Minggu, 13 Oktober 2024

Sinopsis Such a Close Traitor Eps 1-1

 All Content From : MBC
Sinopsis Lengkap : Such a Close Traitor
Selanjutnya : Such a Close Traitor Eps 1-2

Sebuah mobil tampak melaju dengan tenang, melintasi kawasan yang sepi, di bawah langit malam yang pekat. Tidak ada lampu yang menerangi jalanan. Lampu mobil hanya mampu menerangi beberapa meter di depan sana. Mobil tersebut terus melaju, hingga akhirnya tiba di tempat tujuan yang diterangi kerlap kerlip lampu mobil polisi.  

Kamera menyorot sebuah alamat yang terterta GPS, "70-1, Muyeonsan-ro, Nam-gu Yeonju-si, Gyeongi."


Seorang pria paruh baya turun dari mobil. GPS seketika mati. Pria itu kemudian berjalan melewati para petugas yang tengah sibuk berlalu lalang. Mereka ada di depan hutan. Pria itu berhenti sejenak di samping Detektif Oh Jung Hwan yang tengah menanyai seorang saksi. Kamera menyorot wajah pria itu. Dia adalah Jang Tae Soo, seorang profiler.

Detektif Oh : Kau sendirian saat menemukannya?

Saksi, seorang pria, membenarkan iya sendirian saat menemukannya.

Saksi : Orang tuaku tak mau minum air keran dan aku harus pergi kerja besok pagi, jadi…

Tae Soo melihat dua jerigen di dekat kaki saksi.

Setelah itu, dia memperhatikan mimik saksi saat menjawab pertanyaan Detektif Oh.

Tae Soo pun mengerti dan lanjut berjalan.

Detektif Oh terus bertanya.

Detektif Oh : Kau harus berangkat kerja pagi hari.

Saksi : Ya. Aku berangkat saat subuh.


Di dalam hutan, petugas forensik tengah sibuk bekerja di lokasi yang sudah dipasangi garis kuning. Kamera menyorot sebuah tengkorak yang tergeletak miring di dalam lubang.

Tae Soo tengah mengamati tengkorak tersebut. Tak lama kemudian, Kepala Forensik Hwang Young Soo menghampirinya. Kepala Forensik Hwang bilang, bakal sulit mengidentifikasi korban.

Tae Soo : Sepertinya korban murid SMA.

Kepala Hwang : Tak ada seragam ditemukan di TKP.

Tae Soo : Perkembangan tulang sikunya menunjukkan usianya lebih dari 16 tahun. Tulang bahunya juga belum utuh menyatu, artinya usianya di bawah 20 tahun.

Kepala Hwang : Sangat disayangkan. Korban tak sempat berkembang.


Tae Soo lantas memeriksa sekitarnya dan menemukan jejak penyadapan di rumput.

Tae Soo pun menyinari jejak itu dan jejak tersebut berasal dari sebuah pohon.


Detektif Kim Yong Soo memanggil Tae Soo.

Detektif Kim : Timjang-nim.

Tae Soo menoleh.

Detektif Kim : Kapten Oh mencarimu.

Tae Soo dan Detektif Kim pergi menemui Kapten Oh


Kapten Oh yang baru selesai menanyai saksi, bergegas menghampiri Tae Soo. Kapten Oh bilang ada yang janggal. Keterangan saksi berubah-ubah.

Tae Soo : Suruh dia datang ke kantor polisi besok pagi. Aku pamit, ya.

Kapten Oh : Ini harus diperiksa sekarang.

Tae Soo : Ada hal penting yang harus kuurus.

Kapten Oh : Ini kasus pembunuhan. Apa yang lebih penting?


Tae Soo pun beranjak mendekati saksi.

Tae Soo : Itu bukan mata air, 'kan? Kenapa kau membohongi kami?

Saksi kaget, apa?


Kita diperlihatkan flashback saat saksi menyadap pohon.


Tae Soo : Kau tak boleh menyadap pohon sembarangan. Itu melanggar UU Perlindungan Hutan.

Tae Soo lantas menyuruh Detektif Kim mengirim saksi ke departemen terkait.


Kapten Oh marah dan berjalan mendekati Tae Soo.

Kapten Oh : Kapten Jang, kerjakan bagianmu. Semua orang lembur dan bergadang di sini. Setidaknya, jangan mematahkan semangat yang lain.

