All Content From : tvN
Sinopsis Lengkap : Adamas
Sebelumnya : Adamas Eps 1 Part 1
Selanjutnya : Adamas Eps 2 Part 1
Sambil memegang novelnya Woo Shin, Petugas Park duduk disamping Petugas Kim. Petugas Park melihat2 novel Woo Shin. Di halaman pertama, dia menemukan tanda tangan Woo Shin.
Petugas Kim : Luar biasa, 'kan?
Petugas Park : Apa buku ini sebagus itu?
Petugas Kim : Ya, ini yang terbaik.
Petugas Park : Apa buku ini sebagus itu?
Petugas Kim : Ya, ini yang terbaik.
Petugas Park lalu bertanya2, apa arti judul novel Woo Shin.
Petugas Park : Apa itu bahasa Inggris?
Petugas Kim juga gak tahu artinya. Tiba2, Tae Sung datang.
Tae Sung : Biar kulihat.
Tae Sung mengambil novel Woo Shin dan membaca judulnya. Judulnya, Persona Non Grata. Tae Sung pun memberitahu artinya. Itu bahasa latin yang artinya yang tak diundang.
Petugas Kim pun langsung memuji Tae Sung.
Petugas Park : Apa itu bahasa Inggris?
Petugas Kim juga gak tahu artinya. Tiba2, Tae Sung datang.
Tae Sung : Biar kulihat.
Tae Sung mengambil novel Woo Shin dan membaca judulnya. Judulnya, Persona Non Grata. Tae Sung pun memberitahu artinya. Itu bahasa latin yang artinya yang tak diundang.
Petugas Kim pun langsung memuji Tae Sung.
Tae Sung beranjak ke sofa di depan mereka. Sambil melihat senjatanya, dia bertanya isi novel itu tentang diplomat atau polisi. Petugas Kim bilang polisi. Lalu dia tanya bagaimana Tae Sung bisa tahu.
Tae Sung mengelap senapannya dan menjelaskan kalau awalnya Persona Non Grata itu sebutan untuk diplomat yang dideportasi. Tapi itu juga istilah untuk pengadu polisi.
Petugas Park memuji Tae Sung.
Petugas Park : Kau pasti tahu karena kau juga...
Petugas Kim menyikut lengan Petugas Park. Petugas Park yang sadar hampir salah bicara, langsung meralat ucapannya. Dia bilang maksudnya adalah Tae Sung tahu banyak karena Tae Sung mantan polisi.
Tae Sung : Apa karakter utamanya polisi korup yang mengadukan rekannya?
Petugas Kim : Sebenarnya, dia pahlawan keadilan.
Tae Sung : Klise sekali. Aku bisa menjadi penulis. Omong-omong, jadi, itu buku kutu buku itu?
Woo Shin ke halaman belakang Haesongwon. Dia mencari tempat dimana Dong Rim memetik Bunga Poppy. Tak lama kemudian, dia menemukan kebun kaca di ujung halaman. Halaman belakang Haesongwon sangat luas.
Woo Shin pun masuk ke kebun kaca. Ada banyak tanaman dan bunga di sana. Woo Shin pun mulai berjalan, menyusuri kebun kaca, mencari Bunga Poppy. Tak lama, dia menemukan Bunga Poppy di ujung kebun kaca.
Woo Shin : Bunga Poppy.
Seorang wanita datang dan melihat Woo Shin. Wanita itu tanya siapa Woo Shin.
Woo Shin berbalik dan menatap wanita itu. Wanita itu langsung tahu kalau Woo Shin adalah tamu Pimpinan Kwon.
Woo Shin juga tahu kalau wanita di depannya adalah Eun Hye Soo, menantu Pimpinan Kwon.
Hye Soo : Bukankah aslinya aku lebih cantik? Tapi kenapa kau datang ke kebunku?
Woo Shin : Pintunya terbuka, jadi, aku masuk dan melihat ini.
Woo Shin kemudian membahas soal Bunga Poppy.
Woo Shin : Dilihat dari tidak adanya bulu halus dan kantong biji bundar, ini opium.
Hye Soo : Benar.
Woo Shin : Bukankah menanamnya itu ilegal?
Hye Soo : Tidak ada yang ilegal di rumah ini. Kami bisa melakukan apa pun yang kami mau. Kudengar kami harus diwawancarai untuk memoar itu.
