Senin, 05 Agustus 2024

Sinopsis Adamas Eps 2 Part 1

 All Content From : tvN
Sinopsis Lengkap : Adamas
Sebelumnya : Adamas Eps 1 Part 2
Selanjutnya : Adamas Eps 2 Part 2

Woo Shin memberitahu Tae Sung kalau dia akan mencuri Adamas, simbol Grup Haesong. Panah dengan ujung berlian.

Tae Sung : Kau gila. Bagaimana caranya?

Woo Shin : Bagaimana jika ada yang membantuku?



Kita diperlihatkan flashback saat Woo Shin membaca sebuah surat.

Woo Shin ada di rumah Soo Hyun. Dia duduk di sofa Soo Hyun, dengan pakaian duka.


Woo Shin bilang ke Tae Sung kalau seseorang mengundangnya ke Haesongwon.

Woo Shin : Menurutmu siapa yang merekomendasikanku menulis memoar Pimpinan Kwon?

Tae Sung : Apa orang itu tahu tentangku?

Woo Shin : Mungkin tidak. Kami belum pernah bertemu.

Tae Sung : Kalau begitu, kurasa aku akan aman jika membungkammu.


Tae Sung pun mengarahkan senjata apinya ke Woo Shin.

Tae Sung : Aku tidak bisa tetap bersikap baik untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Aku harus mengotori tanganku.

Woo Shin tetap tenang meski senjata diarahkan kepadanya.

Woo Shin : Kau akan menembakku?

Tae Sung : Jika diperlukan. Kecelakaan biasa terjadi saat berburu.

Woo Shin : Apa yang akan kau lakukan dengan saksinya?


Woo Shin melihat ke belakang Tae Sung. Tae Sung gak ngerti maksud Woo Shin pada awalnya. Tapi melihat pandangan Woo Shin, Tae Sung pun ikut menatap ke belakangnya. Ternyata, ada Hye Soo di sana. Melihat mereka.

Hye Soo : Sedang apa kalian di sana?

Tae Sung menyapa Hye Soo.

Tae Sung : Ini agak membingungkan, 'kan?

Hye Soo : Ya, sangat.

Tae Sung : Kurasa ini harus dilaporkan.


Beralih ke Kepala Pelayan Kwon dan seketaris Pimpinan Kwon.

"Pak Choi?" ucap Kepala Pelayan Kwon dengan ekspresi terkejut.

Rupanya seketaris Pimpinan Kwon mengadukan apa yang dia lihat pada Kepala Pelayan Kwon. Dia bilang, Tae Sung menodongkan senjata pada Woo Shin. Kepala Pelayan Kwon pun geram dan bergegas pergi.


Hye Soo, Woo Shin dan Tae Sung pun dipanggil Pimpinan Kwon. Tae Sung pun menjelaskan kalau dia menemukan perilaku mencurigakan.

Tae Sung : Aku merasakan kehadiran seseorang saat berburu dan ada orang tak dikenal yang melihat sekeliling saat kuperiksa.


Hye Soo melirik Woo Shin.

Tae Sung juga melirik Woo Shin dan melanjutkan kalimatnya.

Tae Sung : Seolah-olah dia mencari seseorang. Jadi, aku menodongnya untuk mengidentifikasinya. Ternyata itu Pak Ha. Kurasa Nona Eun melihat kami dan salah paham.


Pimpinan Kwon : Seolah-olah dia mencari seseorang?

Tae Sung : Di mataku, ya.


Pimpinan Kwon lantas menanyakan pendapat Hye Soo.

Pimpinan Kwon : Kau pasti melihat sesuatu.

Hye Soo melirik Tae Sung.

Hye Soo : Entahlah. Yang kulihat dia menodongkan senjatanya ke Pak Ha. Bukan yang terjadi sebelum dan sesudahnya. Tapi Pak Choi, dia sama sekali tidak tampak mencurigakan bagiku. Apa yang dia lakukan? Di tempat terbuka itu, di siang bolong.


Tae Sung : Itu...

Pimpinan Kwon : Bagaimana ini? Dua orang memberikan cerita berbeda tentang situasi yang sama. Jadi, salah satu dari kalian pasti berbohong.

Hye Soo : Sepertinya Pak Choi keliru.


Kepala Pelayan Kwon menerobos masuk, keliru?

Dia tak setuju dengan tuduhan Hye Soo.