Tae Soo : Aku butuh bukti untuk menganalisis tersangka. Akan kuanalisis setelah kau memberikan datanya. Tak usah buru-buru.


Tae Soo pun pergi.

Kapten Oh, Detektif Kim dan Detektif Jo Kyeong Bin menatap kepergian Tae Soo.

Detektif Kim : Kabarnya, dia bisa tahu hanya dengan melihat TKP.

Mendengar itu, Kapten Oh sewot dan memarahi Detektif Kim.

Kapten Oh : Hei. Kau masih berharap padanya? Sudahlah. Lagi pula, dia akan pergi.

Detektif Kim : Pergi? Ke mana?

Kapten Oh : Dia cuma sebentar di sini sebelum kembali ke markas.

Detektif Jo :  Tapi dia tak bisa selalu cepat pulang.

Kapten Oh : Sudahlah. Tak lama lagi, kita tak perlu melihat wajah menyebalkan itu lagi.

Kapten Oh pun beranjak.


Tae Soo pulang ke rumah. Sambil mengikuti instruksi di video memasak yang ditontonnya, Tae Soo memotong2 zucchini. Tae Soo ingin membuat hobak jeon.

Setelah memotong zucchini, Tae Soo lanjut merendam rumput laut.


Kemudian, Tae Soo mengocok lepas telur dan menyiapkan tepung kering. Sesuai video memasak yang ditontonnya, dia melumuri potongan zucchini dengan tepung, lalu mencelupkannya ke dalam olesan telur dan mulai menggoreng.


Tae Soo lantas membuka lemari, mencari sesuatu. Tak ketemu, dia membuka laci dapur. Tapi yang dicarinya, ketemu di dalam lemari bagian bawah. Tae Soo mencari panci untuk merebus.

Tae Soo lanjut memotong daging, kemudian mengiris wortel.

Sementara itu, rebusannya mulai mendidih.


Kamera menyorot jarum jam yang menunjukkan pukul 21.30.

Berbagai lauk sudah siap di meja makan.

Tae Soo memasang beberapa lilin di atas kue ulang tahun.


Setelah semua selesai, Tae Soo pun beranjak ke pintu sambil memakai jasnya dan melewati meja yang memajang foto istri dan putri Tae Soo yang sudah menginjak remaja.


Murid2 SMA berlarian keluar dari tempat bimbel mereka.

Tae Soo menunggu putrinya di dalam mobil.


Lantaran putrinya tak kunjung keluar, Tae Soo pun pergi memeriksa.

Tapi guru les bilang, Ha Bin sudah keluar dari dua bulan lalu.

Sontak lah Tae Soo terkejut mendengarnya.

Guru les lantas menanyakan kabar Ha Bin.

Tae Soo terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan guru les bahwa kabar Ha Bin baik, lalu dia mengucapkan terimas kasih atas perhatian guru les pada Ha Bin.


Sebuah kereta berhenti di stasiun. Seorang gadis berambut panjang duduk di dekat jendela. Orang2 pada masuk ke dalam kereta. Kereta penuh dengan para penumpang, bahkan sampai desak2an saking penuhnya.

Kamera menyorot gadis yang duduk di dekat jendela tadi. Dia Ha Bin, putrinya Tae Soo. Ha Bin pun berdiri dan menyerahkan kursinya untuk diduduki seorang nenek yang berdiri di depannya. Nenek itu mengucapkan terima kasih pada Ha Bin dan bergegas duduk di kursinya Ha Bin tadi.


Ha Bin lantas menoleh dan melihat gerak gerik dua gadis di dekat pintu mencurigakan.


Seorang gadis yang berdiri di depan seorang penumpang wanita yang tertidur, mengode temannya yang satu dengan lirikan. Gadis itu kemudian menguap dan pura2 tidur. Temannya langsung beraksi, dia merogohkan tangannya ke dalam tas penumpang wanita yang tertidur tadi dan mengambil sebuah ponsel.

Ha Bin melihatnya. Gadis itu juga menatap Ha Bin tapi dia tetap mengambil ponsel wanita itu.

Tak ada yang ngeh dengan aksi pencurian tersebut, kecuali Ha Bin.


Tapi, wanita pemilik ponsel tiba2 bangun dan menyadari ponselnya hilang. Wanita itu lantas memanggil kekasihnya yang duduk di sebelahnya.