Woo Shin : Ya, tapi hanya wawancara santai. Terserah aku mau menulis apa di memoar itu.
Hye Soo : Mari kita lakukan wawancara itu sekarang.
Woo Shin : Sekarang?
Hye Soo : Apa itu artinya tidak?
Woo Shin : Bisa.
Hye Soo : Tanyakan saja.
Hye Soo lantas menyemproti daun2 tanamannya.
Tak lama dia bertanya, haruskah dia beritahu orang seperti apa Pimpinan Kwon baginya. Hye Soo lalu mengatakan Pimpinan Kwon orang yang akan melakukan apap saja demi perusahaan.
Woo Shin : Apapun?
Hye Soo : Bayangkan semua hal mengerikan dan menjijikkan yang bisa kau bayangkan. Dia mampu melakukan semua itu. Putra keduanya meninggal dalam kecelakaan helikopter. Tapi benarkah itu kecelakaan?
Woo Shin : Ini tidak akan dicatat. Itu pernyataan yang berbahaya.
Hye Soo : Kau yang dalam bahaya, bukan aku. Makin kau tahu, makin berbahaya situasimu di sini. Dan kau memperburuknya. Kusarankan kau meninggalkan tempat ini secepat mungkin.
Woo Shin : Aku tidak setuju. Aku akan mengurus diriku sendiri.
Mereka lalu mendengar suara helikopter.
Hye Soo : Kau dengar itu? Pimpinan datang.
Woo Shin beranjak keluar dari kebun Hye Soo sambil memikirkan kata2 Hye Soo tadi.
Woo Shin : Pergi secepat mungkin? Itu peringatan.
Lalu dia melihat Dong Rim tengah berlari ke arahnya sambil memanggil namanya. Tapi tiba2, Dong Rim terjatuh karena kakinya tersandung sesuatu.
Woo Shin : Astaga, makin hari dia makin parah.
Dong Rim berdiri dan mendekati Woo Shin.
Woo Shin : Kau sengaja melakukannya, 'kan? Kau makin parah tahun ini.
Dong Rim : Itu menggandakan rasa sakitnya.
Hye Soo keluar dari kebun kaca. Dong Rim melihat Hye Soo.
Dong Rim : Bukankah dia menantunya? Putri tunggal Pusat Medis Eunkook yang menikahi putra sulungnya. Menurut rumor, dia psikopat. Dia tidak sebanding denganmu. Apa dia tidak bosan di sini? Suaminya tidak ada di Seoul.
Dong Rim lantas memberitahu Woo Shin kalau Pimpinan Kwon ingin bertemu.
Kepala Pelayan Kwon ke landasan heli. Dia tersenyum lebar, menatap heli yang baru datang. Heli kemudian mendarat. Seketaris Pimpinan Kwon turun duluan, disusul kemudian dengan Pimpinan Kwon. Kepala Pelayan Kwon menyambut Pimpinan Kwon bak menyambut suaminya. Kepala Pelayan Kwon lantas menggandeng lengan Pimpinan Kwon. Bersama-sama mereka masuk ke dalam.
Pimpinan Kwon masuk ke ruangannya, bersama Kepala Pelayan Kwon. Begitu mereka masuk, seketaris Pimpinan Kwon menutup pintu. Di depan pintu, tampak rak-rak besar yang diisi miras.
Kepala Pelayan Kwon : Kudengar kau melewatkan obat yang kuberikan dua kali. Kenapa kau sangat keras kepala?
Pimpinan Kwon : Nona Yoon memberitahumu? Aku melarangnya memberitahumu. Aku harus memecatnya.
Kepala Pelayan Kwon : Yang benar saja. Kau pikir gadis baru itu tidak akan melapor kepadaku?
Pimpinan Kwon : Kau akan menyiksa mereka semua. Tak ada yang bisa menentangmu.
Kepala Pelayan Kwon membantu Pimpinan Kwon melepas jas.
Kepala Pelayan Kwon : Omong-omong, Pimpinan Kwon.
Pimpinan Kwon : Kenapa memanggilku dengan lembut? Kau membuatku takut.
Kepala Pelayan Kwon : Tentang penulis itu. Aku tidak bisa membacanya. Dia masalah terbesar yang pernah ada. Dia tak menyerah saat aku mengintimidasinya. Dia malah melawan.
