Jumat, 07 Juni 2024

Sinopsis Connection Eps 4 Part 2

 All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : Connection
Sebelumnya : Connection Eps 4 Part 1
Selanjutnya : Connection Eps 5 Part 1

Tae Jin pun tiba di Bukit Piro-dong. Dia turun dari mobilnya dan langsung naik ke lantai atas bangunan yang masih belum jadi itu. Di sana, sudah ada Chi Hyeon dan Jong Soo. Chi Hyeon sendiri tengah menelpon. Begitu Tae Jin datang, Chi Hyeon pun beranjak sambil menelpon. Saat berpapasan, Chi Hyeon menyapa Tae Jin dan beranjak pergi.




Tae Jin mendekati Jong Soo.

Tae Jin : Kau sudah datang?

Jong Soo panic, bagaimana ini? Kenapa mayat Lee Myeong Guk bisa ada di rumah?

Tae Jin nya santai. Dia mengeluarkan amplop dokumen dari tasnya.

Tae Jin : Aku juga heran.

Jong Soo sewot, kita sedang tidak membicarakan urusan orang lain. Aku memintamu menghentikan autopsi, tapi kau tidak bisa. Kini mayat Lee Myeong Guk ditemukan dan kau masih bisa santai dalam situasi ini?

Tae Jin : Jong Soo-ya, ini...

Jong Soo : Apa? Jangan suruh aku tenang. Aku takkan khawatir kalau tak ada yang perlu dikhawatirkan!

Tae Jin : Apa hal ini bisa diselesaikan dengan mengubah pikiranmu? Ini bukan hal buruk. Tak ada buruknya bagi kita jika Lee Myeong Guk mati, bukannya hilang. Apa yang kukatakan ini mungkin lebih jelas daripada membiarkan Lee Myeong Guk muncul hidup-hidup. Bilang saja, salah satu ketua tim peneliti Farmasi Geumhyung tewas dalam kebakaran. Tidak lebih atau kurang. Jangan khawatir.

Jong Soo mulai tenang.


Mereka lalu menatap keluar jendela. Tae Jin memberikan amplop tadi.

Jong Soo : Apa ini?

Tae Jin : Lihatlah.


Jong Soo melihatnya. Ternyata itu proposal rencana pengembangan lokasi perumahan Piro-dong.

Tae Jin : Selalu menyenangkan datang ke sini. Bagiku dan yang lainnya, menjadikanmu pemimpin Grup Geumhyung adalah hal terpenting. Meski Joon Seo meninggal seperti itu, persahabatan kita tak berubah. Aku tetap yakin bahwa kau akan menjadi pemimpin.


Tae Jin lalu menatap Jong Soo.

Tae Jin : Jadi, Jong Soo-ya, jangan khawatir dan terguncang oleh hal seperti ini.

Jong Soo pun mengangguk.

Jong Soo lantas duduk di sofa, lalu membuka tutup botol mirasnya. Tae Jin pun ikut duduk, lalu tanya rencana Jong Soo soal keuangan. Jong Soo bilang dia perlu diskusi dengan Grup Igu karena sulit bila hanya dengan Grup Geumhyung.

Jong Soo : Itu akan diumumkan pada rapat eksekutif hari Jumat. Aku akan mengurusnya.

Tae Jin : Sepertinya kita perlu tambahan investor individu. Atau aliran modal masuk dari luar.

Jong Soo : Kenapa? Apa ada yang kau kenal?

Tae Jin : Ya, jika aku bertanya, sepertinya mereka akan bersedia.

Jong Soo : Hei. Minimum harus sepuluh miliar. Apa itu omongan jaksa senior yang punya sedikit uang? Tae Jin-ah, meski puluhan miliar hilang, ini bisa menghasilkan ratusan miliar. Jadi, tolonglah untuk sadar diri dan urusi saja negara ini. Jangan membuat ulah.

Tae Jin : Bukan tentang para senior itu. Jika bisa bawa sepuluh miliar tunai, aku pikir siapa pun bisa turut serta. Aku hanya menanyakan pendapatmu. Tak lebih.

Jong Soo : Benarkah? Kalau begitu, datang dan bawa sepuluh miliar untukku. Jika mereka memohon, aku akan mempertimbangkannya.

Tae Jin mengerti.