Kepala Pelayan Kwon : Pak Choi bukan tipe orang yang menodongkan senjata pada seseorang karena kesalahpahaman.


Kepala Pelayan Kwon lalu tersadar dengan sikapnya dan meminta maaf pada Pimpinan Kwon. Dia bilang, dia terburu-buru karena menyela.

Pimpinan Kwon : Tidak apa-apa. Biarkan aku mendengar ceritamu.


Mendengar itu, Kepala Pelayan Kwon merasa diatas angin.

Kepala Pelayan Kwon : Aku ingin tahu kenapa mereka ada di hutan. Pak Choi pergi berburu. Bagaimana denganmu, Nyonya Hye Soo?

Hye Soo : Aku pergi mengambil bunga lili cahaya emas Jepang untuk kebun.

Hye Soo menunjukkan tas berisi bunga yang dia gantung di pegangan kursinya.


Kepala Pelayan Kwon menatap Woo Shin.

Kepala Pelayan Kwon : Bagaimana denganmu, Pak Ha? Jika kau tidak mencari orang seperti yang dipikirkan Pak Choi, kenapa?

Woo Shin tak menjawab dan menatap balik Kepala Pelayan Kwon.


Kepala Pelayan Kwon kesal.

Kepala Pelayan Kwon : Kenapa kau diam saja?


Woo Shin masih diam.

Pimpinan Kwon menatap Woo Shin.

Pimpinan Kwon : Pak Ha, kau membuat cerita Pak Choi lebih masuk akal.

Kepala Pelayan Kwon : Pimpinan, jangan membiarkan ini begitu saja. Kita harus menyelidiki ini...

Woo Shin pun menyela.

Dia bilang dia akan beritahu kenapa dia masuk ke hutan tapi dia minta bicara berdua saja dengan Pimpinan Kwon.

Woo Shin : Salah satu dari kita di sini mungkin merasa tidak nyaman dengan ucapanku.


Hye Soo keluar dari ruangan ayah mertuanya, disusul dengan Kepala Pelayan Kwon dan Tae Sung di belakangnya. Kepala Pelayan Kwon melarang Hye Soo dekat-dekat dengan Woo Shin.

Kepala Pelayan Kwon : Aku punya firasat buruk tentangnya, dan aku mengkhawatirkanmu.

Hye Soo berbalik dan menjawab Kepala Pelayan Kwon dengan ketus.

Hye Soo : Kau mengkhawatirkanku? Itu sangat tidak biasa. Mungkin sudah waktunya kau meninggalkan dunia ini.


Hye Soo kemudian pergi.

Kepala Pelayan Kwon kesal.

Kepala Pelayan Kwon : Wanita lancang itu...


Kepala Pelayan Kwon lantas tanya apa yang terjadi ke Tae Sung. Tae Sung bilang, seperti yang dia bilang tadi ke Pimpinan Kwon, kalau dia melihat seseorang mencurigakan.

Kepala Pelayan Kwon tanya, apa yang mencurigakan dari Woo Shin.

Tae Sung : Kenapa kau tidak bisa membaca yang tersirat? Dia melihat sekeliling, dan aku penasaran apakah dia sedang mencari seseorang.

Kepala Pelayan Kwon : Mencari seseorang? Siapa?

Tae Sung : Bu Kwon, aku bisa saja terlalu cepat menyimpulkan.

Kepala Pelayan Kwon : Kau tidak bisa mengubah kata-katamu sekarang! Pokoknya, dia memang tampak mencurigakan. Tatapannya memberiku perasaan aneh sejak awal. Kenapa sebenarnya dia datang ke Haesong?

Tae Sung : Kau tahu alasannya. Untuk menjadi penulis bayangan...

Kepala Pelayan Kwon : Tidak, bukan begitu. Uang tidak bisa menggerakkan orang seperti dia. Aku sangat mengenal orang-orang rendahan yang melakukan apa pun demi uang. Rasanya tidak benar.

Tae Sung : Kau pasti punya alasan bagus untuk berpikir seperti itu, tapi Pimpinan tidak akan membiarkan sembarang orang masuk ke Haesong. Jika ada masalah dengannya, Pimpinan tidak akan menyukainya.

Kepala Pelayan Kwon : Menyukainya? Jika dia ingin uang atau hal lain dari Tuan, dia akan berusaha memikatku lebih dahulu. Karena aku gerbang menuju Tuan! Semua orang begitu. Bahkan anggota majelis dan Jaksa Agung. Tapi bedebah itu mengabaikanku.

