Kamis, 06 Juni 2024

Sinopsis Connection Eps 4 Part 1

 All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : Connection
Sebelumnya : Connection Eps 3 Part 2
Selanjutnya : Connection Eps 4 Part 2

Jae Kyeong dan Yoon Jin membobol kediaman Lee Myeong Guk. Begitu masuk, menerima justru menemukan sebuah jasad yang terbungkus plastic di kamar. Jae Kyeong dan Yoon Jin membandingkan foto di dekat jasad dengan foto beberapa dokter yang mereka lihat saat di ruang tengah tadi.

Yoon Jin : Lee Myeong Guk adalah senior kita?

Jae Kyeong lantas mengoyak plastic yang membungkus jasad. Begitu plastic terkoyak, genangan air bercampur darah langsung merembes keluar. Jae Kyeong pun terus mengoyak plastic dan jasad itu adalah Lee Myeong Guk.

Tiba-tiba, seseorang melemparkan bom Molotov dari luar ke dalam kamar. Sontak lah, Jae Kyeong dan Yoon Jin bergegas keluar kamar tapi di ruang tengah mereka juga dihujani bom molotov. Jae Kyeong sempat melihat bayangan seseorang yang berlari di luar jendela.

Jae Kyeong dan Yoon Jin pun keluar rumah. Jae Kyeong celingukan mencari orang itu tapi penyakitnya kumat. Yoon Jin yang cemas, mencoba menyadarkan Jae Kyeong. Dia juga bilang polisi dating. Akhirnya, Yoon Jin memapah Jae Kyeong ke mobil.



Mobil Yoon Jin sempat papasan dengan mobil Chang Soo. Namun hanya Chang Soo yang melihat Yoon Jin. Chang Soo pun tiba di depan kediaman Lee Myeong Guk. Dia turun dari mobil dan menelpon Jae Kyeong.

Sambil menyetir, Yoon Jin tanya siapa yang melempar bom molotov. Jae Kyeong bilang seseorang yang tak ingin mayat Lee Myeong Guk ditemukan. Yoon Jin bilang bukan itu maksudnya.

Yoon Jin : Bagaimana kalau dia bermaksud menyingkirkan kita?

Jae Kyeong : Menyingkirkan kita?

Yoon Jin : Audiophile adalah garis penghubung antara Lee Myeong Guk dan Park Joon Seo. Lalu foto itu, sepertinya sengaja ditaruh agar kita melihatnya. Ini perbuatan orang yang tahu bahwa kita dari Klub Audiophile. Tapi kenapa harus Audiophile setelah 20 tahun?

Sekarang, Jae Kyeong tiba di kantor polisi diantar Yoon Jin. Jae Kyeong turun dari mobil Yoon Jin dan bergegas masuk ke kantornya. Dia berusaha berjalan normal. Yoon Jin menatap cemas Jae Kyeong, Jang Jae Kyeong! Tapi Jae Kyeong terus berjalan. Yeon Jin kesal sendiri.


Jae Kyeong membuka mata. Kamera menyorot keran yang meneteskan air. Jae Kyeong tersadar sepenuhnya. Dia terkejut sampai kepalanya kejeduk ke pintu. Jae Kyeong terduduk di WC. Jae Kyeong reflek berdiri. Dia bingung mendapati dirinya ada di WC, padahal tadi dia berusaha mengambil lemon ppong dari laci Soo Hyeon. Jae Kyeong pun mengira dia meminum lemon ppong. Dia marah dan memukul-mukul meja wastafel.

Jae Kyeong kembali ke ruangannya. Dia melihat Soo Hyeon dan Yeon Joo tengah bicara. Soo Hyeon berkata, “Intuisiku bilang aku harus membuangnya.” Jae Kyeong pun duduk di kursinya. Tapi kemudian pandangannya mengarah ke kamera CCTV. Jae Kyeong yang takut ketahuan meminum lemon ppong, bergegas ke ruang CCTV.

Dua petugas CCTV lagi duduk di depan layar kamera pengawas saat Jae Kyeong dating. Jae Kyeon bilang dia mau melihat rekaman CCTV hari ini. Seorang petugas menyuruh Jae Kyeong menuliskan nama dan alasan Jae Kyeong di buku inspeksi besar CCTV. Petugas juga bilang dia akan mencarikan rekaman yang ingin Jae Kyeong lihat.