In Soo menuruni tangga bersama dua rekan se-tim nya dan hendak menuju ruangan di depan tangga. Tiba-tiba, Jae Kyeong datang dan mencegat In Soo. Dua rekan In Soo udah duluan. Jae Kyeong tanya, apa ada rekaman CCTV di sekitar TKP tempat Joon Seo tewas. In Soo bilang ada. Jae Kyeong tanya, apa dia bisa melihatnya. In Soo menyuruh Jae Kyeong bicara dengan kaptennya dulu.

Jae Kyeong : Detektif Park. Park Kyeong Hwan juga aneh! Begitu pun jaksa yang menghalangi autopsi dan Inspektur Yoo yang tidak menyelidiki. Saya pikir itu karena uang asuransi...

In Soo mengklaim dirinya tak tahu apa-apa dan juga tidak tertarik.

In Soo : Tidak ada hasil apa pun.

Jae Kyeong : Tak ada yang muncul dari CCTV di dalam lokasi konstruksi?

In Soo pun pergi karena dipanggil rekannya.


Ponsel Jae Kyeong berbunyi. Pesan dari Chang Soo. Chang Soo mengirimkan foto sketsa pria yang melempar barang di kereta bawah tanah. Jae Kyeong melihatnya. Itu adalah pria yang merebut pistolnya.

Pria yang merebut pistol Jae Kyeong, yang sketsa kompositnya tengah dilihat Jae Kyeong, mengambil sebuah kunci dari kotak surat. Kemudian, pria itu masuk ke sebuah ruangan menggunakan kunci itu. Ruangan itu kosong. Dindingnya digantungi plastik putih. Hanya ada komputer dan sebuah penerangan di sana. Pria itu lantas dihubungi si dokter. Sang dokter menyuruhnya menyalakan komputer.


Pria itu menyalakan komputer. Sang dokter menyuruh pria itu memasukkan tanggal lahir sebagai sandi komputer. Pria itu memasukkan tanggal lahirnya sebagai sandi. Dokter memberinya perintah lagi. Dokter bilang, jika pria itu membeli bitcoin dari situs yang sudah terpampang di layar komputer dan mentransfernya ke dompet elektronik, maka lemon ppong akan diantar keesokan harinya.

Dokter : Segera kumpulkan uang untuk obat yang dikirim kemarin. Tunjukkan alamat penerimanya.


Pria itu mengarahkan kertas bertuliskan alamat si penerima ke kamera CCTV.

Dokter : Selesai. Terima kasih.

Pria itu, tunggu, tunggu sebentar... Dokter. Apa saya bisa menghubungimu melalui nomor ini? Jika terjadi situasi mendesak seperti sebelumnya...

Dokter : Setelah jam 12 malam, anda bisa menghubungiku sekali saja.


Tae Jin mendatangi Ji Yeon. Begitu Ji Yeon membuka pintu, Tae Jin langsung mencekik sambil mendorong Ji Yeon ke dalam. Tae Jin marah dan meminta sebuah nomor kode.

Tae Jin : Aku tanya padamu untuk yang terakhir kalinya. Cepat beri tahu nomor kodenya. Nomor kode... Cepat berikan!

Tae Jin mencekik Ji Yeon semakin keras. Ji Yeon mulai kesakitan.


Saat Ji Yeon hampir kehilangan nyawa, Tae Jin melepaskan Ji Yeon. Ji Yeon jatuh ke lantai dan batuk-batuk. Tae Jin pun berkata, ini jalan bagi mereka untuk keluar dari situasi itu.

Ji Yeon : Situasi apa? Kau terlibat denganku seperti ini?

Tae Jin memelototi Ji Yeon.

Ji Yeon : Kenapa? Apa kau ingin melepasku sekarang? Teman-teman hebatmu itu... Mereka kira mereka teman paling berharga di dunia. Itu terlihat bagus. Sekarang uang asuransi diberikan pada orang-orang itu.

Tae Jin : Kenapa kau mau ada autopsi?

Ji Yeon : Mestinya kamu tak membawaku ke kantor polisi sejak awal!


Ji Yeon lantas berdiri dan meminta 1 M ke Tae Jin.

Tae Jin terkejut, apa?

Ji Yeon : Jika kau beri aku satu miliar, aku akan mengatakannya. Jangan sampai teman-temanmu tahu tentang permainanku denganmu.

Tae Jin tertawa kesal.


Ji Yeon : Apa aku akan diam saja? Ada banyak teman yang tak bisa hidup tanpa Park Joon Seo sebagai ketua kelas, bukan? Orang yang bermain-main dengan istri temannya yang sudah meninggal? Siapa tahu, bukan? Bagaimana jika Park Joon Seo meninggal karena itu?