"Sayang, coba telepon aku."

"Ada apa? Ponselmu hilang?"

"Tak kelihatan. Telepon aku."


Mendengar itu, kedua gadis itu panic. Gadis yang mencuri ponsel, membalikkan badannya dan berusaha mematikan ponsel itu tapi ponselnya meminta sandi layar terlebih dahulu. Gadis itu panik. Tak lama kemudian, ponsel wanita itu berdering. Gadis itu tambah panik.


Tapi tiba2 saja, sebuah sirine berbunyi dengan keras.

Gadis itu selamat.

Sirine berasal dari ponsel Ha Bin. Gadis yang mencuri ponsel pun menatap Ha Bin. Gadis itu pun tahu Ha Bin menyelamatkannya.


Kereta berhenti di stasiun. Kedua gadis pencuri itu buru2 turun dari kereta dan pergi.

Ha Bin ikut turun dan mengejar kedua gadis itu.


Tae Soo masih mencari Ha Bin. Dia mendatangi tempat les Ha Bin yang lain. Tapi, pihak tempat les mengaku mereka tak punya murid bernama Jang Ha Bin.

Tae Soo pun kebingungan dan menelpon Ha Bin.


Tae Soo kembali ke mobilnya dan membaca chat nya dengan Ha Bin yang lalu2. Dalam chat lamanya, Tae Soo berkata akan menjemput Ha Bin dan meminta Ha Bin mengirimkan alamat perpustakaan yang Ha Bin datangi.

Ha Bin pun memberi alamat perpusatakaan itu, Perpustakaan Icarus.

Tiba2, Tae Soo mendapat telepon.


Ha Bin sendiri ada di kantor polisi. Dia memberitahukan namanya, usianya dan nomor NIK nya pada polisi yang bertugas.

Polisi : Kau masih pelajar, tapi jago berkelahi. Anak-anak zaman sekarang, jika tak sesuai kemauan mereka, mereka langsung main fisik.

Ha Bin memperhatikan polisi yang menginterogasinya. Dia melihat ada cincin di jari polisi itu. Lalu dia memperhatikan kado di atas meja polisi itu. Kado yang ditempeli pita bertuliskan, "Terima kasih, Aku sayang ayah."


Ha Bin terdiam sejenak. Tak lama kemudian, dia pun tahu harus mengatakan apa.

Ha Bin : Berkat ayahku, aku belajar berbagai macam olahraga.

Polisi : Bukan berarti kau boleh berkelahi.

Ha Bin : Tapi aku paham maksud ayahku. Dia melihat pemerkosa dan pembunuh setiap hari.

Polisi : Apa dia seorang polisi?

Ha Bin : Ya.


Kamera menyorot foto2 pria itu bersama istri dan putrinya yang masih balita, di atas meja.

Ha Bin : Dia selalu mengkhawatirkanku sejak aku kecil. Dia menyuruhku mewaspadai orang asing dan aku harus selalu bisa membela diriku. Aku tak berniat berkelahi. Aku hanya mau melindungi diriku.


Mendengar itu, gadis yang mencuri sewot.

"Melindungi apanya? Dasar jalang gila." ujar gadis berkemeja flanel kotak-kotak yang mengambil ponsel tadi.

Gadis itu dan temannya duduk di kursi tunggu.

Polisi sewot dan memarahi gadis itu. Dia menyuruh gadis itu berbicara dengan sopan.


Tae Soo datang dan terdiam sejenak menatap Ha Bin.

Tak lama, dia tanya apa yang terjadi. Ha Bin diam saja. Polisi yang menjelaskan kejadiannya ke Tae Soo.


Polisi : Mereka bertengkar. Ini melibatkan dua pihak. Aku yakin ini bisa diselesaikan.

Tae Soo menatap dua gadis pencuri yang bertengkar dengan Ha Bin.


Polisi kemudian bilang ada masalah lain.

Tae Soo : Ada apa?

Polisi : Kami menemukan beberapa ponsel curian di TKP, tapi mereka keukeuh mereka bukan pelakunya. Mereka semua kabur dari rumah dan sedang menjalani masa percobaan.

Tae Soo : Di mana mereka ditangkap?

Polisi : Lokasi yang dilaporkan adalah sebuah motel.


Tae Soo langsung menatap Ha Bin dan meminta penjelasan kenapa Ha Bin ke sana.