Jae Kyeong pun memegang pulpen dan siap menulis, tapi kemudian Jae Kyeong tanya mereka kerja sampai jam berapa. Petugas CCTV nya bilang mereka piket hari itu. Jae Kyeong pun menawarkan diri memesankan camilan malam untuk mereka. Kedua petugas CCTV pun langsung mengucapkan selamat atas kenaikan pangkat Jae Kyeong. Mereka juga minta maaf karena terlambat memberi ucapan selamat. Jae Kyeong mengucapkan terima kasih dan menyuruh mereka lanjut bekerja.

Selagi kedua petugas CCTV menikmati camilan ayam goreng, Jae Kyeong melihat rekaman kamera CCTV di ruangannya. Di rekaman itu, dia melihat dirinya mendekati meja Soo Hyeon. Tapi rekaman berikutnya, Soo Hyeon yang mendekati mejanya sendiri. Tidak ada rekaman saat Jae Kyeong mengambil atau meminum lemon ppong.

Jae Kyeong lantas melihat buku inspeksi besar CCTV. Dia pun berkata dalam hatinya, kalau inspeksi terakhir tiga hari yang lalu.


Jae Kyeong pun memanggil si petugas. Seorang petugas mendekat. Jae Kyeong menjelaskan, dari pukul 8 lewat 27 menit 33 detik langsung lompat ke pukul 8 lewat 52 menit 16 detik. Jae Kyeong tanya kemana rekaman sebelumnya.

Petugas memeriksa. Jae Kyeong langsung berdiri dan menyuruh petugas duduk.

Petugas bilang, kamera dipasang pertama kali saat daya listrik tidak stabil sehingga sering terjadi kendala mati seperti ini. Tapi seharusnya tak ada masalah lagi setelah daya dinaikkan.

Petugas lantas bertanya, apa Jae Kyeong mencari rekaman penting.

Jae Kyeong bilang bukan hal yang penting.

Petugas pun menjawab akan menghubungi Jae Kyeong setelah menangani masalah itu.

Jae Kyeong tanya, apa maksudmu mengurus ini?

Petugas : Apa?

Jae Kyeong : Maksudmu ini bisa dipulihkan lagi?

Petugas : Ya. Kita akan tahu setelah mencobanya. Aku akan melakukan yang terbaik.

Jae Kyeong : Apa selama ini ada yang berhasil dipulihkan setelah mengalami kendala ini?

Petugas bilang tidak.

Jae Kyeong : Sayang sekali.

Jae Kyeong lantas menyuruh mereka makan dan beranjak pergi. Tapi kemudian dia berbalik lagi hanya untuk bertanya apa ada yang dating selain dia untuk inspeksi.

Petugas : Saya kira anda mengetahuinya. Detektif Kim Chang Soo tadi datang kesini.

Jae Kyeong terdiam mendengarnya.

Yoon Jin yang tengah menyetir, menerima notifikasi di ponselnya. Yoon Jin pun menghentikan mobilnya dan membaca notif yang diterimanya. Tertulis, “Insiden pengobatan Pusat Medis Unjong terkait Park Bok Rye, Piro-dong, Anhyeon-si, No.31-12, Audiophile.” Yoon Jin pun menghubungi nomor si pengirim pesan. Tapi nomornya tak bisa dihubungi. Tiba-tiba, mobil di belakang membunyikan klakson. Yoon Jin menoleh dan bergegas melajukan mobilnya.

Sekarang, Yoon Jin tengah menunggu air panasnya. Sembari menunggu airnya matang, Yoon Jin membaca lagi pesan yang diterimanya tadi. Yoon Jin bingung sendiri. Dia bilang, Audiophile adalah nama klub kegiatannya di SMA. Yoon Jin lalu teringat Joon Seo.

Air nya mendidih. Yoon Jin pun segera menyeduh minumannya. Setelah itu, dia beranjak ke pintu keluar, melewati cermin besarnya yang tertempel foto dirinya memeluk Ye Eun. Baru membuka pintu, Yoon Jin balik lagi hanya untuk mencium foto Ye Eun nya.

Saat mau pergi, Yoon Jin melihat seorang gadis kecil duduk sendirian di taman dengan wajah sedih. Yoon Jin ingat gadis kecil itu adalah putrinya Young Mi, wanita yang tertabrak mobil container usai mengonsumsi lemon ppong. Yoon Jin menghela nafas dan mendekati gadis itu.

Yoon Jin : Siapa namamu?