Pimpinan Kwon : Lantas, itu akan menyenangkan untukmu. Jinakkan dia jika bisa. Aku tahu kau pandai melakukan itu.
Kepala Pelayan Kwon : Kau tidak akan menganggap ini serius?
Pimpinan Kwon : Baru sehari sejak dia datang. Mari kita awasi dia untuk saat ini.
Woo Shin berjalan menyusuri lantai 3. Dia terus berjalan, hingga akhirnya dia sampai di depan sebuah pintu. Dia pun terkejut dan merasa aneh dengan lantai yang ada di depan pintu. Lantai yang ada di depan pintu, dibuat sedikit tinggi dari lantai lainnya.
Woo Shin masuk. Di dalam, ada pintu lagi yang merupakan pintu ruangan Pimpinan Kwon. Di depan pintu, ada rak miras. Woo Shin mengetuk pintu. Dia pun masuk setelah diizinkan masuk oleh Pimpinan Kwon.
Di dalam, ada Pimpinan Kwon bersama Seketaris dan Kepala Pelayannya.
Woo Shin mengenalkan dirinya dengan sopan.
Woo Shin : Halo, Pak. Aku Ha Woo Shin. Senang bertemu denganmu.
Pimpinan Kwon : Dia tampak seperti pria yang baik.
Woo Shin tersenyum : Begitukah?
Pimpinan Kwon : Dia mirip dengannya.
Kepala Pelayan Kwon yang kesal, beranjak keluar.
Kepala Pelayan Kwon : Aneh. Senyumnya mengingatkanku pada pria itu. Menyebalkan sekali.
Kepala Pelayan Kwon pergi.
Woo Shin menyanjung Pimpinan Kwon. Dia bilang, suatu kehormatan bertemu dengan Pimpinan Kwon. Pimpinan Kwon mengaku tersanjung. Lalu dia minta konyak pada seketarisnya. Seketaris keluar, mengambilkan pesanan Pimpinan Kwon.
Pimpinan Kwon : Kau sudah berkeliling rumah?
Woo Shin : Sudah, Pimpinan.
Pimpinan Kwon : Bagaimana menurutmu?
Woo Shin : Ini lingkungan yang bagus. Aku tidak akan kesulitan menulis di sini.
Pimpinan Kwon : Senang mendengarnya. Omong-omong, apa pendapatmu tentang Hye Soo?
Woo Shin terkejut Pimpinan Kwon tahu dia bertemu Hye Soo.
Pimpinan Kwon : Kudengar kau bertemu dengannya di kebun. Jangan terkejut. Semua orang di sini mengawasi. Kau harus terbiasa.
Woo Shin : Aku mewawancarainya tentangmu.
Pimpinan Kwon : Apa katanya?
Woo Shin ingat kata2 Hye Soo tadi kalau Pimpinan Kwon adalah tipe orang yang akan melakukan apa saja untuk perusahaan.
Namun Woo Shin memelintir ucapan Hye Soo.
Woo Shin : Dia bilang perusahaanmu adalah prioritas utamamu.
Pimpinan Kwon : Apa lagi?
Woo Shin ingat kata2 Hye Soo berikutnya.
Hye Soo : Bayangkan semua hal mengerikan dan menjijikkan yang bisa kau bayangkan. Dia mampu melakukan semua itu.
Lagi2 Woo Shin memelintir ucapan Hye Soo.
Woo Shin : Dia juga bilang kau mewujudkan hal yang paling tidak terbayangkan.
Pimpinan Kwon : Lalu?
Woo Shin ingat kata2 Hye Soo soal putra kedua Pimpinan Kwon yang meninggal dalam kecelakaan heli.
Hye Soo : Tapi benarkah itu kecelakaan?
Woo Shin pun mengaku kalau mereka tak bisa lama.
Pimpinan Kwon : Setelah kau mengobrol panjang, beri tahu aku. Katakan apa adanya. Aku ingin tahu semuanya.
Seketaris datang membawa konyak. Woo Shin langsung diam. Pimpinan Kwon bilang Woo Shin bisa bicara bebas karena seketarisnya tuli.
Pimpinan Kwon : Dia hanya bisa membaca bibir.
Woo Shin pun melirik seketaris sebentar.
Setelah memberikan konyak, seketaris kembali berdiri di belakang Woo Shin.