Ha Bin menatap dingin ayahnya.

Ha Bin : Ayah memikirkan apa?

Tae Soo : Kau ke sana atas kemauanmu sendiri?

Ha Bin : Boleh kita bahas ini nanti?


Teman gadis yang pencuri angkat bicara.

"Hei, kau bilang mau kabur juga. Kau bilang mau masuk geng kami." ucap gadis itu, yang disusul tawa temannya.


Tae Soo pun minta penjelasan ke Ha Bin apa itu benar.

Ha Bin : Aku tak bilang begitu. Mereka yang curi ponsel itu.


Tae Soo terdiam dan memperhatikan gerak bibir Ha Bin.

Tae Soo lantas bilang ke polisi bahwa mereka siap mendukung proses investigasi.

Tae Soo : Kabari aku jika butuh apa pun.


Tae Soo membawa putrinya pulang. Sepanjang perjalanan, Tae Soo tak bertanya apapun kepada putrinya. Dia lalu menatap putrinya dari kaca spion, yang artinya putrinya duduk di kursi belakang.

Ha Bin yang duduk di kursi belakang, juga diam dan menatap keluar jendela.


Tae Soo menyiapkan nasi, sup dan peralatan makan untuk Ha Bin. Tapi, Ha Bin memilih makan salad. Dia mengeluarkan salad dan sebotol minuman dari dalam kulkas.

Tae Soo mengambil minuman Ha Bin.

Tae Soo : Ini sudah kedaluwarsa.

Tae Soo lalu membuang minuman Ha Bin ke tong sampah dan menyuruh Ha Bin makan makanan yang sudah dia siapkan.


Ha Bin tanpa bicara, memilih makan saladnya.

Tae Soo yang duduk di ujung meja satunya, hanya bisa terdiam menahan emosi melihat kelakuan putrinya.

Tae Soo lantas mulai menyantap masakan yang dimasaknya. Tiba2, Ha Bin bertanya, kapan dia pindah. Tae Soo terkejut mendengarnya, apa?

Ha Bin : Ayah kembali ke markas bulan depan, 'kan?

Tae Soo : Ayah bisa menundanya. Tenang saja.

Ha Bin : Kembali saja.

Tae Soo : Berarti kau harus tinggal sendirian.

Ha Bin : Itu konsekuensinya setelah ayah cerai, 'kan? Kita memang akan tinggal terpisah.

Tae Soo : Ayah tahu Ayah bukan figur yang baik untukmu. Mulai sekarang, ayah ingin lebih sering…

Ha Bin : Aku tak mau.


Ha Bin pun berdiri. Dia mau beranjak. Tapi Tae Soo menyuruhnya duduk lagi. Tae Soo bilang dia belum selesai bicara. Ha Bin tak menurut. Dia tetap ingin beranjak.

Tae Soo : Jang Ha Bin.

Ha Bin pun menghentikan langkahnya.


Tae Soo : Apa kegiatanmu belakangan ini? Kau keluar dari akademi dan berbohong pergi ke perpustakaan. Kenapa kau temui gadis-gadis yang kabur itu? Kenapa kau pergi ke motel?

Ha Bin : Selama ini, aku tak pernah punya ayah. Sekarang pun aku tak butuh. Tak usah repot-repot. Kumohon.

Ha Bin beranjak dari ruang makan.


Tae Soo hanya bisa diam dan menghela nafasnya.

Kamera menyorot kado ultah untuk Ha Bin.


Jarum jam sudah menunjuk pukul 12 malam.

Tae Soo hanya terdiam di sofanya, sambil menatap foto2 istri dan anaknya. Tae Soo kemudian menghela nafas dan beranjak dari sofa.


Di koridor rumahnya, Tae Soo berhenti melangkah. Dia terdiam menatap kamar Ha Bin yang berada di ujung koridor, sambil memikirkan kata2 Ha Bin di kantor polisi tadi.

Ha Bin : Aku tak bilang begitu. Mereka yang curi ponsel itu.


Tae Soo menghela nafas lagi. Lalu dia beranjak ke kamarnya. Dan lampu di depan kamar Tae Soo pun padam seketika setelah Tae Soo masuk.

Kamera lalu menyorot lampu di depan kamar Ha Bin yang juga padam.

Tapi tiba2, tampak bayangan lampu dari kamar Ha Bin yang menyala.