Gadis itu bilang namanya Jang Seo Eun.

Yoon Jin : Berapa umurmu?

Seo Eun : 6 tahun.

Yoon Jin bilang Seo Eun seumuran dengan putrinya. Andai putrinya ada di sana, dia akan berteman baik dengan Seo Eun.

Seo Eun kemudian tanya ke Yoon Jin, apa ibunya orang yang buruk.

Yoon Jin bilang enggak, lalu tanya siapa yang bilang ibu Seo Eun buruk.

Seo Eun pun diam lagi. Wajahnya makin sedih.

Jae Kyeong dan Chang Soo menghadap Kepala Bae. Kepala Bae tanya, apa identitas korban masih bisa diverikasi. Chang Soo bilang mereka sudah mengambil DNA nya.

Kepala Bae : Dilihat dari kondisinya yang dibekukan, lalu dikubur, kemudian dikeluarkan lagi dari kuburnya... Kau bilang waktu penguburannya cukup singkat.

Jae Kyeong : Sepertinya begitu.

Kepala Bae : Andai saja kita punya satu foto kondisi mayatnya.


Yeon Joo masuk dan bilang karena di rumahnya tak ada CCTV, jadi mereka menyelidiki kotak hitam di mobil yang terparkir di sana. Menurut Yeon Joo, si pelaku pasti meninggalkan jejak karena sulit memindahkan jasad sendirian.

Kepala Bae : Orang yang membunuh, membekukan, lalu menguburkan korban adalah orang yang sama.

Yeon Joo curiga orang yang menggali dan membawa jasad Lee Myeong Guk kembali ke rumah Lee Myeong Guk adalah orang lain.

Jae Kyeong setuju dengan pendapat Yeon Joo.

Jae Kyeong : Mungkin dia kesulitan menguburnya hingga dibawa lagi ke rumah.

Kepala Bae bilang kemungkinan besar pelakunya adalah orang yang melemparkan bom molotov.

Kepala Bae : Jika ada orang yang muncul untuk mengambil mayat yang telah dikuburnya itu, dia bermaksud menyingkirkannya dengan segala cara.

Jae Kyeong gugup dan teringat bayangan yang dilihatnya dibalik jendela saat bom molotov dilempar.


Sambil memijat2 kepalanya, Pem-red Hwang tanya bagaimana Yoon Jin bisa tahu itu mayat Lee Myeong Guk. Yoon Jin meralat, baru diduga Lee Myeong Guk. Pem-red Hwang tanya lagi, atas landasan apa Yoon Jin mengira itu mayat Lee Myeong Guk.

Yoon Jin : Saya sudah menulis, itu kata polisi terkait.

Pem-red Hwang : Kau pikir ini bisa jadi laporan eksklusif kasus pembunuhan dengan materi ini? Tidak ada hal yang pasti di sini.

Yoon Jin : Kenapa anda khawatir begitu? Apa kejadian ini biasa terjadi di kota Anhyeon yang tenang? Anda juga tahu artikel khusus akan sulit dibuat kalau harus ada informasi pasti.

Pem-red Hwang : Lalu kenapa kau tak mewawancarai teman polisimu itu? Malah menyebutnya polisi terkait.

Yoon Jin : Jangan. Dia akan menuntut kita kalau kita menyebut dia polisi. Untuk sementara terbitkan artikel ini, saya akan menambahkannya nanti.


Yoon Jin pun keluar dari ruangan Kepala Hwang bersama Woo Sung. Woo Sung tanya, kenapa Yoon Jin tidak bilang mau mewawancarai Lee Myeong Guk.

Woo Sung : Kalau begini pemimpin redaksi tidak bisa memeriksa materi apa yang kurang.

Yoon Jin : Lalu? Bukankah aku sudah menulis artikelnya? Menurutmu bagaimana nanti jadinya?

Woo Sung : Bagaimana apanya?

Yoon Jin : Pelaku akan mengira bahwa aku tahu banyak. Dia pembunuh yang bolak balik membawa mayat korbannya dan berusaha membakarku. Aku tak mungkin diam saja. Itu caraku bertahan hidup jika tak mau pura-pura mengetahuinya.

Woo Sung mengerti.