Woo Shin : Maaf karena mengatakan ini, Pak. Tapi yang baru saja kau minta dariku mengenai menantumu, sepertinya kau ingin aku menjadi mata-matamu.
Pimpinan Kwon : Sama sekali tidak. Aku hanya tidak tahu apa yang dipikirkannya. Aku hanya ingin memahaminya.
Woo Shin : Entahlah, Pak. Aku akan merasa tidak nyaman melakukan itu.
Pimpinan Kwon : Hanya orang yang mampu menolak yang bisa melakukannya. Aku yakin kau tidak berhak melakukan itu.
Woo Shin : Beginikah caramu mengelola bisnis? Kau menawarkan harga murah sejak awal dan coba mengintimidasi orang lain. Kau mencoba menakutiku.
Pimpinan Kwon : Lalu apa balasanmu?
Woo Shin pun bangkit dari duduknya.
Woo Shin : Kusarankan kau mencari penulis bayangan lain.
Pimpinan Kwon : Kau tidak suka syaratnya?
Woo Shin : Aku menuntut syarat yang pantas kudapatkan.
Pimpinan Kwon : Aku mengerti.
Woo Shin tetap berdiri.
Pimpinan Kwon bilang dia sungguh-sungguh.
Barulah Woo Shin duduk lagi.
Pimpinan Kwon : Karena aku menjalankan bisnis, aku sering berada dalam situasi saat aku harus bernegosiasi. Kau tahu siapa orang yang paling rewel? Orang yang unggul? Bukan. Mereka yang bernegosiasi dengan tangan kosong. Dan itu kau.
Woo Shin : Terima kasih atas pengertiannya. Kapan sebaiknya kita lakukan wawancara?
Woo Shin beranjak keluar dari ruangan Pimpinan Kwon. Tapi setelah beberapa langkah, dia berbalik dan menatap ke arah ruangan Pimpinan Kwon. Dia memikirkan kata2 Pimpinan Kwon tadi.
Pimpinan Kwon : Semua orang di sini mengawasi. Kau harus terbiasa.
Sekarang, kita ke perusahaan bernama Ares. Seorang pria turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke Ares. Setelah melewati pemeriksaan di lobi, dia terus berjalan ke lift sambil membaca berita tentang Im Duk Soo di internet.
Pintu lift terbuka. Pria itu masuk dan menekan tombol lift secara acak. Pintu lift menutup lagi dan membawanya ke lantai paling atas di gedung itu.Begitu keluar lift, semua staf sudah berjejer menunggunya. Pria itu lantas mengajak staf nya rapat.
Beberapa staf penting mengikuti pria itu. Di sisi kanan pria itu adalah Kepala Bagian Lee Joon Ho dan di sisi kiri pria itu adalah Kepala Bagian Jung. Pria itu sendiri adalah Ketua Tim Lee Jun Kyung.
Rapat dimulai. Joon Ho melakukan presentasi.
Joon Ho : Lebih dari sembilan juta petisi telah diserahkan ke Gedung Biru, meminta untuk mengembalikan hukuman mati. Kami akan menyerahkan lebih banyak setelah mendapat lebih banyak nomor registrasi penduduk dari Tiongkok akhir pekan ini. Kami juga melakukan yang terbaik untuk memikat media.
Jun Kyung : Begitu rupanya. Hasilnya bagus. Bagaimana keadaan di internet? Apa orang-orang goyah?
Pak Jung : Ya, berjalan lancar. Internet...
Joon Ho memotong kalimat Pak Jung.
Joon Ho : Kami membagi tim komentar menjadi tiga sif. Empat grup tambahan telah dibuat untuk menciptakan komunitas daring baru.
Pak Jung kesal dengan sikap Joon Ho yang kayak nyari muka di depan Jun Kyung.
Jun Kyung : Bagus. Pastikan kau meneruskan ini. Internet adalah katalis dari semua peristiwa.
Joon Ho : Baik, Pak.
Joon Ho kembali duduk.
Jun Kyung : Aku yakin kita sudah menetapkan dasarnya. Mari kita menangkan pemilu mendatang.
Pak Jung : Pak, Kandidat Hwang sepertinya agak bertingkah.
Jun Kyung : Benarkah? Apa yang dia katakan?