Tae Jin : Diam!

Ji Yeon : Jangan berteriak! Bukankah kau bilang akan bercerai dan tinggal bersamaku? Harusnya kau memberiku sesuatu untuk bungkam. Bukankah itu wajar?

Tae Jin menatap kesal Ji Yeon.

Jae Kyeong ke Piro-dong Town House, TKP tempat Joon Seo bunuh diri, sekaligus lokasi yang akan dibangun kembali oleh Tae Jin cs. Sambil masuk dan melihat-lihat, Jae Kyeong bertanya sendiri kenapa harus lokai konstruksi itu yang dipilih Joon Seo. Ada dua lokasi konstruksi dalam jarak 500 meter dari rumah dan kantor Joon Seo.

Jae Kyeong : Karena tidak berada di jalan utama, akan mudah untuk masuk pada malam hari. Apa yang dia lakukan di tempat ini? Apakah untuk menghindari CCTV?


Jae Kyeong lantas masuk ke sebuah ruangan. Sebelum masuk, dia mengetuk pintu dahulu. Di dalam, hanya ada seorang pria. Jae Kyeong pun mengaku dari Kepolisian Anhyeon dan ingin bertemu bos pria tersebut. Pria itu mengatakan, dialah bos nya.

Pria itu lantas bilang polisi menyelidiki semuanya dan sudah selesai.

Jae Kyeong : Ya, saya tahu. Karena ada yang ingin saya ketahui. Di dalam sini ada CCTV, bukan?

Pria itu bilang tidak ada yang seperti itu, dengan gerak gerik seperti menutupi sesuatu.

Jae Kyeong : Tapi biasanya CCTV dipasang karena takut terjadi pencurian material.

Pria itu bilang, itu CCTV di gerbang utama. Tidak ada tempat untuk memasangnya di lokasi konstruksi.

Jae Kyeong : Kalau begitu, mari kita lihat CCTV gerbang utama. Kita bisa lihat di mana?


Pria itu terpaksa menunjukkan CCTV nya ke Jae Kyeong. Tidak ada apa-apa yang muncul. Jae Kyeong lantas tanya keberadaan pintu masuk lainnya. Pria itu bilang itu saja. Saat ini, ada banyak orang yang mengambil besi tua dan kabel dari lokasi konstruksi. Bahkan kami tidak membuat lubang untuk dilewati tikus.

Jae Kyeong : Pintu depan terkunci pada hari penemuan mayat, bukan?

Pria itu membenarkan.  Saya datang pagi dan langsung membukanya.

Jae Kyeong : Jadi bagaimana orang yang mau bunuh diri bisa masuk ke sini? Anda bilang kalian bahkan menutup lubang tikus. Pintu ini terkunci dan dari CCTV tak ada tanda-tanda orang keluar masuk. Bagaimana orang yang mau bunuh diri bisa masuk?

Pria itu mulai gelagapan dan mengaku tidak tahu sebagai jalan keluar.

Pria itu : Kata polisi dia mungkin masuk melalui gedung sebelah.


Jae Kyeong : Apa seseorang yang mau bunuh diri memanjat tembok gedung sebelah? Apa mereka melihat rekaman CCTV ini ketika polisi datang dan menyelidiki?

Jae Kyeong lantas mengajak pria itu ke kantor polisi untuk menulis laporan dna melakukan penyelidikan lagi.


Jae Kyeong pun beranjak. Pria itu tanya kenapa harus seperti itu.

Jae Kyeong melihat sebotol air di meja.

Jae Kyeong : Boleh aku minum ini?

Pria itu mengizinkan. Jae Kyeong meneguk pun air mineral itu.

Pria itu bilang karena kejadian itu, mereka tidak bisa melakukan konstruksi selama beberapa hari.

Jae Kyeong : Ada pintu lain, bukan?


Terpaksalah pria itu menunjukkan pintu yang lain.

Pria itu : Awalnya, kami membuat akses ini untuk memudahkan pekerja pergi makan. Sepertinya dia masuk lewat sini. Tapi tidak banyak orang yang tahu akses ini. Apa sekarang saya boleh pergi?

Jae Kyeong : Ya.

Jae Kyeong melihat2 dan berusaha masuk ke dalam.