Woo Sung kemudian tanya soal kasus lemon ppong. Dia bilang dia sudah menyelidiki semuanya. Wanita yang mengonsumsi lemon ppong sebelum tertabrak sedang mengajukan perceraian dengan suaminya. Aku tidak ingin tahu siapa yang salah hingga ingin bercerai. Tapi mereka sering bertengkar karena hak asuh anak. Wanita itu mengonsumsi obat itu karena stress. Anaknya bernama Jang Seo Eun, 6 tahun. Sekarang sedang diurus nenek…

Yoon Jin yang tahu Jae Kyeong adalah korban lemon ppong, meminta Woo Sung berhenti menulis artikel itu. Dia bilang mereka akan menulis artikel lain. Woo Sung protes. Dia bilang mereka sudah tahu dasarnya dan dia hanya perlu menulis artikel dengan sedikit tambahan emosi.

Woo Sung : Kenapa membatalkannya.

Yoon Jin : Aku tidak mau tahu. Sudahlah. Ayo pergi. Ada kasus medis yang harus kita periksa.

Yoon Jin beranjak duluan.

Woo Sung : Tapi kemarin kau bilang…

Woo Sung kesal, dasar.

Jae Kyeong balik ke mejanya dan terus memperhatikan Chang Soo yang tengah bekerja. Dia bertanya-tanya kenapa Chang Soo tidak menuliskan nama di buku besar inspeksi CCTV. Mungkinkah Chang Soo tahu dia kecanduan narkoba. Jae Kyeong lalu ingat saat Chang Soo menemukannya di Stasiun Anhyeon. Chang Soo bilang, Jae Kyeong yang menyuruhnya datang ke sana jam 07.20. Chang Soo juga menunjukkan pesan dari Jae Kyeong yang menyuruhnya datang.

Jae Kyeong : Meskipun pesan itu dikirim ke Chang Soo pada hari Minggu malam dari ponselku, tapi kenapa aku tidak ingat?

Jae Kyeong lantas curiga kalau ponselnya dibajak setelah berhasil dibuka dengan sidik jarinya dan ada yang mengirim pesan ke Chang Soo pakai ponselnya.

Jae Kyeong : Tempat pelemparannya bukan di Stasiun Jeonghun, tapi di Stasiun Anhyeon. Siapa? Siapa orang yang membawaku ke bangku di peron 3-2 Stasiun Balai Kota Anhyeon? Lalu kenapa mengirim pesan ke Chang Soo? Kenapa menyuruhnya menjemputku pukul 07.20? Ditambah lagi, cuma Chang Soo yang kuberi tahu bahwa aku menemukan mayat Lee Myeong Guk.


Jae Kyeong pun ingat saat dia menyuruh Chang Soo datang ke kediaman Lee Myeong Guk setelah menemukan mayat Lee Myeong Guk.

Jae Kyeong : Tak lama setelah aku menelepon Chang Soo,  bom molotov mulai menghujani kami. Langsung mengincar kamar utama tempat aku berada.


Chang Soo lantas pergi membawa dokumen. Jae Kyeong pun bangkit dari duduknya dan beranjak mendekati meja Chang Soo. Dia mengambil sebuah dokumen dari meja Chang Soo. Soo Hyeon yang duduk di belakang meja Chang Soo, menoleh dan melihat Jae Kyeong.

Soo Hyeon : Apa yang anda butuh, Kapten?

Jae Kyeong : Tidak ada.


Soo Hyeon kembali fokus bekerja. Jae Kyeong pun memeriksa komputer Chang Soo. Lalu dia duduk dan menemukan rekaman di UGD saat dia menerobos masuk dan keluar dari ruangan tempat penyimpanan sampel darah. Jae Kyeong terkejut dan terus menonton.


Adegan beralih ke Yoon Jin dan Woo Sung yang di perjalanan. Woo Sung fokus menatap layar ponselnya. Yoon Jin yang menyetir, tanya, belum juga?

Yoon Jin : Aku sudah pastikan apa ada kasus di Pusat Medis Unjong tahun lalu. Kenapa selama ini?


Mendengar itu, Woo Sung sewot.

Woo Sung : Sunbae, apa kau meremehkanku?

Yoon Jin : Kau kenapa lagi?

Woo Sung : Kau menyuruhku menyelesaikan liputannya di penghujung hari, tapi tiba-tiba hari ini ingin meliput hal lain. Kalau kau begini terus, aku bisa stres kerja. Kau tidak punya rekan kalau aku berhenti kerja.

Yoon Jin : Maafkan aku.

Woo Sung : Apa alasannya? Beri alasan yang bisa aku terima.