Pak Jung : Dia ingin menghabiskan lebih banyak uang kita karena dia membuat janji seperti yang kita minta. Jika tidak, dia pikir akan teringat hal itu begitu berada di Gedung Biru.
Jun Kyung : Bedebah itu. Dia tahu cara bermain. Dia tahu cara meminta lebih banyak uang.
Jun Ho : Bagaimana menurutmu? Haruskah aku menemuinya?
Jun Kyung : Tidak apa-apa. Biar kucoba bicara dengannya.
Jun Ho : Baik, Pak.
Jun Kyung : Kau sudah memproses pengeluaran untuk tahun 2006?
Pak Jung : Ya, tim akuntansi mengurusnya dengan biaya yang kau sebutkan. Aku akan segera menyerahkan laporannya. Itu murah.Tidak akan ada masalah. Kami memilih seseorang yang sangat menyayangi anak-anaknya.
Im Duk Soo lagi push-up di selnya.
Im Duk Soo : Baiklah. Ini bagus. Lagi pula, aku tidak akan dieksekusi. Membunuh beberapa orang lagi tidak akan mengubah apa pun. Aku sudah lama tidak membunuh orang. Aku akan mendapatkan kue dan memakannya juga.
Dia lalu tertawa.
Dae Chul berlari ke meja Soo Hyun.
Dae Chul : Jaksa Song.
Soo Hyun : Apa Kepala Yang marah lagi? Katakan kepadanya aku sudah mati.
Dae Chul : Ini bukan tentang dia. Seorang wanita datang mencarimu.
Ternyata Seo Hee.
Seo Hee : Halo, aku Kim Seo Hee, reporter berita lokal dari TNC. Kau mengabaikan telepon dan pesanku. Jadi, kutaruh kartu namaku di gerbangmu kemarin. Aku yakin kau melihatnya.
Soo Hyun melirik Dae Chul, Pak Gong?
Dae Chul mengerti dan bergegas keluar.
Soo Hyun bilang dia melihat kartu nama Seo Hee.
Soo Hyun : Tapi ada urusan apa? Kenapa kau ingin menemuiku?
Seo Hee : Aku ingin konsultasi hukum.
Soo Hyun : Aku tidak bisa membantumu. Jika untuk menulis artikel, minta tim humas kami.
Seo Hee menggebrak buku diatas meja, tidak. Harus kau.
Seo Hee duduk di sofa. Soo Hyun tertawa lalu duduk di depan Seo Hee.
Soo Hyun : Aku akan memberimu lima menit karena aku penasaran.
Seo Hee : Aku yakin kau tahu bahwa publik mendukung hukuman mati. Itu ada di seluruh media, TV, baik luring maupun daring. Efek yang tersebar luas ini tipikal manipulasi media. Semuanya sudah direncanakan. Kandidat Hwang dari Partai Masa Depan Baru berjanji untuk mengembalikan hukuman mati jika dia terpilih. Kau pikir ini hanya kebetulan?
Soo Hyun : Dengar, Nona Kim. Tidak bisakah kau langsung ke intinya?
Seo Hee : Dia memanfaatkan hukuman mati agar bisa terpilih.
Soo Hyun : Kau tahu betapa konyolnya dirimu? Kenapa kau memberitahuku ini?
Seo Hee : Jika Kandidat Hwang terpilih, hukuman mati akan diberikan kembali. Dan di antara yang pertama dieksekusi adalah Lee Chang Woo. Pembunuh mendiang ayahmu.
Soo Hyun : Apa maksudmu?
Seo Hee : Aku yakin dia dijebak.
Soo Hyun kesal, tapi masih menahan diri.
Soo Hyun : Kau bersikap tidak sopan di pertemuan pertama kita. Konon semua reporter adalah novelis. Kau menulis fiksi?
Seo Hee : Jika ini novel, maka ini novel tragis karena Lee Chang Woo akan mengalami kematian yang tidak adil.
Soo Hyun : Dengar. Bedebah itu pelakunya. Aku jaksa, tahu?
Seo Hee : Senjata pembunuhannya tidak pernah ditemukan. Itu artinya seseorang mengambilnya. Pikirkanlah itu. Siapa orangnya?
Soo Hyun : Cukup. Kau boleh pergi.
Soo Hyun beranjak ke mejanya.
Seo Hee tak menyerah, jika dia dieksekusi, kau tidak akan pernah menemukan pembunuh ayahmu yang sebenarnya.
