Sang Eui-ya. Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?

Sang Eui : Maaf, aku sedang terburu-buru.  Lalu dimana kita bisa bertemu? Aku yang ke sana?

Tae Jin : Besok jam 16.00. Datanglah ke Taman Myeongeul. Tempat kita terakhir kali makan malam.

Sang Eui : Ya, aku mengerti.


Panggilan selesai.

Tae Jin menghela nafasnya.

Di rumah di Bukit Piro-dong, Jong Soo yang berada di lantai 2, mondar mandir dengan wajah gelisah sambil terus menatap ponselnya. Tak lama kemudian, Han Seong Hoon dari Group Le Gu menelponnya. Jong Soo langsung menjawab dan tanya hasilnya. Di lantai bawah, Chi Hyeon juga menatap Jong Soo dengan cemas.

Jong Soo : Benarkah? Baik. Kerja bagus.


Usai bicara di telepon, Jong Soo turun ke bawah. Chi Hyeon tanya gimana hasilnya. Apakah lolos direksi? Namun melihat air muka Jong Soo, Chi Hyeon pikir Jong Soo gagal.

Jong Soo menatap Chi Hyeon dengan tegang.

Jong Soo : Dari Lee Gu Group...


Tiba2, Jong Soo tertawa dan berkata kalau dia menang 500 miliar.

Chi Hyeon lega, bikin kaget saja.

Jong Soo pun memeluk Chi Hyeon.

Jong Soo : Kita berhasil, Bung! Selesai.


Jong Soo pun beranjak ke jendela. Chi Hyeon mengikuti Jong Soo. Mereka menatap pemandangan diluar jendela.

Jong Soo : Bila izin Wali Kota Joo In Sang turun, ini semua akan jadi milik kita, Chi Hyeon-ah.

Chi Hyeon : Tentu saja!

Jong Soo : Bahkan Joo In Sang pun tak punya alasan untuk menolak. Kerja bagus.

Chi Hyeon berteriak, meluapkan kegembiraannya.


Tae Jin yang baru keluar dari lift pun, juga menerima kabar soal keberhasilan Jong Soo. Tae Jin mengucapkan selamat. Dia juga bilang, dia akan pergi juga. Namun wajahnya terlihat galau mendengar kemenangan Jong Soo.


Tae Jin lantas masuk ke ruangannya dan, dia pun dibikin kesal karena melihat Jae Kyeong berdiri di dibalik mejanya. Tae Jin pun masuk. Dia menyuruh Jae Kyeong duduk dan mengambilkan minuman kaleng untuk Jae Kyeong. Namun Jae Kyeong memilih berdiri di depan Tae Jin.

Tae Jin : Ada perlu apa datang ke sini tanpa bilang dulu?

Jae Kyeong : Aku pikir kau takkan muncul kalau ini tentang penyelidikan tambahan.

Tae Jin : Apa?


Jae Kyeong lalu menunjukkan sebuah nomor yang sudah dia tandai di riwayat panggilan telepon umum yang digunakan Yoon Ho untuk menelpon Jae Kyeong.

Jae Kyeong : Itu nomormu, 'kan?

Tae Jin : Lalu?

Jae Kyeong : Ini rekaman panggilan Jung Yoon Ho kemarin malam dari telepon umum. Kenapa Yoon Ho menelponmu?


Jae Kyeong kembali menyimpan daftar riwayat itu ke dalam jaketnya.

Tae Jin : Bagaimana menurutmu?

Jae Kyeong : Park Tae Jin!

Tae Jin : Aku tanya karena aku juga penasaran. Seorang teman SMA buron karena jadi tersangka pembunuhan. Aku dapat panggilan dari telepon umum di tengah malam. Menurutmu apa yang dia bicarakan?

Jae Kyeong diam saja menatap Tae Jin dengan tatapan curiga.

Tae Jin : Sudah jelas. "Atas dasar apa aku jadi tersangka pembunuhan?" "Tak bisakah kau membantuku?"

Jae Kyeong : Jadi?