Seorang pria bertongkat muncul di belakang Jae Kyeong. Dia bilang pintunya sekarang ditutup. Pria itu lalu meletakkan makanan dibawah, kemudian masuk ke tokonya. Jae Kyeong mengikuti pria itu.


Pria itu, ternyata anda polisi.

Jae Kyeong : Apa ada banyak orang yang lewat saat lubang dibuka?

Pria itu menjawab pertanyaan Jae Kyeong sambil mengemas makanan.

Pria itu : Tentu saja. Saat jam makan siang semua mengantre di sana.

Jae Kyeong : Tapi, ada kejadian beberapa hari yang lalu, bukan?

Pria itu : Setelah kejadian itu, pintu itu ditutup.

Jae Kyeong : Berapa?

Pria itu : Sepuluh ribu won saja.

Jae Kyeong : Polisi tidak datang untuk menyelidiki?

Pria itu : Ya. Karena itu bunuh diri, sepertinya tidak ada yang perlu diselidiki. Tapi akhirnya datang juga.


Jae Kyeong lantas melihat ada CCTV.

Jae Kyeong : CCTV itu ada di mana?

Pria itu : Itu, ada di belakang ruangan itu.


Jae Kyeong pun lari keluar dari Toko Kue Beras Chukbok.

Dia menatap ke arah kamera CCTV yang ada di depan toko itu.


Tanpa dia sadari, seseorang mengawasinya.

Ternyata Yoon Ho. Yoon Ho turun dari mobilnya dan terus menatap Jae Kyeong.


Jae Kyeong kembali masuk ke dalam toko kue beras itu. Dia tanya pada pemilik toko kue beras bisakah dia melihat CCTV yang direkam pada tanggal 23 Februari.

Pria itu : Syukurlah. Saya berniat menghapus fail lama.

Yoon Jin baru saja memarkirkan mobilnya di depan gedung apartemen Joon Seo. Tiba-tiba, Joo Song menelponnya. Joo Song berseru, Yoon Jin-ah! Sambil tersenyum, Yoon Jin tanya Joo Song dimana. Joo Song bilang dalam perjalanan pulang. Yoon Jin kaget sekaligus heran, apa?

Yoon Jin : Katanya kau akan datang ke rumah Joon Seo jam 17.30?

Joo Song : Aku sudah selesai bicara dengannya.

Yoon Jin : Aku juga ingin melihat apakah Ji Yeon baik-baik saja. Aku datang buru-buru...

Joo Song : Kalau begitu, aku kembali. Tolong tunggu.

Yoon Jin : Hei, tidak perlu. Kenapa datang lagi? Tapi... Kenapa dia memanggil kita?

Joo Song bilang itu karena uang asuransi Joon Seo.


Tiba-tiba, Tae Jin keluar dari apartemen Joon Seo. Melihat Tae Jin, Yoon Jin pun langsung menyudahi teleponnya dengan Joo Song. Tae Jin yang gak sadar ada Yoon Jin di sana, terus masuk ke mobilnya dan beranjak pergi. Tak lama setelah Tae Jin masuk ke mobil, Yoon Jin juga melihat Ji Yeon. Sontak lah Yoon Jin langsung menyembunyikan dirinya. Ji Yeon masuk ke mobilnya yang terparkir disamping mobil Ji Yeon. Setelah Ji Yeon pergi, Tae Jin juga pergi. Yoon Jin bergegas mengikuti mereka.


Tapi di perempatan, Tae Jin membelokkan mobilnya ke jalan lain. Sementara Ji Yeon tetap mengambil jalan lurus. Yoon Jin memutuskan mengikuti Ji Yeon. Dan, Yoon Jin melihat Ji Yeon memasuki sebuah gedung. Yoon Jin turun dan coba mencari tahu itu gedung apa. Saat tengah melihat2, dia malah melihat kedatangan Tae Jin. Sontak lah Yoon Jin langsung berbalik. Tae Jin langsung melajukan mobilnya ke dalam gedung tanpa menyadari ada Yoon Jin di sana.


Yoon Ho mengintip Jae Kyeong dari lobang kaca yang ditempelin banyak kertas.

Jae Kyeong sendiri tengah melihat CCTV bersama pemilik toko kue beras.

Sebuah mobil muncul. Jae Kyeong menyuruh pemilik toko menghentikan videonya sebentar.

Jae Kyeong : Saya akan mengambil gambar dan nomor pelatnya.

Jae Kyeong mulai memotret mobil dan nomor pelat mobil.


Setelah itu, dia meminta pemilik toko memutar lagi CCTV nya.