Kemarah Soo Hyun meledak, dia membentak Seo Hee, keluar!
Seo Hee pun menaruh berkas kasus Pak Lee diatas meja Soo Hyun.
Seo Hee : Aku menyusun berkas kasus ini. Lihatlah. Sebagai jaksa, aku yakin kau lebih paham soal keraguan beralasan daripada aku.
Seo Hee pergi.
Soo Hyun : Dasar gila.
Seo Hee melajukan mobilnya.
Seo Hee : Aku tahu. Aku mungkin terlihat gila. Tapi kau harapan terakhirku.
Lagi nyetir, emosinya datang melihat para tim relawan Pak Hwang.
Seo Hee mengklakson mereka, enyahlah!
Pak Hwang lagi berorasi di depan para pendukungnya.
Pak Hwang : Apa jadinya negara kita? Ada peningkatan lima persen dalam jumlah kejahatan keji dibandingkan tahun lalu. Hukum harus melindungi warga sipil dan mengutuk para pendosa. Negara yang taat hukum! Aku, Hwang Byung Chul, berjanji akan mewujudkannya!
Petugas Kim melihat mobil polisi dari layar CCTV.
Petugas Kim : Sedang apa mereka di sini? Kenapa mereka di sini, padahal ini bukan hari gajian mereka?
Petugas Park : Mereka pasti ingin merayakan sesuatu. Berilah mereka uang saku dan suruh mereka pergi.
Petugas Kim : Kita tidak berutang kepada mereka. Mereka meminta uang kepada kita setiap ada kesempatan.
Tae Sung bilang jangan.
Tae Sung : Mereka akan meremehkan kita jika selalu patuh. Aku harus mempermalukan mereka.
Tae Sung pun beranjak keluar. Dia masuk ke dalam mobil polisi. Lah si polisi itu ternyata temennya.
Tae Sung : Kau sudah gila? Kenapa terus datang ke sini? Atasanmu akan mengetahui hal ini.
Polisi itu menyuruh Tae Sung mengunyah permen karet agar gerakan bibir Tae Sung tidak terbaca oleh yang lain. Tae Sung tanya ada apa.
Polisi : Kantor pusat melaporkan hal mendesak. Mereka menerima surel anonim tentangmu. Isinya sederhana. Namamu dan alamat ini.
Tae Sung : Pengirimnya pasti tahu siapa aku jika mereka mengirimnya ke kantor pusat.
Polisi : Seseorang dari pihak Pimpinan Kwon?
Tae Sung : Tidak, aku meragukannya. Jika dia tahu tentang masa laluku, aku pasti sudah lama pergi. Kau bahkan tidak akan pernah menemukan jasadku.
Polisi : Kau benar. Itu bisa saja lebih buruk.
Tae Sung : Melihat bagaimana mereka mengirimnya ke sana, mereka ingin membuat kesepakatan dengan kita. Lalu mereka akan segera mengungkap diri mereka. Pengirimnya?
Polisi : Kami sedang menyelidikinya. Alamat surelnya "persona non grata". Mereka memakai alamat IP luar negeri. Jadi, aku ragu kita bisa menangkap mereka.
Tak lama kemudian, Tae Sung sadar siapa itu.
Tae Sung : Bedebah kecil ini
Dia pun kembali ke ruang keamanan dan melihat judul buku Woo Shin yang tadi sempat dibacanya sebelum beranjak keluar menemui teman polisinya. Judul buku Woo Shin adalah 'Persona Non Grata'.
Petugas Park dan Petugas Kim saling melirik.
Mereka bertanya2, ada apa dengan Tae Sung.
Hari sudah malam. Tae Sung berdiri di depan Haesongwon.
Tae Sung : 'Persona Non Grata'. Itulah dirimu. Orang yang tak diinginkan. Kenapa kau kemari?
Di kamarnya, Woo Shin memikirkan kata2 terakhir ibunya.
Flashback...
Nyonya Ha memberitahu Woo Shin dengan nafas tersengal2.
Nyonya Ha : Ayahmu...
Woo Shin : Ayahku?
Nyonya Ha : Dia tak bersalah.
Woo Shin : Apa maksud ibu?
Nyonya Ha : Dia.....
Nyonya Ha meninggal.
Flashback end...
Woo Shin : Ibu.