Tae Jin : Aku menyuruh dia menyerahkan diri. Apa kau takkan melakukan itu kalau jadi aku?

Jae Kyeong : Kalau Yoon Ho menelepon lagi, segera beri tahu aku. Aku harus tahu dulu agar tak perlu datang mencarimu seperti ini.

Tae Jin : Baiklah.

Jae Kyeong : Lalu, apa yang terjadi semalam? Kau hampir membunuh Yoon Jin. Apa kau sudah menghapus CCTV warnet? Apa kau membunuh Joon Seo?


Tae Jin pun berdiri dan memasukkan tangan ke dalam sakunya seraya menatap Jae Kyeong.

Tae Jin : Aku seorang jaksa. Terapi kejut semacam ini... mungkin akan berhasil untuk orang seperti Jung Sang Eui dan Oh Chi Hyeon. Tapi itu takkan berhasil padaku. Kau sudah dengar. Kami ada di sana hari itu.

Tae Jin merasa percaya diri.

Tae Jin : Astaga, ini pasti membingungkan. Aku yakin seseorang di antara kami membuat Joon Seo jadi seperti itu. Tapi karena Joon Seo terjatuh saat kami semua berada di lift, kau tidak bisa membuktikan pembunuhan langsung, 'kan?

Jae Kyeong : Kau pasti menggunakan otakmu sedikit. Tapi bagaimana, ya? Joon Seo tidak memberi tahu PIN-nya padamu dan pergi. Melihat skala bisnis Lemon Ppong, nilainya lebih dari sepuluh miliar won. Itu sangat disayangkan. Benar, 'kan?

Mendengar itu, Tae Jin agak terguncang tapi dia tetap berusaha tenang di depan Jae Kyeong.

Jae Kyeong : Apa kau Dokter? Apa kau menyeretku ke dalam masalah ini?

Mendengar itu, Tae Jin kaget.

Tae Jin : Apa maksudmu menyeret? Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Lemon Ppong? Dokter? Apa maksudnya?

Jae Kyeong : Benar. Kau seharusnya bilang tidak tahu. Karena mungkin sekarang aku merekam percakapan kita.


Jae Kyeong menunjukkan alat perekamnya. Ternyata Jae Kyeong merekam pembicaraan mereka sejak tadi.

Jae Kyeong : Dengar. Firasatku bilang, kita hampir sampai. Sepertinya aku bisa menangkapmu kalau kau mengulurkan tanganmu. Mulai sekarang, berhati-hatilah saat membuat langkah berikutnya. Jika tidak, aku akan menangkapmu.

Jae Kyeong beranjak pergi.

Tae Jin kesal.


Beralih ke Jong Soo yang menemui ayahnya. Begitu masuk, dia langsung disambut wajah ceria sang ayah. Jong Soo menebak, ayah sudah dengar?

Presdir Won : Jumlahnya 500 miliar.

Jong Soo berbangga diri.

Jong Soo  : Aku hanya ingin sekitar 200 hingga 300 miliar. Tapi dapatnya sangat banyak. Lima ratus miliar won.

Jong Soo dan ayahnya sama2 duduk di sofa tamu.

Jong Soo : Bukankah Lee Gu Group juga melihat ini sebagai sebuah proyek?

Presdir Won : Ayah baru saja bicara dengan Presdir Han. Dia punya harapan tinggi, jadi lakukan yang terbaik.

Jong Soo : Begitu rupanya.

Presdir Won : Sekarang kau hanya perlu dapat izin usaha dari Kota Anhyeon. Kapan kau akan bertemu Wali Kota Joo?

Jong Soo : Aku akan menemuinya besok saat makan siang. Karena situasinya berbeda dari sebelumnya, aku akan membawakan ayah kabar baik.

Presdir Won : Bagus.

Namun Presdir Won membuat Jong Soo salah tingkah. Dia terus menatap Jong Soo. Jong Soo pun tanya ada apa. Presdir Won tanya, apa belakangan ini hubungan Jong Soo dengan Tae Jin baik-baik saja.

Jong Soo : Ya. Kenapa?