Tae Sung : Bu, jangan khawatir. Aku akan mengawasinya.

Kepala Pelayan Kwon : Aku tahu dia punya motif tersembunyi.


Ternyata Hye Soo belum benar-benar pergi. Dia bersembunyi dan menguping pembicaraan mereka.

Dia baru pergi setelah pembicaraan mereka berakhir.

Pimpinan Kwon yang berdiri di meja dekat jendela, menyuruh Woo Shin bicara. Dia bilang, karena semua sudah pergi jadi Woo Shin bisa bicara dengannya.

Woo Shin :  Aku yakin itu perbedaan dalam penafsiranmu.

Pimpinan Kwon : Perbedaan dalam penafsiran?

Woo Shin : Ya, Pak Choi salah menilai. Dia meragukan segalanya karena itu pekerjaannya. Itu mungkin memengaruhi interpretasinya. Tergantung pekerjaan, kita punya cara berbeda untuk mengekspresikan ingatan.

Pimpinan Kwon : Jadi, alih-alih fakta, dia menafsirkan emosinya saat itu sebagai ingatan.

Pimpinan Kwon mengangguk-ngangguk.

Pimpinan Kwon : Anggap saja begitu. Lantas kenapa kau masuk ke hutan?


Kepala Pelayan Kwon terkejut mendengar cerita Pimpinan Kwon tentang alasan Woo Shin masuk ke hutan.

Kepala Pelayan Kwon : Jalan-jalan? Dia ke sana sendirian untuk berjalan-jalan? Kau memercayainya?

Pimpinan Kwon : Apa yang tidak bisa dipercaya? Aku juga sering melakukan itu.

Kepala Pelayan Kwon : Tapi Tuan, Pak Choi...


Pimpinan Kwon menggebrak papan baduknya.

Kepala Pelayan Kwon seketika terdiam.

Pimpinan Kwon lanjut bermain baduk dengan seketarisnya.


"Pak Choi."Panggil Woo Shin seraya menyusul Tae Sung keluar. Tae Sung berbalik, menatap Woo Shin.

Woo Shin : Jadikan ini ujian terakhirmu.

Tae Sung : Ujian apa?

Woo Shin : Apakah aku mengekspos identitasmu. Kau membesar-besarkannya untuk memeriksa itu.

Tae Sung : Kau cukup cerdas. Kurasa kau selamat.

Woo Shin : Tapi jangan berlebihan. Aku tidak akan melakukannya lain kali.

Tae Sung : Pikirkan situasiku. Aku tidak bisa cukup memercayaimu untuk melunak kepadamu.

Woo Shin : Aku menepati janjiku. Keluarkan aku dari sistem keamanan sekarang.


Tae Sung : Aku tidak pernah berjanji. Dan mengecualikanmu bukanlah masalah sederhana. Sebagai gantinya, aku akan memberimu kiat.

Woo Shin : Kiat?

Tae Sung : Hati-hati dengan Bu Kwon. Dia seperti anjing penjaga. Dia mudah curiga. Selain itu, hobinya buruk. Kau ingat salah satu pelayan dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tidak sadarkan diri?

Ya, pelayan itu adalah pelayan yang ditemukan terkapar di lantai kamarnya oleh Woo Shin. Ternyata ditemukan flocoumafen di dalam tubuhnya. Tae Sung bilang itu racun tikus dan itu kali ketiga.

Tae Sung :  Semoga berhasil.


Tae Sung mau pergi tapi Woo Shin menahannya.

Woo Shin : Kau akan baik-baik saja jika penyamaranmu terbongkar?

Tae Sung : Lalu apa? Kau pikir aku akan diam saja dan melihatnya terjadi? Aku bisa mengungkap bahwa ada pencuri yang mengincar Adamas. Dan dia punya kaki tangan. Kau tahu kelemahanku? Aku juga tahu kelemahanmu.


Tae Sung pun pergi. Woo Shin tak menyerah.

Woo Shin : Kau tahu? Tangan dan kaki sulit dikendalikan secara tidak sadar. Tapi dalam situasi merugikan ini, tanganmu ada di saku. Itu artinya kau merasa cemas.

Tae Sung berbalik lagi menatap Woo Shin.

Tae Sung : Kau yakin Adamas ada di rumah ini?

Tae Sung lantas mengeluarkan tangannya dari dalam sakunya dan beranjak pergi.