Dong Rim datang, astaga, menakutkan sekali. Ada apa dengan dunia ini?
Woo Shin : Ada apa?
Dong Rim : Ini tentang Kandidat Hwang Byung Chul. Pahanya ditikam di depan rumahnya. Aku baru saja bicara dengan ibuku, dan itu menyebabkan keributan.
Woo Shin : Kurasa mereka tidak berniat membunuhnya. Pahanya ditikam di depan rumahnya. Dia pasti lengah karena itu rumahnya sendiri. Mereka bisa menikamnya di area kritis jika mau.
Para polisi melakukan olah TKP. Reporter melaporkan langsung dari TKP.
Reporter : Polisi memakai selebaran di TKP untuk mengejar pelakunya. Kandidat Hwang Byung Chul yang dibawa ke rumah sakit menyatakan bahwa dia tidak terintimidasi. Aku Jung Haneul dari GBS News.
Pak Hwang lagi tertidur di kamar RS nya. Tiba2, seorang pria mendekatinya. Dia terbangun dan melihat siapa pria itu. Pria itu Jun Kyung.
Di atas meja, ada dua bingkisan.
Jun Kyung : Kudengar kau terluka, jadi, aku datang berkunjung.
Pak Hwang : Semalam ini? Kau bercanda?
Jun Kyung : Kau pikir aku bercanda? Baiklah. Kabar baik. Kau akan ada di halaman depan semua koran. "Kandidat yang berjanji akan mengembalikan hukuman mati diserang oleh seseorang yang menentangnya." Itu menarik perhatian. Kau akan diuntungkan dari itu. Kau menyukainya? Itu ideku.
Pak Hwang kaget, kau dalangnya?
Jun Kyung : Kau tidak menyukainya? Kalau begitu, seharusnya kugorok saja lehermu. Benar, 'kan?
Pak Hwang mulai takut, kenapa kau melakukan ini?
Jun Kyung : Kenapa? Biar kuberi tahu alasannya.
Jun Kyung menjambak rambut Pak Hwang.
Jun Kyung : Pelayan yang coba mengendalikan tuannya harus dihukum.
Pak Hwang : Maafkan aku. Aku pasti kelelahan karena berkampanye hingga menjadi gila.
Jun Kyung melepaskan Pak Hwang.
Jun Kyung : Baiklah. Ingat ini. Haesong yang memegang kendali. Kau hanya pion di papan catur. Permainan akan tetap berlanjut, meski satu pion hilang.
Pak Hwang ketakutan dan berkata dia tahu itu.
Jun Kyung lalu mengambil satu bingkisan di atas meja dan memberikannya ke Pak Hwang. Dia bilang itu uang bensin untuk perjalanan Pak Hwang ke Gedung Biru.
Jun Kyung : Pimpinan memberimu banyak uang.
Jun Kyung lalu pergi.
Pak Hwang membuka dan melihat isinya.
Isinya adalah pisau berdarah dan juga setumpuk uang.
Beralih ke Soo Hyun yang sarapan roti sambil membaca berita tentang Pak Hwang. Di berita tertulis, Pak Hwang yang menolak terintimidasi setelah serangan.
Soo Hyun pun jadi ingat kata2 Seo Hee.
Seo Hee : Efe yang tersebar luas ini tipikal manipulasi media. Semuanya sudah direncanakan. Dia memanfaatkan hukuman mati agar bisa terpilih.
Soo Hyun lalu meminum kopinya masih sambil memikirkan kata2 Seo Hee. Seo Hee bilang jika Pak Hwang terpilih, hukuman mati akan diberlakukan kembali. Dan orang pertama yang akan dieksekusi adalah Lee Chang Woo.
Soo Hyun menggigit rotinya dan terus memikirkan kata2 Seo Hee. Seo Hee bilang kalau Pak Lee dijebak.
Seo Hee : Jika ini adalah novel, ini novel tragis. Lee Chang Woo akan mengalami kematian yang tidak adil. Jika dia dieksekusi, kau tidak akan pernah menemukan pembunuh ayahmu yang sebenarnya.
Soo Hyun jadi kehilangan seleranya. Dia menaruh rotinya yang belum habis ke piring.
Sekarang, Soo Hyun sudah di mejanya.
Dia akhirnya membaca berkas yang berikan Seo Hee.
Woo Shin yang baru keluar, menemukan bukunya di atas meja di depan kamarnya.