Presdir Won : Dalam bisnis Piro-dong ini, Tae Jin bilang ingin berpartisipasi sebagai investor.


Presdir Won melemparkan proposal Piro-dong Tae Jin ke atas meja.

Jong Soo kaget, apa? Soal itu rupanya. Ya, kami sudah membicarakannya sedikit. Kelihatannya dia kenal orang yang punya uang. Mungkin orang itu yang dia bicarakan.

Presdir Won : Ayah sudah memeriksanya. Berapa lama kau akan mengandalkan Tae Jin seperti ini? Kau mestinya sudah tahu hal ini dan menyelesaikannya lebih dulu. Ayah sudah bilang padanya untuk fokus menjadi jaksa. Makanya sekarang sudah menunjukkan angin segar. Jadi jangan tunjukkan itu untuk sementara waktu. Tempatkan seseorang padanya diam-diam.

Jong Soo mengerti dan tidak bisa membantah.


Jae Kyeong kembali menemui Si Jong. Si Jong tanya, apa Jae Kyeong sudah menangkap semuanya. Jae Kyeong mengiyakan dan berkata itu berkat Si Jong. Tapi kemudian dia bilang sayangnya pelaku utama belum tertangkap.

Si Jong : Begitu, ya. Jika ada yang ingin anda katakan, cepat katakan.

Jae Kyeong : Kau pernah menyelundup?

Si Jong : Ketika aku masih muda.

Jae Kyeong : Di mana?

Si Jong : China.

Jae Kyeong : Masih kontak dengan orang yang terlibat?

Si Jong : Sudah lama terputus. Itu sudah lama sekali.

Jae Kyeong : Kau bisa langsung menghubunginya, 'kan?

Si Jong mulai kesal, hyung! Dalam bidang ini pun sering terjadi pergantian pekerjaan. Mereka adalah anak-anak yang dulu saya kenal. Sekarang ini mereka ada di penjara atau sudah mati.

Jae Kyeong : Mari kita cari tahu.

Si Jong : Kalau tahu begini, harusnya aku menjalani hidup baik sejak awal. Jangan baru berbuat baik di pertengahan begini. Ini sulit.

Jae Kyeong : Benar, itu maksudku.

Si Jong : Sungguh menakutkan.


Si Jung menunggu di halte. Tak lama, bus datang dan Yeong Eun turun dari mobil.

Si Jung : Yeong Eun-ah.

Yeong Eun : Ibu! Bagaimana ibu bisa sampai di sini? Polisi tidak membiarkan ibu keluar, 'kan?

Si Jung : Ibu menyelinap keluar. Ibu baru saja menemui ayahmu.

Yeong Eun : Ibu!

Si Jung : Ayahmu baik-baik saja.

Yeong Eun : Bagaimana kalau nanti ketahuan?

Si Jung : Makanya ibu menunggumu untuk masuk bersama. Tidak apa-apa kalau ibu masuk dengan putri sendiri.


Sebelum pulang, Si Jung dan Yeong Eun mengintip depan rumah mereka terlebih dahulu.

Si Jung : Ada apa orang?

Yeong Eun bilang tidak.

Si Jung : Bagus, ayo pergi.


Si Jung dan Yeong Eun berjalan bersama menuju rumah.

Tapi tiba2, polisi lalin dan seorang detektif datang.

Detektif : Nyonya Kang Si Jung. Anda dari mana?

Si Jung : Menjemput putriku. Kau tidak lihat?


Detektif menunjukkan video rekaman saat Si Jung pergi diam2 membawa tas besar.

Detektif : Anda harus ikut kami.

Si Jung terdiam.


Woo Sung datang menjemput Yoon Jin.

Saat mau pergi, Ji Yeon tiba2 datang. Yoon Jin terdiam menatap Ji Yeon.


Yoon Jin dan Ji Yeon duduk di kafe. Yoon Jin menjelaskan, dia tak tahu kenapa Joon Seo menggunakan ulang tahunnya sebagai nomor pin.

Yoon Jin : Aku dan dia hanya pacaran sebentar waktu SMA.