Yoon Jin pun memakai Seo Eun sebagai alasan. Dia bilang, tadi pagi dia bertemu dengan Seo Eun, putrinya korban.

Woo Sung : Alasan lainnya?

Yoon Jin tak menjawab.


Woo Sung menatap layar ponselnya lagi.

Woo Sung : Kasus terbaru di Pusat Medis Unjong terjadi tiga tahun lalu. Nama pasiennya juga berbeda.

Yoon Jin : Kalau begitu, kasus medis September tahun lalu hanya kita yang tahu?

Woo Sung mengangguk.


Mereka pun tiba di depan kediaman seseorang. Yoon Jin membunyikan bel. Tak lama, seorang pria keluar namun pria itu tak mau membuka pagarnya untuk Yoon Jin dan Woo Sung.

Pria itu : Siapa kalian?

Yoon Jin : Apa benar ini rumah Park Bok Rye?

Pria itu mengiyakan dan mengaku sebagai putra Park Bok Rye.

Yoon Jin : Kami dapat info ada kasus malapraktik saat beliau dirawat di Pusat Medis Unjong.

Pria itu tanya, siapa yang bilang?

Yoon Jin : Anda tidak perlu tahu siapa orangnya. Tapi, karena ada yang ingin kami tanyakan, bolehkah kami masuk...

Pria itu bilang tidak tahu dan menyuruh mereka pergi.

Yoon Jin : Ibu anda sudah meninggal, tapi apa anda tidak merasa kesal?

Pria itu terdiam sejenak mendengar pertanyaan Yoon Jin. Tapi kemudian, dia memutuskan masuk ke rumahnya begitu saja. Woo Sung coba membujuk. Dia bilang jika dipublikasikan, maka rumah sakit akan membayar kompensasi. Namun pria itu tak peduli.


Yoon Jin : Apa mestinya kita datang sambil bawa makanan? Dia begitu karena kita datang dengan tangan kosong.

Woo Sung : Nanti kita coba lagi.

Yoon Jin : Kita harus ubah cara kita.

Yoon Jin lantas menaruh kartu namanya di dalam kotak surat.


Ponsel Yoon Jin tiba-tiba berdering. Yoon Jin menjawab, ada apa?

Rupanya telepon dari Joo Song.

Joo Song : Yoon Jin, sedang apa?

Yoon Jin : Tentu saja lagi kerja. Cepat bicara. Aku sibuk.

Joo Song : Apa jam 17.30 nanti kau ada waktu?

Yoon Jin : Tidak.

Joo Song : Tadi Ji Yeon meneleponku saat jam makan siang.

Yoon Jin : Choi Ji Yeon?

Joo Song : Dia memintaku ke rumahnya karena ingin tanya sesuatu. Jam 17.30 hari ini. Aku tidak nyaman pergi sendirian. Malam juga datang lebih cepat akhir-akhir ini.

Yoon Jin : Dia meneleponmu pasti karena asuransi itu. Pergilah sendiri.

Joo Song : Katanya bukan soal itu.

Yoon Jin : Astaga, kau pergi saja dulu dan dengarkan dia. Kau hanya merasa gusar karena diminta datang sendiri. Anggap saja itu pujian.

Joo Song : Baiklah.


Yoon Jin menutup teleponnya, lalu dia tertawa.

Setelah tertawa, dia mengajak Woo Sung pergi.


Bersama Soo Hyeon, Jae Kyeong menginterogasi pria berambut kuning. Jae Kyeong menanyai pria berambut kuning soal obat. Dia pengen tahu pria berambut kuning dapat obat pertama dari mana. Soo Hyeon bertugas mencatat jawaban pria itu.

Pria kuning itu bilang, awalnya dia diberi senior temannya.

Jae Kyeong : Siapa namanya?

Pria itu bilang dia tidak tahu dan hanya memanggil pria itu 'sunbae'.

Jae Kyeong : Kalau temanmu?

Pria kuning bilang temannya sudah kembali ke Amerika. Dia warna negara sana.

Jae Kyeong bertanya nomor kontaknya.


Setelah itu dia meminta Soo Hyeon memberikannya ponsel Kang Min Ho, pria itu.

Soo Hyeon pun memberikan ponsel Min Ho ke Jae Kyeong.


Jae Kyeong mengeluarkan ponsel Min Ho dari dalam kantong barbuk dan menyuruh Min Ho menelpon temannya yang di Amerika itu.