Ya, Ha Bin menyalakan lampunya setelah Tae Soo masuk ke kamar.


Para detektif tengah rapat, membahas soal penemuan tengkorak tadi.

Kapten Oh memaparkan laporannya pada Kepala Polisi Lee Seok Moon.

Layar proyektor di depan mereka, menampilkan gambar tengkorak korban.

Kapten Oh : Korban tampaknya seorang wanita di akhir usia remaja,
tingginya sekitar 168 cm. Sesuai gambar, tak ada jaringan kulit atau tulang rawan yang tersisa, jadi akan sulit mengidentifikasi korban.

Kepala Polisi Lee : Apa kata Dinas Forensik Nasional?

Kepala Hwang yang duduk di paling ujung, dekat layar proyektor menjawab bahwa forensik akan coba mengambil DNA dari tulang paha, tapi itu butuh waktu beberapa minggu. Tak ada tanda-tanda trauma pada tulang juga, yang mempersulit mereka menentukan penyebab kematiannya.

Tae Soo yang duduk di depan Kepala Lee, menatap ke layar proyektor.

Kepala Lee : Jadi, kita tak tahu siapa dia atau bagaimana dia tewas. Kita akan menyusun daftar wanita hilang di area itu dengan rentang usia tersebut. Mengidentifikasi korban adalah prioritas utama kita. Pastikan Tim Satu mendapatkan bantuan apa pun.


Rapat selesai. Semua keluar, kecuali Tae Soo yang beranjak mendekati Kepala Lee.

Tae Soo : Boleh kita bicara?

Kepala Lee : Kapten Jang, kau tahu kita ada wawancara untuk mencari penggantimu, 'kan?

Tae Soo : Tidak, anda tak pernah bilang.

Kepala Lee : Masa? Kukira sudah kubilang.

Tae Soo : Jika anda punya waktu, aku…

Kepala Lee : Nanti saja kita berbincang setelah wawancara.


Sekarang kita ke Lee Eo Jin, seorang wanita muda yang tengah duduk di kursi di koridor. Dia menunggu wawancara. Terlihat dari pakaian hitam putih yang dikenakannya. Sambil menunggu, dia membaca dan menghafalkan catatannya. Tak lama, dia melihat jam tangannya. Setelah itu, dia lanjut menghafal.


Seseorang berbaju hijau, melintas di depannya. Tapi tak lama, orang itu mendekati Eo Jin.

"Halo. Apa kau di sini untuk wawancara?" suara seorang pria terdengar.

Kamera lantas menyorot wajah pria berbaju hijau itu.

Eo Jin berdiri, karena mengira pria itu yang akan mewawancarainya. Dia pun lekas mengiyakan.


Tapi, pria berbaju hijau itu duduk kembali.

"Kau datang lebih awal."

Eo Jin pun mengerti kalau pria itu sama seperti dirinya.

Pria itu lantas mengaku kalau tadi dia kesasar.


Pria itu kemudian menaruh isi tasnya di sampingnya. Eo Jin pun terheran-heran melihatnya. Pria itu mengeluarkan permen dan memakannya. Eo Jin makin menatap aneh pria itu. Pria itu kemudian menoleh ke Eo Jin. Melihat Eo Jin menatapnya, pria itu pun langsung menawarkan permennya tapi ditolak Eo Jin.


Tae Soo lewat dan menyuruh keduanya masuk.

Tapi pria itu mengira mereka dipanggil bergantian.

" Bagaimana? Aku masuk lebih dulu?" tanya pria itu.

Eo Jin mengiyakan.


Pria itu masuk duluan tapi dia balik lagi dan memanggil Eo Jin.

"Dia mau kita masuk bersama." ucap pria itu.

Mereka pun masuk bersama.



Sekarang Eo Jin dan pria berbaju hijau sudah duduk di depan Tae Soo. Sambil memegang berkas mereka, Tae Soo menatap pria berbaju hijau.

Tae Soo : Goo Dae Hong-ssi, kau punya ponakan?

Dae Hong bingung dengan pertanyaan Tae Soo. Tapi dia tetap menjawab.

Dae Hong : Oh, ya. Apa tertulis di situ?

Tae Soo menunjuk ke arah lengannya.


Dae Hong pun sadar dan segera melepas stiker dari lengannya.