Tapi kemudian, Yoon Jin meralat ucapannya.

Yoon jin : Tidak, sebenarnya kami bahkan tidak pacaran baru-baru ini. Kalau aku berada di posisimu, aku pasti juga merasa tidak enak. Aku paham itu.

Ji Yeon : Benar, aku tidak menyukainya. Tapi ketika aku tiba di rumah dan memikirkannya, semua ini seperti dalih untuk diriku sendiri. Jujur saja, aku dan suamiku sudah tujuh tahun menikah. Yoon Hee putri kami sudah sakit sejak lahir. Tapi aku bahagia saat itu. Kemudian Yoon Hee meninggal. Aku jadi kesepian. Saat itu, Tae Jin mendatangiku. Hatiku sempat terguncang. Tapi aku pikir itu hanya perasaan yang berlalu begitu saja. Itulah yang terjadi.

Yoon Jin : Apakah sebelum Joon Seo meninggal, dia sudah tahu hubunganmu dengan Tae Jin?

Ji Yeon : Ya.


Ji Yeon ingat hari itu, tanggal 13 Februari 2024. Ji Yeon pulang ke rumah. Namun dia berjalan agak sempoyongan karena mabuk. Begitu masuk, dia langsung membuka kulkas dan mengambil sebotol air. Setelah meneguk air, dia menoleh ke ruang tengah dan melihat Joon Seo duduk di sana, tengah menatapnya.

Ji Yeon : Apa kau tidak tidur? Apa kau sudah tidur dulu?

Joon Seo tak jawab.


Ji Yeon lantas menutup kulkas dan berkata, mau tidur. Tapi saat mau masuk ke kamar, Joon Seo tanya sejak kapan.

Ji Yeon : Apa?

Joon Seo : Apakah sebelum Yoon Hee meninggal? Atau setelah itu?

Ji Yeon terkejut Joon Seo tahu hubungannya dengan Tae Jin.

Tapi dengan mata berkaca2, Ji Yeon tanya, apakah itu penting?

Ji Yeon lalu meminta maaf dan masuk ke kamarnya.


Joon Seo pun memejamkan matanya, berusaha menahan diri. Terlihat jelas di wajahnya, kekecewaan dan juga kemarahan.

Kamera menyorot foto Yoon Hee yang dipegang Joon Seo.

Flashback end...


Ji Yeon : Menurutku itu tidak penting.

Yoon Jin : Kapan itu terjadi?

Ji Yeon : Sekitar sepuluh hari sebelum suamiku pergi. Tae Jin datang pagi ini. Setelah memastikan bahwa nomor PIN yang aku miliki sama dengan punyamu, dia pergi tanpa melihat ke belakang.

Sambil menghapus air matanya sesekali, Ji Yeon cerita, setelah mengikhlaskan Yoon Hee dan suaminya, dia sangat khawatir Ta Jin juga akan meninggalkannya.

Ji Yeon : Bagaimana dia keluar jika aku memberi tahu PIN-nya? Bagaimana jika dia meninggalkanku? Bagaimana aku harus hidup di dunia ini sendirian? Benar. Inilah yang terjadi. Aku rasa ini hal yang pantas untuk terjadi. Seperti itu menurutku.

Yoon Jin pun terdiam mendengarnya.


Jae Kyeong yang baru datang, terkejut melihat Si Jung.

Si Jung diam saja menatap Jae Kyeong dengan wajah kalut.


Si Jung duduk di ruang interogasi. Jae Kyeong, Soo Hyeon dan Yeon Joo di ruang sebelah.

Yeon Joo : Daerah yang terakhir Kang Si Jung hubungi adalah Inju-dong. Nomor lainnya adalah telepon Daepo.

Jae Kyeong : Apa lokasi nomor itu bisa dilacak?

Soo Hyeon : Bisa.

Yeon Joo : Bagaimana kalau aku yang masuk?

Jae Kyeong : Saya saja.


Jae Kyeong pun masuk ke ruang interogasi.

Si Jung menatap Jae Kyeong dengan wajah kalut.