Jae Kyeong : Bilang kau sangat butuh obat itu. Aku ingin lihat wajahnya.

Min Ho : Dia... Sepertinya tidak akan menerima teleponku.

Jae Kyeong : Coba sampai dia mengangkatnya. Aku harus membuktikan apa benar dia yang memberimu obat.

Min Ho : Kau benar akan membantuku kalau aku meneleponnya, kan?

Jae Kyeong : Ya.

Min Ho : Bohong. Kemarin kau tak memberikan obat itu.

Jae Kyeong : Bagaimana ciri-cirinya? Tinggi atau ciri khususnya.

Min Ho : Senior itu...

Min Ho berpikir, tidak ada yang unik darinya dan tingginya juga rata-rata. Ada tato di jarinya.

Jae Kyeong : Tato apa?


Dan si pemilik tato itu membuka pintu mobil. Dia masuk ke mobil. Di dalam, sudah menunggu pria yang mengambil pistol Jae Kyeong. Dan si pemilik tato adalah Lee Geun Ho, orang yang memanggil 'Hyung' ke pria yang mengambil pistol Jae Kyeong

Geun Ho : Orang yang dipanggil Dokter itu sangat aneh, ya? Bagaimana dia bisa memberikan obat yang tepat sebelum kakak bernapas lega? Aku benar-benar takut saat dia melakukannya seperti ini.

Pria yang mengambil pistol Jae Kyeong bilang dia bukan Dokter.

Geun Ho bingung, ya?

Pria itu bilang, aku telepon dia duluan karena aku tak tahan.


Kita diperlihatkan flashback saat pria itu menelpon sang dokter duluan.

Pria itu, Dokter? Ini saya Saya menelepon karena...

Dokter : Sepertinya kalian baik-baik saja karena baru meneleponku sekarang. Kita mulai transaksi lagi. Kau butuh berapa sekarang?

Pria itu bilang mereka butuh seribu.

Dokter : Baiklah.

Flashback end...


Pria itu bilang, suaranya sama tapi gaya bicaranya beda. Dan sang dokter yang dihubunginya tak tahu ada aturan bahwa dia tak boleh menelpon sang dokter duluan.

Geun Ho : Lalu bagaimana sekarang?

Pria itu mengatakan, kita lihat saja nanti.


Di ruangannya, Soo Hyeon sibuk memeriksa lacinya. Lalu dia mengobok-ngobok mejanya, mencari sesuatu. Jae Kyeong melihat Soo Hyeon. Dia tahu apa yang dicari Soo Hyeon tapi dia diam saja dan pura-pura sibuk bekerja seolah tak terjadi apapun.

Lalu Chang Soo datang. Chang Soo ngasih tahu kalau dia udah dapat video rekaman dari kediaman Lee Myeong Guk.

Chang Soo : Anda mau lihat?

Jae Kyeong yang mulai curiga sama Chang Soo berkata, dia akan lihat dari komputernya sendiri.

Chang Soo : Baik.


Soo Hyeon lantas berbisik pada Chang Soo, kalau satu butir lemon ppong hilang dari lacinya. Chang Soo menyuruh Soo Hyeon mencari lagi. Soo Hyeon bilang dia menaruhnya di laci saat menulis dokumen pemeriksaan pria berambut kuning dan temannya yang ditangkap kemarin.

Chang Soo : Kau yakin? Astaga. Kenapa kau menaruh barang bukti di laci?

Soo Hyeon takut dimarahi Jae Kyeong.

Sambil menatap tajam Jae Kyeong, Chang Soo tanya ke Soo Hyeon apa surat permohonan tes darah sudah dikirim.

Soo Hyeon : Sudah. Tinggal menunggu hasilnya.

Chang Soo pun menyuruh Soo Hyeon mengikutinya.


Soo Hyeon mengikuti Chang Soo menemui Jae Kyeong.

Chang Soo : Kapten Jang.

Jae Kyeong yang sudah tahu mereka mau bilang apa, bersikap normal seolah tidak tahu apa-apa. Dia juga terus menatap Chang Soo dengan tatapan curiga.

Chang Soo : Aku ingin mengatakan sesuatu.

Jae Kyeong : Apa itu?


Chang Soo : Tentang anak-anak yang memperebutkan Lemon Ppong.

Jae Kyeong : Ya?

Chang Soo : Soo Hyeon tak sempat menaruh Lemon Ppong di tempat penyimpanan bukti karena sedang membuat laporan. Jadi dia menyimpannya di laci, tapi kini hilang.