Dae Hong : Oh, ini menempel di bajuku. Sebenarnya ini punyaku. Hobiku menulis jurnal. Aku suka menghias jurnalku. Aku sudah suka membuat jurnal sejak kecil. Mengoleksi stiker dan lainnya.


Tae Soo agak terkejut dengan penjelasan Dae Hong.

Setelah itu, dia menatap Eo Jin.

Tae Soo : Bagaimana denganmu, Bu Lee Eo Jin? Kau punya hobi?

Eo Jin : Tidak punya, Pak. Bekerja sudah cukup menyenangkan.

Tae Soo : Itu pilihan ideal.


Tae Soo lalu kembali menatap Dae Hong.

Tae Soo : Pak Goo, kau bergelar master di bidang yang tak berkaitan. Kenapa kau menjadi polisi?

Dae Hong : Entahlah. Aku malah berujung menjadi polisi.


Tae Soo kemudian mewawancarai Eo Jin.

Tae Soo : Lee Eo Jin-ssi, ,enurutmu, apa hal yang paling penting saat menyelidiki kasus penculikan-pembunuhan?

Eo Jin : Memastikan fakta-fakta objektif dan tak menghubungkan beberapa hal hanya berdasarkan asumsi tanpa bukti.


Tae Soo menatap Dae Hong.

Dae Hong : Memahami kepribadian korban. Kurasa itu prioritas utama.


Tae Soo : Kenapa?

Dae Hong : Faktanya, kejahatan dilakukan oleh manusia melalui interaksi antarmanusia. Tergantung pada kepribadian korban, kasusnya bisa ditanggapi dalam banyak cara berbeda.


Eo Jin tak sependapat.

Eo Jin : Aku tak setuju. Ada batasan dalam investigasi yang fokus pada korban.

Tae Soo pun menyuruh Dae Hong meyakinkan Eo Jin.


Dae Hong pun menatap Eo Jin.

Dae Hong : Menganalisis fakta juga penting. Tapi kita harus tahu apakah korban sosok yang ceria atau pemalu, dan apa mereka bersikap defensif, atau secara aktif melawan serangan itu. Kurasa kita harus melihat dari perspektif orang tersebut agar bisa menganalisis kasusnya.

Eo Jin : Tapi itu bisa sangat menguras emosi dan akhirnya kita menjadi berat sebelah. Kita harus menganggap korban dan tersangka sebagai objek analisis guna mempertahankan objektivitas.

Dae Hong : Tapi sebagai polisi, bukankah tugas kita adalah memahami penderitaan korban?

Eo Jin : Jika aku jadi korban, aku ingin polisi menangkap pelakunya, bukan ikut menangis bersamaku.

Dae Hong : Menurutku, empati adalah salah satu keterampilan investigasi pokok. Menurutmu bagaimana?

Eo Jin hanya diam menatap Dae Hong.


Sekarang, Eo Jin menunggu dengan gelisah diluar. Dia mengetukkan sepatunya ke lantai. Tak lama, Tae Soo keluar. Eo Jin pun langsung mendekati Tae Soo.

Eo Jin : Boleh bicara sebentar? Aku sudah baca kolom-kolom yang kau tulis di majalah kepolisian.

Tae Soo : Tak perlu basa-basi. Langsung ke intinya saja.

Eo Jin : Kalau aku diterima kerja, artinya aku bisa kerja denganmu?

Tae Soo : Kau akan tahu begitu diterima. Jika tidak, tidak akan. Cukup semenit.

Tae Soo beranjak pergi.


Tae Soo pun membawa berkas Eo Jin dan Dae Hong ke Kepala Lee.

Kepala Lee : Apa wawancaranya lancar?

Tae Soo : Ya.

Kepala Lee : Kau bilang ingin bicara denganku.

Tae Soo : Aku ingin tetap kerja disini.

Kepala Lee : Aku tak punya kuasa untuk menentang keputusan atasan. Sudah diputuskan seperti itu.

Tae Soo : Aku janji akan bekerja lebih keras. Putriku akan naik kelas 12 tahun depan dan hanya aku yang bisa menjaganya.

Kepala Lee : Aku minta maaf, tapi sayangnya aku tak bisa bantu.

Kepala Lee lalu bertanya, siapa yang lebih baik sebagai pengganti Tae Soo menurut Tae Soo.

Tae Soo pun menggeser satu berkas yang menjadi pilihannya.

Kepala Lee melihatnya.