Jae Kyeong : Bagaimana kabar Yoon Ho? Sepertinya kau pergi ke Inju-dong pagi ini. Yoon Ho ada di sana?

Si Jung masih bungkam.

Jae Kyeong : Si Jung-ah. Yoon Ho sekarang ini ada di dalam kondisi berbahaya. Kita tidak tahu siapa yang akan dia sakiti selanjutnya. Kita harus membuat dia menyerahkan diri sekarang. Jong Soo, Tae Jin dan Chi Hyeon. Mereka tak berniat menyelamatkan Yoon Ho. Kalau kau mengharapkan mereka, itu salah besar. Orang yang bisa menyelamatkan Yoon Ho sekarang adalah kau.


Jae Kyeong pun beranjak setelah mengatakan itu. Dia mau keluar. Tapi Si Jung bicara.

Si Jung : Dia tidak bertanya. Apakah aku dan anak-anak baik-baik saja.

Jae Kyeong pun berbalik, mendengarkan Si Jung.

Si Jung : Apakah kami kaget atau tidak. Bagaimana aku sampai ke sini. Dia tidak menanyakan itu. Hanya apa ada telepon dari Chi Hyeon. "Bagaimana jika dia tak melakukan apa pun?" "Kau harusnya bertemu Jong Soo atau Tae Jin, apa yang kau lakukan di rumah?" Dia hanya bilang begitu. Karena aku marah, aku tanya apakah dia mengkhawatirkanku dan anak-anak. Kali ini Tae Jin dan Jong Soo tak akan membiarkannya begitu saja. Dia memintaku untuk tidak khawatir. Bodoh. Jika mereka menyelamatkan Yoon Ho, apa mereka akan biarkan dia sejauh ini? Kau tahu karena siapa Yoon Ho pertama kali membunuh orang dan masuk penjara? Karena Won Jong Soo. Aku pergi mencarinya seperti itu, memohon, dan meminta tolong. Walau aku memohon seperti itu... Kecuali Chi Hyeon dan Joon Seo, mereka tak pernah mengunjungi Yoon Ho di penjara. Kau... Bisakah kau menangkap Yoon Ho tanpa melukainya? Apa kau bisa janji padaku?

Jae Kyeong mengangguk.


Sambil menahan tangis, Si Jung pun memberitahu keberadaan Yoon Ho.

Si Jung : Motel Pine di Inju-dong.

Mendengar itu, Soo Hyeon langsung lari keluar.


Yeon Joo memberitahu yang lain.

Yeon Joo : Tersangka kasus pembunuhan Piro-dong, Jung Yoon Ho, sedang bersembunyi di motel Pine di Inju-dong. Kami mohon bantuannya.


Kembali ke Jae Kyeong dan Si Jung.

Jae Kyeong : Di rumah hanya ada anak-anak, bukan? Aku akan minta seseorang untuk mengantarmu.

Tangis Si Jung akhirnya pecah.

Jae Kyeong hanya bisa terdiam, iba menatap Si Jung.


Namun Yoon Ho sudah pergi. Soo Hyeon bilang Yoon Ho sudah pergi dua jam lalu.

Jae Kyeong : Bagaimana sinyal ponselnya?

Soo Hyeon : Masih tertangkap di sekitarnya.

Jae Kyeong : Pasti dia berpindah-pindah motel.

Yeon Joo : Kirimkan ciri-ciri Jung Yoon Ho kepada anggota tim distrik dan kita mulai menyelidiki motel di sekitar situ. Bergerak!


Tanpa mereka sadari, Yoon Ho mengintip dari jendela motel.

Yoon Ho ternyata masih di sekitaran sana dan melihat para detektif, termasuk Soo Hyeon, berkeliaran.


Melihat itu, Yoon Ho pelan2 menutup jendela, lalu bergegas membereskan pakaiannya.

Lalu dia keluar, namun dia langsung sembunyi di balik pintu karena melihat dua polisi di depan kamar yang letaknya tak jauh dari kamarnya.


Yoon Ho diam2 pergi, keluar dari Motel A1.