Joon Seo turun dari mobil.

Jae Kyeong : Sebentar.

Pemilik toko menghentikan lagi CCTV nya.

Melihat Joon Seo, Jae Kyeong bertanya-tanya apa alasan Joon Seo datang ke lokasi itu dan apa hubungan Joon Seo dengan narkoba. Mata Jae Kyeong nampak berkaca-kaca. Tak lama kemudian, Jae Kyeong meminta CCTV dilanjutkan kembali.


Di CCTV, terlihat mobil lain datang tapi tak terlihat pengemudi atau penumpang mobil.

Jae Kyeong bertanya-tanya lagi, jam 22.56. Dia tiba di lokasi kejadian 30 menit hingga satu jam lebih awal dari perkiraan waktu kematian. Kenapa?

Jae Kyeong lantas tanya, selain CCTV diluar, apa ada yang lain.

Pemilik toko : Di sekitar sini hanya ada itu. Saya akan menyalin sisanya dan melihat lebih rinci.


Yoon Ho masih mengintip Jae Kyeong. Tapi kemudian, kakinya tak sengaja menendang botol kaca di depan pintu. Sontak lah Jae Kyeong yang mendengar suara berisik, langsung mengecek keluar. Tapi tak ada siapa-siapa. Pemilik toko ikut keluar.

Pemilik toko : Apa ini ulah kucing?

Pemilik toko kembali masuk.


Jae Kyeong melihat ke arah Yoon Ho bersembunyi.

Yoon Ho nampak tegang.


Setelah itu, Jae Kyeong kembali masuk.

Jae Kyeong : Saya akan bawa kue berasnya.

Pemilik toko : Meski kapasitasnya kecil, saya punya beberapa cadangan di sini. Anda boleh mengambil ini dan menggunakannya.

Jae Kyeong : Tidak apa-apa. Sepertinya saya perlu unduh semuanya. Saya akan segera pergi.

Pemilik toko : Gang di sini sempit, tapi ada yang terus parkir ilegal di pagi hari. Tapi saat saya putuskan untuk mengejarnya, sepertinya karena saya sangat populer.

Jae Kyeong : Apa?

Pemilik toko : Sepertinya beberapa waktu yang lalu seorang pria datang dan bilang ingin melihat CCTV seperti yang anda lakukan. Dia tanya apakah dia bisa menyalinnya. Jadi saya jawab boleh.

Jae Kyeong : Kira-kira kapan? Apa dia polisi?

Pemilik toko : Tidak, dia bukan polisi. Saya tidak tahu kapan persisnya, tapi sepertinya sudah enam bulan.

Jae Kyeong : Apa dia meninggalkan nomor kontak?

Pemilik toko : Entahlah. Saya pernah membuat salinannya untuk dia. Lalu untuk berterima kasih, dia mampir beberapa hari kemudian dan memberikan ini.


Pemilik toko membuka lacinya dan mengeluarkan botol obat, lalu dia memberikannya ke Jae Kyeong. Jae Kyeong melihat botol obat itu. Ternyata itu obat dari Farmasi Geumhyung, perusahaannya Jong Soo. Melihat nama Farmasi Geumhyung di botol obat itu, Jae Kyeong pun langsung menunjukkan foto2 para pelayat yang datang ke pemakaman Joon Seo.

Jae Kyeong : Apakah orang itu ada di foto ini?

Pemilik toko : Sudah lama sekali, entah apa saya ingat.


Pemilik toko terus melihat2 foto para pelayat. Namun dia berhenti dan memperbesar foto Joon Seo yang dipegang Tae Jin. Pemilik toko bilang, orang itu adalah Joon Seo.

Pemilik toko : Benar! Orang ini yang turun dari taksi dalam CCTV itu, bukan? Pantas saja wajahnya tidak asing. Ini orangnya, yang juga minta salinan. Aduh, sepertinya sudah meninggal.

Jae Kyeong makin heran.

Setelah itu, Jae Kyeong buru2 pergi. Yoon Ho terus mengawasi Jae Kyeong di dalam taksinya. Ternyata, Yoon Ho adalah supir taksi. Jae Kyeong terus berjalan. Yoon Ho melajukan taksinya dan terus menatap ke arah Jae Kyeong. Jae Kyeong sendiri gak sadar ada Yoon Ho di sana.

Yoon Ho lantas menepikan taksinya. Dia kemudian turun dari taksinya dan melihat CCTV yang tadi dilihat Jae Kyeong.