Kepala Lee : Aku yakin kau yang lebih pintar menilai karakter daripada aku.

Kepala Lee lantas mengatakan, pilihan Tae Soo tampaknya cukup kompeten.


Di mejanya, Tae Soo membuat rencana serah terima jabatan Divisi Analisis Perilaku Kriminal.


Sementara itu, Kapten Oh mendekati rekannya sambil memegang buku kecilnya dan selembar kertas. Kapten Oh menyuruh Detektif Jo memperluas area laporan orang yang hilang.

Detektif Jo : Laporannya banyak. Memeriksa setiap…

Kapten Oh : Hei, kau keberatan?

Detektif Jo : Tidak, Pak.

Kapten Oh : Sekolah-sekolah terdekat sudah dihubungi?

Detektif Jo bilang, itu Detektif Park yang urus.

Detektif Park pun langsung memberikan laporannya ke Kapten Oh.

Detektif Park : Soal daftar murid yang absen tanpa pemberitahuan? Sudah.

Kapten Oh : Perkiraan waktu penguburannya satu tahun. Buat daftar murid yang absen sekitar waktu itu.

Detektif Park : Ya, Pak.


Detektif Park lalu memberitahu Kapten Oh kalau dia sudah mencetak daftar murid yang absen tanpa pemberitahuan. Kapten Oh pun langsung mendekati mesin print yang ada di dekat meja Tae Soo untuk mengambil daftar murid yang absen itu.

Kapten Oh lalu mengajak Tae Soo makan malam bersama jika Tae Soo tak sibuk.

Kapten Oh : Kita tak akan kerja bareng lagi nanti.

Tae Soo : Tak usah. Terima kasih.

Tae Soo pun beranjak pergi.


Kapten Oh mendekati rekannya sambil memperhatikan kepergian Tae Soo.

Kapten Oh : Dia benar-benar antisosial atau hanya orang rumahan?

Detektif Kim : Dia selalu bilang mau pulang menemani putrinya. Dia ayah penyayang.

Kapten Oh : Putrinya dititipkan ke penitipan anak? Kita semua juga ayah, tapi tak berlebihan.


Tae Soo sudah di area perumahannya dan melihat Ha Bin diantar teman laki-lakinya. Tae Soo tak berhenti dan terus melajukan mobilnya. Ha Bin pun menyadari itu mobil ayahnya.


Ha Bin masuk ke kamarnya diikuti oleh sang ayah.

Ha Bin menggantung tasnya di dinding. Gantungan kunci berwarna merah tampak menggantung di tas Ha Bin.  Ha Bin langsung duduk menghadap meja belajarnya.

Tae Soo : Kau mau makan malam?

Ha Bin menjawab pertanyaan sang ayah tanpa menatap ayahnya.

Ha Bin : Tidak, aku tak lapar.

Tae Soo : Ayah melihatmu bersama teman. Apa dia pacarmu?

Ha Bin : Dia cuma teman sekelas.

Tae Soo : Ya sudah. Istirahatlah.


Tae Soo pun pergi tapi kemudian dia mendengar suara getaran ponsel dari dalam tas Ha Bin. Tae Soo balik lagi dan tanya apa itu. Barulah Ha Bin menatap ayahnya. Sambil menunjukkan ponselnya, Ha Bin bilang ponselnya bergetar.

Tae Soo : Asalnya dari tas.

Ha Bin : Itu ponselku.

Tae Soo : Buka tasmu.

Ha Bin : Tidak.


Tae Soo pun mengambil tas Ha Bin.

Ha Bin langsung berdiri melihat tindakan ayahnya.


Tae Soo menyerakkan isi tas Ha Bin ke atas kursi.

Di sana, Tae Soo menemukan sebuah amplop.

Tae Soo pun mengambil amplop itu. Setelah itu, dia menemukan ponsel lain.


Tae Soo minta penjelasan. Ha Bin mengaku itu ponsel temannya.

Tae Soo : Teman yang mana?

Ha Bin : Memang ayah kenal jika namanya kusebut?

Tae Soo : Kenapa temanmu menitipkannya padamu?

Ha Bin : Mungkin ada banyak orang tua yang memeriksa tas anak mereka.


Tae Soo juga menemukan sebuah amplop.

Dia memeriksa amplop itu yang isinya sejumlah uang.