Tapi diluar, lagi2 Yoon Ho melihat polisi.

Yoon Ho pun berjalan pelan2 meninggalkan motel. Tapi kemudian dia berlari secepat mungkin.


Sang Eui datang ke Bukit Piro-dong dan mendapati Jong Soo tengah berpesta. Ada Chi Hyeon juga di sana.

Jong Soo : Sang Eui sudah datang? Kau pakai mantel, ya? Keren!


Sang Eui mencopot mantelnya.

Jong Soo : Hari ini aku punya kabar baik, jadi aku memanggil teman-teman untuk minum bersama. Karena San Eui selalu meneliti, membuat obat dan sekarang mengantarnya. Kau sangat sibuk, 'kan?

Sang Eui : Ya.


Chi Hyeon : Duduklah.

Sang Eui mendekat, mau duduk.

Jong Soo : Aku tak menyuruhmu duduk.

Sang Eui pun langsung menghentikan langkahnya dan melirik Chi Hyeon.

Chi Hyeon pun diam.

Jong Soo : Sang E
ui-ya, apa mungkin kau bertemu Jae Kyeong?

Sang Eui : Ya.

Jong Soo : Ternyata itu kau.



Jong Soo lantas bangkit, membawa botol dan mendekati Sang Eui.

Sang Eui ketakutan.

Jong Soo : Kau bilang pada Jae Kyeong bahwa pada hari kematian Joon Seo kita semua berada di sana.

Sang Eui : Aku hanya…

Jong Soo : Tak apa-apa. Bagus. Tapi nantinya kau harus lebih hati-hati dengan apa yang kau katakan. Jae Kyeong yang mendengar itu, lalu datang dan menggertakku.

Sang Eui : Maafkan aku.

Jong Soo : Mulai sekarang, agar aku tak mengalami itu lagi, berhati-hatilah dengan sekitarmu, oke?


Jong Soo mengambil gelas dan menunjuk Sang Eui dengan gelas di tangannya.

Jong Soo : Terutama kau. Jika nanti Jae Kyeong mengatakan sesuatu, balaslah dengan keras. Ada aku di belakangmu, apa masalahnya? Benar, 'kan?

Sang Eui : Ya.


Jong Soo menuangkan minum untuk Sang Eui. Tapi Tae Jin datang. Tae Jin agak bingung melihat Sang Eui juga datang. Tae Jin mendekati mereka.

Jong Soo : Jaksa Park Tae Jin, selamat datang! Bakat terpendam kita yang tak terlihat, Jaksa Park Tae Jin! Kau sudah bekerja keras merencanakan semua ini.  

Tae Jin : Maaf sepertinya aku memperburuk suasana bagus ini. Kapan kau bertemu Wali Kota In Sang?

Jong Soo : Kau memang memperburuk suasana. Sekarang di rumahku nama Joo In Sang adalah hal yang tabu. Besok kami bertemu saat makan siang bersama Wakil Ketua Han.

Tae Jin : Kali ini akan berbeda.

Jong Soo : Harusnya begitu. Ayo kita bersulang! Untuk bisnis Piro-dong, kita akan sukses besar!

Tae Jin : Mumpung sedang memperburuk suasana, aku mau bicara denganmu sebentar.

Jong Soo melirik Chi Hyeon.


Chi Hyeon mengerti dan menyuruh Sang Eui keluar.

Kamera menyorot mantel Sang Eui di atas sofa. Sepertinya Sang Eui sengaja meninggalkan mantelnya.


Percakapan mereka terekam ponsel Sang Eui.

Tae Jin pun cerita kalau kemarin dia bertemu Yoon Ho.

Tae Jin : Aku bertemu dengannya di tempat tenang dan memberi yang dia perlukan. Aku memintanya tetap sembunyi sampai keadaan tenang.


Jong Soo kesal mendengar itu.

Jong Soo : Kemarin Jang Jae Kyeong juga mendatangiku.

Tae Jin : Si berengsek itu sangat bersemangat. Siang ini dia juga datang mencariku.