Woo Shin pun menatap ke arah Haesongwon.

Woo Shin : Ada di sini. Karena pemiliknya ada di sini.


Pimpinan Kwon berdiri di depan jendelanya. Dia memikirkan sesuatu.


Sedangkan Kepala Pelayan Kwon masuk ke kamarnya dengan wajah geram. Dia bilang, dia tak tahu bagaimana cara Woo Shin merayu Pimpinan Kwon, tapi Woo Shin tak bisa menipu dia.


Kita lalu diperlihatkan flashback saat Kepala Pelayan Kwon menguping pembicaraan Dong Rim dan Woo Shin. Dong Rim bilang dia sudah tahu niat sebenarnya Woo Shin datang ke Haesongwon.

Dong Rim : Kau pasti gila jika mau menjadi penulis bayangan orang lain.

Woo Shin : Apa maksudmu?

Dong Rim : Kau sedang menyiapkan buku berikutnya, dan itu tentang konglomerat. Kau di sini untuk meneliti. Kita sama.

Itulah yang bikin Kepala Pelayan Kwon membenci Woo Shin.


Lalu kita ke TNC dimana Seo Hee disuruh merevisi artikelnya oleh direkturnya, Direktur Jung Hyo Gun. Seo Hee tanya alasan kenapa dia harus merevisi artikelnya.

Seo Hee : Ini seperti karya seni sempurna yang mengikuti 5W1H. Aku mengerahkan semua keahlianku untuk menulis artikel ini.

Direktur Jung : Hei, aku tidak bisa meminta Pewarta Cha mengkritik Kandidat Hwang.

Seo Hee : Kenapa tidak? Aku tidak memintanya untuk benar-benar menyerangnya. Sebaiknya dia berhenti jadi pembaca berita jika tak mau ucapkan beberapa kata.

Direktur Jung : Dia akan berhenti.

Seo Hee : Apa?

Direktur Jung : Dia dicalonkan menjadi juru bicara. Jangan menghalangi seniormu.

Seo Hee kesal, kau bercanda? Kalian konyol.


Seo Hee pun beranjak ke mejanya sambil marah2.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Telepon dari Soo Hyun.


Mereka pun bertemu di sebuah kafe. Soo Hyun pun memberikan pada Seo Hee artikel yang Seo Hee tulis soal Pak Hwang. Artikel itu berjudul, Penanganan Kontroversial Gubernur Hwang Atas Tanah Longsor Gunung Gyeongwon.

Seo Hee santai menghadapi Soo Hyun.

Seo Hee : Apa ini?

Soo Hyun : Untuk memahami seseorang, kau harus memeriksa masa lalunya dahulu. Ini artikel lamamu. Kau cukup sering mengincar Kandidat Hwang.

Seo Hee : Bicaralah dengan lugas. Berbelit-belit itu menyedihkan.

Soo Hyun : Apakah rasa keadilanmu yang menggebu-gebu yang membuatmu meliput kasus ayahku?

Seo Hee : Tidak, aku hanya sangat gapil.

Soo Hyun : Atau kau menentang Kandidat Hwang. Kau ingin mencegah rating penerimaannya naik. Lee Chang Woo harus tidak bersalah agar Kandidat Hwang kehilangan kepercayaan karena mendukung sistem hukuman mati. Kau memanfaatkan tahanan hukuman mati untuk menarik perhatian dan membuat Kandidat Hwang terpuruk.

Seo Hee : Jadi, kau yakin soal senjata yang hilang sekarang?

Soo Hyun : Aku mengakuinya. Tapi aneh. Siapa yang mengambil senjata pembunuhan? Kau mungkin berpikir pelaku yang sebenarnya adalah orang lain. Tapi bukti penting membuktikan itu salah. Saksinya. Astaga. Dia bahkan bersaksi di pengadilan.

Kita diperlihatkan flashback sidang Pak Lee, dimana saksi memberikan pernyataan yang memberatkan Pak Lee. Saksi mengaku melihat Pak Lee dan Pak Song memasuki rumah malam itu.

Saksi : Korban marah. Dia menuntut Lee melunasi utangnya.

Jaksa : Yang Mulia, korban mengunjungi Lee Chang Woo di rumahnya untuk mengeklaim pembayaran yang sah. Setelah bertengkar, dia dibunuh.

Flashback end...


Soo Hyun : Kau masih berpikir Lee Chang Woo dijebak?

Seo Hee : Bagaimana jika saksi melakukan sumpah palsu?