Jae Kyeong pun ingat kata2 si petugas CCTV.

Petugas CCTV : Saya kira anda sudah mengetahuinya. Detektif Kim Chang Soo tadi datang ke sini.


Sambil terus menatap curiga Chang Soo, Jae Kyeong bicara dalam hatinya.

Jae Kyeong : Kim Chang Soo, apa maumu?

Jae Kyeong lantas menjawab kata2 Chang Soo tadi.

Jae Kyeong : Hilang? Apa maksudmu?


Soo Hyeon minta maaf. Jae Kyeong lalu berdiri dan berkata lebih baik obat itu hilang karena hancur. Narkoba bisa disalahgunakan kalau hilang begitu saja.

Jae Kyeong : Kenapa kau menyimpannya seperti itu?

Chang Soo : Tapi...


Jae Kyeong sedikit mengeraskan suaranya, sambil terus menatap Chang Soo.

Jae Kyeong : Tidak ada tapi. Kau sudah cek CCTV?


Soo Hyeon menjawab, belum.

Chang Soo : Ini salah saya juga. Maaf.

Jae Kyeong : Bagaimana pengambilan darah tersangka?

Soo Hyeon : Sudah. Pemeriksaan kandungan obat juga sudah.

Jae Kyeong : Kalau begitu, ganti laporannya karena tidak ada barang bukti. Kita tak bisa serahkan laporan itu ke kejaksaan bila barang bukti hilang. Apa ada cara lain?

Chang Soo : Tidak.

Jae Kyeong : Lain kali hati-hati. Aku yang urus laporan ke kepala tim.

Soo Hyeon : Maaf. Ini tidak akan terjadi lagi.

Jae Kyeong : Pergilah.

Soo Hyeon beranjak pergi.


Jae Kyeong mengajak Chang Soo melihat CCTV.

Chang Soo : Baik.

Jae Kyeong menyuruh Chang Soo menyalakan komputernya.

Chang Soo pun duduk di kursi Jae Kyeong dan mulai menyalakan komputer Jae Kyeong.

Jae Kyeong duduk disamping Chang Soo. Dia terus menatap Chang Soo dan bertanya-tanya dalam hatinya, mungkinkah Chang Soo hanya pura2 tidak tahu atau mungkin Chang Soo sengaja menutupinya karena tahu dia akan malu.


Chang Soo mulai menjelaskan rekaman CCTV.

Chang Soo : Mobil yang muncul pada jam terjadinya kebakaran... Hanya mobil ini dan mobil kecil ini.

Jae Kyeong : Mobil temanku yang di belakang. Aku di sana bersamanya.

Chang Soo menatap Jae Kyeong : Ya? Apa?

Jae Kyeong : Apa kau tak penasaran kenapa aku segera pergi dari TKP?

Chang Soo : Penasaran. Tapi anda tidak menerima telepon saya. Saya pikir, anda pasti punya alasan tertentu.

Jae Kyeong : Apa kau sudah dapat CCTV ruang UGD RSU Sunkwang?

Chang Soo : Sudah.

Jae Kyeong : Kenapa?

Chang Soo : Untuk formalitas saja. Omong-omong, bagaimana anda bisa tahu?

Jae Kyeong : Aku menelepon mereka untuk lihat CCTV itu. Mereka bilang sudah mengirimnya padamu.

Chang Soo : Begitu, ya.

Jae Kyeong : Lanjutkan.

Chang Soo : Baik. Seperti yang terlihat, kami sulit melacak nomor pelat yang sudah ditutupi selotip.


Jae Kyeong kembali bertanya-tanya dalam hatinya.

Jae Kyeong : Tidak, tidak, tidak. Sungguh janggal jika dia ingin menutupiku. Apa dia disogok? Tapi oleh siapa?


Chang Soo terus menjelaskan CCTV, sepertinya dia mempersiapkan dengan baik karena tahu ada CCTV. Ada CCTV dari sudut lain. Video mobil dari CCTV ini terlihat lebih jelas, tapi pengemudinya tidak terlihat.

Jae Kyeong : Ujung jalan itu mengarah ke mana?

Chang Soo : Ke Jalan Yanghun.

Jae Kyeong : Terus selidiki ke mana mobil ini pergi lewat CCTV di Jalan Yanghun.

Chang Soo : Tapi karena saat jam pulang kantor...