Chi Hyeon : Lalu dia bilang apa?

Tae Jin : Cerita yang sudah jelas.


Chi Hyeon : Jadi, Jung Yoon Ho kenapa?

Tae Jin : Dari pihak polisi, tersangka pembunuhan Lee Myeong Guk dan pemilik penggilingan sudah diidentifikasi yaitu Jung Yoon Ho. Tampaknya kendaraan dan CCTV telah diamankan sebagai barang bukti. Tapi masalahnya, kenapa Lee Myeong Guk meninggal? Kenapa dibunuh, lalu disimpan dalam keadaan beku? Kenapa membunuh pemilik penggilingan dan membakar server CCTV? Jika polisi terus menggali maka kalian semua dalam bahaya.


Jong Soo dan Chi Hyeon saling melirik mendengar itu. Mereka resah.

Jong Soo lalu tanya apa kesimpulan Tae Jin dan apa yang mau Tae Jin lakukan.

Tae Jin : Jung Yoon Ho, terlalu beresiko.

Jong Soo terkejut, kau ingin kita membunuhnya?

Tae Jin menatap Jong Soo dengan tatapan buas.

Jong Soo : Park Tae Jin!

Tae Jin : Atau ada alternatif lain? Sejujurnya aku juga muak. Sekalipun kita bersatu dan memfokuskan upaya kita pada satu arah, itu tak cukup. Kita terus membuat kesalahan acak di sana-sini. Jika akhirnya bermasalah, tak seharusnya kalian memintaku membersihkannya. Apa lagi yang harus aku lakukan di sini?

Chi Hyeon : Walau begitu, bukan seperti ini caranya. Untuk apa kita sampai ke titik ini? Bukankah kita ingin melakukan bersama dengan baik? Tapi Yoon Ho...


Tae Jin : Hei, ada yang ingin kau katakan? Justru itu, mengapa kau membunuh Lee Myeong Guk? Tapi itu… Jangan menjadikan Jung Yoon Ho sebagai alasan. Katanya kamu diancam oleh Lee Myeong Guk. Pernahkah kamu berdiskusi dengan kami? Tak bisa membedakan depan dan belakang, bikin masalah, lalu sekarang apa lagi? Kalian memintaku memaklumi semua ini demi teman? Oh Chi Hyeon! Ini sudah yang keberapa kalinya bagimu? Jangan-jangan kau... Karena kau ragu, maka kau lakukan itu pada Lee Myeong Guk di kesempatan ini.

Chi Hyeon : Apa? Ragu?

Tae Jin : Kasarnya, siapa yang tahu jika kau mencuri obat Jong Soo?


Chi Hyeon marah dan membanting gelasnya.

Chi Hyeon : Apa maksudmu? Katakan lagi.

Tae Jin : Jika kita menundanya, semuanya akan berakhir. Jika polisi menemukannya lebih dulu, semua ini akan berakhir.


Jong Soo diam saja dan bingung harus bagaimana.

Tae Jin menatap Jong Soo, Jong Soo-ya!

Chi Hyeon tetap tak setuju Yoon Ho dibunuh.

Chi Hyeon : Jong Soo-ya, bukan begini...

Tae Jin : Apanya yang bukan? Jika ini terus berlanjut, maka semuanya akan berakhir.


Tae Jin pun mendesak Jong Soo mengambil keputusan.

Jong Soo ingin memikirkannya lagi.

Tae Jin tak setuju.

Jong Soo marah, kau datang dengan sebuah pilihan dan menyuruhku untuk memutuskan. Jika kau memutuskan semua jawaban dan memintaku untuk memutuskan, bukankah itu perintah? Itu selalu jadi masalahmu.

Tae Jin terdiam menatap Jong Soo.

Jong Soo : Pertama kita tunggu dulu. Kau harus lebih memerhatikan pergerakan polisi. Jika benar-benar sampai akhir, langsung putuskan saat itu juga.


Chi Hyeon mendengus kesal, sial.

Kamera menyorot mantel Sang Eui.

Bersambung ke part 2...


EmoticonEmoticon