Soo Hyun : Atas dasar apa? Saksi bahkan menjelaskan pakaian Lee Chang Woo.


Flashback sidang Pak Lee kembali diperlihatkan.

Jaket yang dipakai Pak Lee saat membunuh Pak Song diperlihatkan pada saksi. Saksi mengklaim melihat Pak Lee memakai jaket itu.

Jaksa pun berkata, Pak Lee memakai jaket itu saat ditangkap di TKP.

Jaksa : Saya akan menyerahkan ini sebagai barang bukti.

Flashback end...


Seo Hee : Saksi itu buta warna merah dan hijau. Jangan bilang dia bisa membedakan merah dan hijau di malam hari.

Soo Hyun : Itu seharusnya dipertimbangkan selama penyelidikan.

Seo Hee : Dia punya SIM.

Soo Hyun : Itu artinya dia tidak buta warna, jadi, mereka mungkin tidak tahu. Bagaimana kau bisa tahu?

Seo Hee terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Soo Hyun bagaimana dia tahu saksi tidak buta warna.

Seo Hee : Aku bertemu dengannya.

Mendengar itu, Soo Hyun langsung mengajak Seo Hee pergi menemui saksi.


Adegan beralih ke Woo Shin yang lagi mengamati lantai satu Haesongwon di saat para pelayan tengah sibuk bekerja. Usai mengamati lantai satu Haesongwon, Woo Shin berniat kembali ke kamarnya. Tapi rasa penasaran menguasai dirinya. Dia tak jadi masuk ke kamarnya dan beranjak ke arah lain. Kebetulan, Hye Soo datang dan melihat Woo Shin pergi ke arah yang tidak seharusnya.


Woo Shin ternyata penasaran dengan kamar terlarang di Haesongwon. Dia coba masuk namun pintu terkunci.

"Ruangan yang tidak dimasuki atau ditinggalkan siapa pun." ucap Woo Shin dengan wajah heran.


Hye Soo datang.

Hye Soo : Haruskah aku salah paham tentang yang baru saja kau lakukan?

Woo Shin pun berdalih kalau dia mengagumi desain interior yang unik.

Woo Shin : Aku hanya ingin mengintip, tapi kau memergokiku. Biarkan aku minta maaf. Maaf.

Hye Soo : Sama seperti yang terjadi dengan Pak Choi, kau membuat dirimu disalahpahami.

Woo Shin : Aku akan berhati-hati mulai sekarang.


Woo Shin berlalu, melewati Hye Soo. Tapi sesuatu di tas Hye Soo bunyi.

Hye Soo : Aneh. Kukira aku sudah mematikannya.

Hye Soo merogoh tasnya dan menunjukkan sebuah alat ke Woo Shin. Dia bilang itu detektor logam portabel. Sontak lah Woo Shin langsung memegangi tangannya.

Woo Shin beralasan itu karena pin logam. Jarinya dioperasi saat masih kecil.

Hye Soo : Begitu rupanya.


Woo Shin : Kau membawa sesuatu yang tidak biasa.

Hye Soo : Aku terus kehilangan cincinku saat merawat kebun. Ini kali ketujuh hari ini.

Hye Soo memutar2 cincin di jarinya.

Woo Shin melihat cincin di jari Hye Soo.

Woo Shin : Begitu rupanya. Cincin itu pasti sangat berarti bagimu. Kelihatannya tidak begitu istimewa, tapi kau mencarinya setiap kali hilang.


Hye Soo menatap Woo Shin dengan tatapan tajam.

Woo Shin : Apa aku sudah keterlaluan?

Hye Soo : Ya, aku merasa tersinggung.

Woo Shin : Biarkan aku minta maaf lagi. 


Woo Shin menjelaskan namun wajahnya tampak bingung.

Woo Shin : Tolong anggap ini sebagai kebiasaan kerja. Psikolog menganggap orang menarik...

Hye Soo menyadari kebingungan Woo Shin.

Hye Soo : Kau bingung.

Woo Shin : Apa?

Hye Soo : Tidak perlu dijelaskan. Kuterima permintaan maafmu.

Hye Soo beranjak pergi.

Woo Shin : Benar, aku bingung dan mengoceh.


Kita diperlihatkan flashback saat Woo Shin dengan sengaja melukai tangannya.

Flashback end...


Woo Shin beranjak pergi.

Kamera menyorot Bu Oh yang memperhatikan mereka sejak tadi.