Ha Bin : Kenapa? Ayah pikir aku mencuri ponsel itu?

Tae Soo : Apa?

Ha Bin : Ayah tak memercayaiku di kantor polisi.

Tae Soo : Mana mungkin ayah percaya jika kau membohongi ayah?

Ha Bin : Ayah ingin memercayainya, 'kan?

Tae Soo : Jangan mengganti topik. Jujurlah soal hari itu.

Ha Bin : Kembalikan.

Tae Soo : Bawa pemilik ponsel ini dulu. Baru ayah kembalikan.


Tae Soo pun beranjak keluar. Tak lupa, dia menutup pintu kamar Ha Bin.

Diluar, dia memeriksa ponsel itu. Ada sebuah pesan di sana.

Pesan : Menangkan 300 juta hanya dengan 4,8 juta won.

Tae Soo juga memeriksa daftar panggilan, tapi daftarnya kosong.

Tae Soo memeriksa daftar kontak tapi tak ada daftar kontak.


Tae Soo pun menghubungi rekannya.

Tae Soo : Hai, Letnan Park. Ini aku. Bisa kau periksa nomor telepon? Cari tahu nama pemiliknya dan apa ponselnya dilaporkan hilang. Nomornya…

Letnan Park : Akan kucek dan mengabarimu nanti. Omong-omong, kau akan segera kembali, 'kan?

Tae Soo : Aku belum tahu. Kabari aku, ya.

Ha Bin hanya bisa terdiam di depan pintu mendengar perintah ayahnya.


Hari semakin larut. Ha Bin masuk ke ruangan ayahnya diam2. Dia merogoh saku jas ayahnya, tapi tak menemukan apapun. Lalu dia membuka lemari, tapi tetap tak menemukan yang dia cari. Setelah itu dia memeriksa laci. Di laci pertama, dia juga tak temukan apapun. Barulah di laci kedua, dia menemukan yang dicarinya. Dia pun mengambil ponsel itu dari laci ayahnya.


Ha Bin kembali ke kamarnya dan memeriksa kotak pesan.

Pesan : Telepon aku sekarang, jalang, atau kau akan mati.

Kamera lalu menyorot wajah dingin Ha Bin di cermin.


Besoknya, Tae Soo membuka tutup panci dan mencicipi sup rumput laut yang tidak disentuh Ha Bin. Habis mencicipi sedikit sup rumput laut itu, Tae Soo pun membuang sepanci penuh sup rumput lautnya.


Tae Soo yang sudah mengganti kausnya tadi dengan kemeja kerjanya, mendekati kamar Ha Bin. Dia mengetuk pintu kamar Ha Bin. Tapi Ha Bin tak menjawab. Tae Soo pun masuk dan kamar Ha Bin kosong.

Saat mau keluar dari kamar Ha Bin, Tae Soo melihat sesuatu. Dia pun mendekat ke jendela dan melihat Ha Bin yang pergi membawa koper.


Tae Soo pun langsung mengejar Ha Bin.

Tae Soo : Ha Bin-ah.

Ha Bin terus berjalan meskipun dipanggil beberapa kali oleh ayahnya.

Tae Soo : Jang Ha Bin!

Barulah Ha Bin berhenti melangkah.

Tae Soo : Kau mau kabur dari rumah sekarang?

Ha Bin pun berbalik dan menatap kesal sang ayah.


Tae Soo membuka bagasinya dan mau mengeluarkan koper Ha Bin.

Tae Soo : Kau seharusnya bilang kau mau ikut karyawisata.

Tapi Ha Bin menolak dibantu sang ayah. Dia mengambil sendiri kopernya dan beranjak masuk ke sekolahnya tanpa mengatakan apapun pada ayahnya.


Tae Soo mau pergi, tapi saat mau masuk ke mobilnya, dia terdiam menatap Ha Bin.


Ha Bin berdiri sendirian, dengan wajah dingin.

Namun dia tersenyum lebar saat temannya lewat dan menyapanya. Begitu temannya pergi, senyumnya pun hilang dan berganti dengan wajah dinginnya.


Melihat itu, Tae Soo pun ingat gerak gerik bibir Ha Bin di kantor polisi, setelah Ha Bin menyangkal mencuri ponsel2 itu.

Tae Soo pun jadi terdiam, menatap Ha Bin dengan tatapan ragu.

Bersambung ke part 2....


EmoticonEmoticon