Kita diperlihatkan flashback dua jam sebelum kematian Joon Seo.

Sebuah taksi datang. Si pengemudi taksi adalah Yoon Ho. Dan si penumpang adalah Chi Hyeon!


Yoon Ho yang ingat itu, bergegas masuk ke dalam.

Tapi si pemilik toko mengira yang datang Jae Kyeong.

Pemilik toko : Anda sudah datang?

Melihat bukan Jae Kyeong yang datang, pemilik toko tanya apa yang bisa dia bantu.

Yoon Ho terdiam sejenak sebelum akhirnya mengambil gunting di atas meja dan menusuk pemilik toko.


Yoon Ho kemudian pergi membawa gunting berdarah. Tangannya yang berlumur darah si pemilik toko, membuka pintu taksinya. Darah tersebut menempel di gagang pintu.


Jae Kyeong kembali ke toko kue beras. Sontak lah dia kaget melihat pemilik toko bersimbah darah di lantai.

Jae Kyeong pun bergegas mendekati pemilik toko. Lalu dia melihat ada api yang menyala di dalam tong sampah.

Si pemilik toko menggenggam tangan Jae Kyeong dengan erat. Lalu dia memberikan sebuah flashdisk ke tangan Jae Kyeong.

Jae Kyeong berusaha menarik pemilik toko menjauh dari api. Lalu dia menatap menatap lirih ke arah kotak server hitam di dekat tong sampah.

BERSAMBUNG...

EPILOG


Jae Kyeong yang baru selesai bimbel, di-SMS Yoon Jin. Yoon Jin tanya, apa Jae Kyeong ada waktu selesai les. Jae Kyeong pun langsung menelpon Yoon Jin.

Jae Kyeong : Yoon Jin, aku baru saja selesai les.

Yoon Jin : Benarkah? Aku ingin bertemu dan bicara denganmu. Sekarang aku ada di dekat taman bermain. Kau bisa kemari?

Tak lama kemudian, mereka bertemu di taman.

Jae Kyeong : Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?

Yoon Jin : Tadi Joon Seo... Dia mengajakku berpacaran.

Sontak lah Jae Kyeong yang tadinya seneng diajak bertemu Yoon Jin, jadi terdiam mendengar itu.

Yoon Jin : Aku hanya ingin berteman dengannya, tapi dia tak mau. Walau aku pacaran dengan Joon Seo, tidak ada masalah dengan hubungan kita, kan? Tiba-tiba saja sesama teman saling berpacaran. Mungkin teman lainnya akan menjauh.

Jae Kyeong : Bagaimana denganmu? Apa kau ingin pacaran dengannya?

Yoon Jin : Aku juga berpikir begitu. Aku sungguh tidak tahu.

Jae Kyeong : Kenapa tanya padaku? Jika kau ingin, lakukanlah.

Yoon Jin : Benar begitu? Kalau begitu, tidak ada masalah dengan hubungan sesama teman Audiophile. Aku pergi duluan.


Jae Kyeong pun memandangi kepergian dengan Yoon Jin dengan wajah kecewa.

Jae Kyeong : Teman-teman Audiophile...


Besoknya di klub, Yoon Jin dan Joon Seo belajar bersama. Jae Kyeong diam saja menatap mereka dengan tatapan kecewa. Tak lama, Joo Song datang dan duduk di depan Jae Kyeong.

Joo Song : Yoon Jin mengajakmu bertemu kemarin? Kau puas berteman saja? Kau  tidak apa-apa?

Jae Kyeong : Apa ada yang tidak masalah bagiku?

Joon Seo dan Yoon Jin lantas menatap mereka berdua.

Joon Seo : Apa kalian tak lapar? Ayo kita pergi makan tteokbokki!


Joo Song dan Joon Seo langsung beranjak ke pintu. Jae Kyeong diam saja. Yoon Jin yang sudah beranjak, menoleh dan mengajak Jae Kyeong.

Jae Kyeong lantas keluar bersama Yoon Jin. Diluar, sudah menunggu Joon Seo dan Joo Song.


Yoon Jin pun berjalan bersama Joon Seo dan Joo Song.

Di belakang, Jae Kyeong terdiam menatap mereka pada awalnya. Namun dia akhirnya tersenyum dan berusaba berbesar hati.

Jae Kyeong lalu memanggil teman2nya.

Jae Kyeong : Hei, tunggu aku!


EmoticonEmoticon