Woo Shin termenung di kamarnya, memikirkan kamar tadi.

Woo Shin : Itu satu-satunya ruangan yang terkunci. Apa isinya?

Tiba-tiba alarm berbunyi. Dong Rim langsung beranjak dari kasurnya dan mematikan alarm. Woo Shin tanya apa itu. Dong Rim dengan santainya bilang alarm.


Dong Rim kemudian mendekati meja obatnya. Dia bilang saatnya minum obat dan dia memasang alarm untuk mengingatkan dirinya.

 Woo Shin : Obat apa? Suplemen gizi?

Dong Rim : Aku sangat memperhatikan kesehatanku belakangan ini.

Woo Shin : Kau tahu itu untuk apa?

Dong Rim : Tentu saja.

Dong Rim menunjukkan beberapa obat yang diminumnya.

Dong Rim : Omega 3. Milk thistle. Dan vitamin K. Jika berbagi pil dengan seseorang, itu tidak akan efektif.

Woo Shin : Aku tidak akan meminumnya.

Dong Rim : Bukannya aku tidak mau membaginya denganmu. Kau sudah cukup sehat, dan meminum ini bisa membuatmu hidup terlalu lama.

Woo Shin : Kalau dipikir-pikir, bos kita tidak pernah salah.

Dong Rim : Bu Yeo? Apa katanya?


Woo Shin pun beranjak mendekati Dong Rim.

Woo Shin : Bahwa ucapanmu pantas dipukul.

Dong Rim nya nyengir. Aku seperti itu. Coba tebak.

Woo Shin : Terserah.


Woo Shin beranjak ke pintu.

Dong Rim bilang ada harta karun di Haesongwon. Mendengar itu, Woo Shin pun menatap Dong Rim dan tidak jadi keluar. Woo Shin lalu mendekati Dong Rim.

Dong Rim : Adamas.

Kamera menyorot Woo Shin yang terdiam mendengar barang yang dia incar.


Mereka lantas sama-sama keluar dari kamar.

Dong Rim mengoceh, kau sudah tahu itu, Pak Tua? Kurasa kami naik taksi yang sama. Dia mengatakan hal yang sama. Mungkinkah itu sungguhan?

Woo Shin : Bagaimana jika benar?

Dong Rim : Itu harus menjadi milik orang yang menemukannya. Aku pandai berburu harta karun sejak kecil. Keahlianku adalah melihat hutan, bukan pohon. Melihat dari jauh...


Seketaris Pimpinan Kwon lewat.

Dong Rim : Aku langsung melihat wanita cantik.

Dong Rim tak meneruskan kalimatnya  lagi dan belok ke ruangan tempat mereka kerja.

Tapi Woo Shin yang menyadari sesuatu, beranjak pergi dan seketaris melihatnya.


Ternyata Woo Shin pergi keluar dan mengamati Haesongwon secara menyeluruh.

Woo Shin : "Lihat hutan, bukan pohon," kata Lee Dongrim. Rumahnya sendiri terlalu tinggi untuk gedung tiga lantai. Lagi pula, bangunannya diperpanjang. Kecuali tempat itu.


Ternyata tempat yang dimaksud Woo Shin adalah ruangan Pimpinan Kwon.


Tae Sung masuk ke hutan sambil celingukan. Merasa sekelilingnya aman dan tak ada yang mengikutinya, Tae Sung pun masuk ke semak-semak dan menyingkirkan sebuah batu besar. Di bawah batu itu ada koper kecil.

Tae Sung membuka koper itu dimana hanya dia yang satu sandinya. Di dalamnya, ada sebuah telepon. Melalui telepon itu, Tae Sung menghubungi atasannya, Kang Hyuk Pil.

Kang Hyuk Pil sendiri tengah menatap profil Woo Shin yang ditampilkan di layar proyektor. Hyuk Pil bilang, nama aslinya Song Woo Shin. Nama penanya Ha Woo Shin, dengan nama keluarga ibunya.

Hyuk Pil : Jadi, dia memerasmu?

Tae Sung : Ya, Pak.

Hyuk Pil : Dia tampak normal dan punya pekerjaan bagus, tapi dia menikmati bahaya. Apa yang dia inginkan?

Tae Sung : Dia ingin mencuri Adamas. Panah berlian itu.

Tae Sung ternyata anggota tim investigasi khusus yang dikepalai Hyuk Pil.