Jae Kyeong : Ada banyak CCTV di Yanghun. Cek dari berbagai sudut untuk lacak pergerakannya

Chang Soo : Tapi banyak kamera yang masih hitam putih dan ada pantulan cahaya...


Jae Kyeong meledak, LAKUKAN SAJA PERINTAHKU!

Chang Soo kaget dibentak Jae Kyeong.

Jae Kyeong lantas beranjak pergi.

Ji Yeon membukakan pintu untuk Joo Song. Joo Song datang membawa buah tangan untuk Ji Yeon. Ji Yeon mengucapkan terima kasih. Joo Song tanya, apa Ji Yeon suka jeruk. Ji Yeon mengiyakan. Yang dibawa Joo Song untuk Ji Yeon adalah jeruk. Ji Yeon lalu meminta maaf karena membuat Joo Song datang di jam sibuk.

Joo Song : Tidak apa-apa. Aku baru selesai rapat di depan sini. Makanya datang terlalu awal.

Ji Yeon : Tidak, aku juga untungnya pulang lebih cepat. Kau mau minum teh?

Joo Song : Apa saja boleh.

Ji Yeon pergi membuat teh.


Joo Song melihat2 rumah Joon Seo. Dia menghela nafas melihat foto pernikahan Joon Seo dan Ji Yeon yang tergantung di dinding. Kemudian dia melihat stereo Joon Seo. Dia pun mendekat. Dia mengenali strereo itu. Itu stereo mereka dulu, stereo Audiophil.


Joo Song pun teringat masa lalu, saat dia melihat Yoon Jin yang tersenyum mendengar musik yang mengalun dari stereo.


Ji Yeon datang membawa teh.

Ji Yeon : Suamiku senang menikmati musik.

Joo Song : Benar. Joon Seo dan aku satu klub penikmat musik yang sama saat SMA.

Ji Yeon : Begitu, ya?


Joo Song lantas mendekati Ji Yeon. Dia tanya ada perlu apa.

Ji Yeon : Aku tidak tahu banyak tentang rekening dan asuransi serta informasi keuangan lainnya. Aku dengar itu bisa dicek sekaligus.

Joo Song : Ya, bisa. Kau tinggal daftar Layanan Terpadu Waris Aman. Kau punya laptop? Kau bisa daftar sekarang.

Ji Yeon : Ada. Punya suamiku.

Joo Song : Tadi harusnya bilang saja di telepon. Kau juga bisa daftar di kantor kecamatan.

Ji Yeon : Ada hal lain yang ingin aku sampaikan.

Joo Song : Apa itu?

Ji Yeon : Sebenarnya aku tak terlalu buru-buru saat di pemakaman. Tapi setelah dipikir-pikir, ini tentang suamiku dan bukan orang lain. Kami harus membayar sejumlah uang untuk iuran asuransi. Artinya uang asuransi itu masih uang kami. Aku tidak tahu alasannya. Tapi memberikan uang asuransi pada Jae Kyeong dan Yoon Jin pasti ada tujuannya. Karena yang menerima adalah polisi dan reporter, ini semacam umpan yang dilempar untuk mengungkap kematiannya.

Joo Song : Umpan?

Ji Yeon : Jujur saja, mereka tidak akrab dengan suamiku. Karena itu, memberi uang lima miliar pada mereka sudah pasti umpan. Aku pikir dia bermaksud memberikan uang itu padaku. Jadi, aku tidak boleh hilang fokus. Dan tentu saja aku harus tahu apa yang terjadi. Kau beda dengan mereka. Kau tak punya kepentingan langsung dengan suamiku. Kau pasti paham maksudku.

Joo Song terpaksa mengiyakan.

Joo Song : Ya, tentu saja.

Ji Yeon : Aku ambil laptopnya dulu.


Ji Yeon beranjak ke kamarnya.

Joo Song menghela nafas.


Jong Soo di ruangannya tengah membaca artikel yang diterbitkan Harian Anhyeon tentang seorang peneliti farmasi yang hilang dan ditemukan di rumah yang terbakar. Jong Soo ketakutan. Dia lantas menghubungi Tae Jin.

Jong Soo : Kau sudah baca beritanya?

Tae Jin : Ya, baru saja.

Jong Soo : Untuk rapat pencegahan, datang ke Bukit Piro-dong jam 16.00.

Tae Jin : Baiklah.

Bersambung ke part 2...


EmoticonEmoticon