Lee Hyun Jung, anggota wanita tim investigasi khusus, langsung mencari tahu soal adamas.

Foto adamas, parah berlian termahal di dunia, muncul di layar proyektor.


Hyuk Pil : Dia bahkan berani. Benda itu sangat berharga. Tapi dia memeras seorang polisi agar bisa mencurinya. Dia bukan orang biasa.

Hyuk Pil lantas berkata kalau Woo Shin bukan orang biasa.

Hyuk Pil : Jika kita coba melakukan sesuatu kepadanya, identitasmu bisa terungkap.

Tae Sung : Pak, ini bukan saatnya untuk menghitung. Perilaku gegabah penulis itu bisa menjatuhkan kita semua.

Hyuk Pil : Kau akan mempertaruhkan proyek kita karena satu pencuri ini?

Tae Sung : Tentu saja tidak.

Hyuk Pil : Ha Woo Shin atau siapa pun namanya. Lakukan apa pun untuk menyingkirkannya. Dengan begitu, kita bisa membuatnya mengaku bagaimana dia dapat informasimu.

Tae Sung mengerti.


Beralih ke Soo Hyun yang mengetuk2 pintu sebuah apartemen. Tapi tak ada yang membuka pintu. Soo Hyun pun coba memanggil.

Soo Hyun : Ada orang di rumah?


Tak lama, pemilik rumah datang. Dia seorang pria yang menjadi saksi dalam sidang Pak Lee. Pria itu datang dengan istrinya yang duduk di kursi roda.

Saksi : Siapa kau?

Soo Hyun : Namaku Song Soo Hyun.

Pria itu : Lalu?

Soo Hyun : Aku putra Song Soon Ho.

Pria itu terdiam mendengar Soo Hyun adalah putra Pak Song, pria yang tewas dibunuh Pak Lee.

Soo Hyun : Jadi, kau ingat.


Sekarang, Soo Hyun sudah di dalam.

Soo Hyun melihat foto-foto keluarga pria itu. Kemudian, dia menatap istri pria itu yang tengah sakit.


Pria itu lantas menghampiri Soo Hyun.

Soo Hyun : Maaf karena datang tanpa pemberitahuan. Kau pasti cukup terkejut.

Pria itu : Aku tidak akan menyangkalnya. Tapi ada apa kau kemari?

Soo Hyun : Begini, aku seorang jaksa.

Soo Hyun menunjukkan kartu namanya.


Soo Hyun : Aku menyelidiki lagi kasus ayahku dan aku punya beberapa pertanyaan.

Sontak lah pria itu terkejut dan berkata putusan sudah dibuat.

Soo Hyun : Biar kutanyakan satu hal. Kau bersaksi bahwa kau melihat Lee Chang Woo dan ayahku malam itu. Kau juga menggambarkan Lee Chang Woo.

Pria itu : Ya, benar.

Soo Hyun : Kenapa kau berbohong?

Pria itu : Aku berbohong? Apa maksudmu?

Soo Hyun : Aku punya bukti.


Soo Hyun pun menaruh berkas kasus di atas meja.

Soo Hyun : Ini salinan catatan penyelidikan. Bacalah bagian yang digarisbawahi dengan warna merah.

Namun di mata pria itu, garisnya berwarna hitam.


Pria itu tetap membaca.

Pria itu : "Saksi bersaksi bahwa korban mengunjungi rumah terdakwa..."

Soo Hyun : Bukan. Bagian yang digarisbawahi dengan warna merah.

Soo Hyun pun memberitahu pria itu bahwa yang dibaca pria itu tadi warnanya hijau.


Soo Hyun membalik lembaran kasus dan menunjukkan tulisan yang digarisbawahi dengan warna merah.

Yang digarisbawahi dengan warna merah adalah tentang bukti berupa jaket yang dipakai Pak Lee saat ditangkap.


Pria itu : Katamu yang digarisbawahi...

Soo Hyun : Aku tahu kau buta warna merah dan hijau. Tapi kau melihat jaket hijau dengan pola merah yang dipakai Lee Chang Woo?

Pria itu terkejut dan mulai kebingungan harus bicara apa.


Soo Hyun pun meminta pria itu berkata jujur.

Soo Hyun : Aku akan tetap di sini sampai kau memberiku jawaban.

Pria itu : Aku salah. Detektif menunjukkan foto itu dan bilang Lee Chang Woo memakai jaket itu. Mereka bertanya apa aku melihatnya. Aku hanya menjawab melihatnya. Memang benar aku buta warna, tapi aku sungguh melihat mereka. Aku jelas melihat mereka masuk ke rumah itu bersama. Aku memarkir mobilku di seberang jalan dan menunggu istriku. Untuk menafkahi keluarga kami, dia bekerja di pabrik jahit sampai larut malam.

Soo Hyun : Keluarga dalam situasi itu kebetulan pindah ke apartemen ini setelah kesaksian itu.

Pria itu marah, apa maksudmu? Kami membeli rumah ini dengan kompensasi dari kecelakaan istriku.

Soo Hyun : Kompensasi?


Pria itu : Astaga! Anggap saja aku berbohong tentang semuanya. Bagaimana dengan Lee Chang Woo? Dia mengaku telah membunuh ayahmu! Apa yang bisa dilakukan dengan kasus 22 tahun lalu? Kau seorang jaksa, jadi, seharusnya kau lebih tahu. Jangan pernah datang ke sini lagi. Tidak ada lagi yang ingin kukatakan.

Soo Hyun pun diam dan terus mengamati tingkah laku saksi.


Soo Hyun lantas keluar dan menghampiri Seo Hee yang menunggunya di luar.

Soo Hyun : Kau tahu istrinya mengalami kecelakaan?

Seo Hee : Kecelakaan mobil lima hari sebelum kesaksian. Mereka diberi kompensasi dengan jumlah uang yang sangat besar.

Soo Hyun lantas menatap ke arah kediaman saksi.

Soo Hyun : Mereka diancam sekaligus diberi kompensasi? Jadi, dia tidak punya pilihan selain menerima kesepakatan itu. Untuk melindungi keluarganya.


Seo Hee kemudian berbalik dan mulai beranjak.

Seo Hee : Tipikal sinetron.

Soo Hyun mengejar Seo Hee.

Soo Hyun : Kim Seo Hee-ssi. Kasus ini terjadi 22 tahun lalu dan sudah kadaluarsa. Bahkan jika pelaku yang asli tertangkap, mereka tidak akan diadili. Tapi ini berarti bagiku karena aku putra korban. Tapi kenapa kau sangat terobsesi dengan kasus ini?

Seo Hee : Aku tidak bisa membiarkan Lee Chang Woo mati di penjara.

Soo Hyun : Lalu kenapa?

Seo Hee : Aku tahu dia tidak bersalah.

 Bu Oh tengah mengadu pada Kepala Pelayan Kwon.

Pelayan Kwon kaget mendengar Woo Shin yang berkeliaran di depan kamar Min Jo. Sambil melirik dua gepok uang di atas meja, Bu Oh bilang Hye Soo muncul saat itu.

Kepala Pelayan Kwon : Lalu?

Bu Oh : Dia hanya bilang sedang melihat-lihat rumah.

Kepala Pelayan Kwon : Dan Nyonya memercayainya?

Bu Oh : Dia tidak banyak bicara.

Kepala Pelayan Kwon : Menyebalkan sekali. Aku merasakan firasat buruk.

Bu Oh : Serahkan kepadaku. Aku akan selalu mengawasinya.


Bu Oh mengambil dua gepok uang di atas meja. Tapi Kepala Pelayan Kwon menyuruh Bu Oh mengambil satu saja dan berkata Bu Oh cuma memberinya informasi kosong.


Bu Oh yang gak mau kehilangan uangnya, ngasih tahu Kepala Pelayan Kwon hal lain.

Bu Oh : Nyonya Hye Soo sering kehilangan cincinnya saat mengurus kebun. Jadi, dia membeli detektor logam portabel. Dan itu mendeteksi logam di tangan kirinya. Karena pin logam. Ada pin logam di jarinya.

Kepala Pelayan Kwon : Kenapa dengan itu?

Bu Oh : Saat pegawai baru bergabung dengan kita, rekam medis mereka diperiksa karena takut membahayakan Pimpinan. Tapi aku tidak mendengar apa pun tentang operasinya.

Kepala Pelayan Kwon : Jika dia dioperasi, aku pasti tahu. Semua rekam medis dilaporkan kepadaku.

Bu Oh : Benar sekali. Karena itu terkait langsung dengan kesehatan Pimpinan.


Bu Oh ngambil uang satunya lagi dan beranjak keluar.

Kepala Pelayan Kwon semakin curiga dengan Woo Shin.


EmoticonEmoticon