Dia membaca bagian yang ditandai pembatas buku.
"TEMPAT PENGUNGSIAN MEREKA ADALAH DI DALAM HUTAN MEREKA HANYA PERLU BILANG, "SAMPAI JUMPA DI SANA"
Woo Shin tersenyum.
Lalu dia pergi ke hutan. Di sana, sudah menunggu Tae Sung. Tae Sung membawa senapannya.
Tae Sung : Lihat siapa ini. Penulis terkenal kita.
Woo Shin : Kau sengaja meletakkan bukuku di sana. Halaman 217. Karakter utama dan rekannya bertemu di hutan.
Tae Sung : Kau langsung mengerti. Pak Penulis. Aku akan bertanya kepadamu. Sebaiknya aku menyukai jawabanmu. Kau yang mengirim surel itu, 'kan?
Woo Shin : Benar.
Tae Sung : Kau tahu tentangku?
Woo Shin : Kau disuap oleh Grup Haesong dan mengekspos rekanmu. Sebagai balasannya, kau menjadi kepala keamanan Haesong dan mendapat gaji yang besar. Itu penyamaranmu. Kau sebenarnya polisi yang menyamar yang mengawasi Pimpinan Kwon, 'kan?
Tae Sung : Siapa kau? Berapa banyak yang kau tahu?
Woo Shin : Itu pertanyaan yang salah. Kau harus menanyakan apa yang kuinginkan.
Tae Sung : Berhentilah bersikap kurang ajar dan jawab aku dengan benar jika kau ingin hidup.
Woo Shin : Berapa banyak yang kuketahui? Divisi Investigasi Pusat. Markas investigasi khusus yang mirip dengan FBI. Biro Investigasi Kriminal Kelas Satu. Kau Letnan Choi Tae Sung. Kau tidak ada di atas kertas.
Tae Sung : Apa maumu?
Woo Shin : Aku tahu kau mengawasi semua orang di wastu itu. Jadikanlah aku pengecualian.
Tae Sung : Sepertinya kau datang ke sini dengan motif tersembunyi. Pak Penulis, mari kita akhiri ini jika kau tidak akan mengatakan yang sebenarnya.
Woo Shin : Logo anak panah itu. Itu dia. Itu sebabnya aku di sini.
Tae Sung : Jangan bicara dengan samar dan jelaskan secara detail.
Soo Hyun yang masih membaca berkas kasus pembunuhan ayahnya yang dilakukan Pak Lee, lantas bertanya2, dimana senjata pembunuhan itu.
Kamera menyorot Adamas.
Woo Shin : Adamas. Simbol Grup Haesong. Panah dengan ujung berlian. Aku akan mencuri Adamas.
Tae Sung mengelap senapannya dan menjelaskan kalau awalnya Persona Non Grata itu sebutan untuk diplomat yang dideportasi. Tapi itu juga istilah untuk pengadu polisi.
Petugas Park memuji Tae Sung.
Petugas Park : Kau pasti tahu karena kau juga...
Petugas Kim menyikut lengan Petugas Park. Petugas Park yang sadar hampir salah bicara, langsung meralat ucapannya. Dia bilang maksudnya adalah Tae Sung tahu banyak karena Tae Sung mantan polisi.
Tae Sung : Apa karakter utamanya polisi korup yang mengadukan rekannya?
Petugas Kim : Sebenarnya, dia pahlawan keadilan.
Tae Sung : Klise sekali. Aku bisa menjadi penulis. Omong-omong, jadi, itu buku kutu buku itu?
Woo Shin ke halaman belakang Haesongwon. Dia mencari tempat dimana Dong Rim memetik Bunga Poppy. Tak lama kemudian, dia menemukan kebun kaca di ujung halaman. Halaman belakang Haesongwon sangat luas.
Woo Shin pun masuk ke kebun kaca. Ada banyak tanaman dan bunga di sana. Woo Shin pun mulai berjalan, menyusuri kebun kaca, mencari Bunga Poppy. Tak lama, dia menemukan Bunga Poppy di ujung kebun kaca.
Woo Shin : Bunga Poppy.
Seorang wanita datang dan melihat Woo Shin. Wanita itu tanya siapa Woo Shin.
Woo Shin berbalik dan menatap wanita itu. Wanita itu langsung tahu kalau Woo Shin adalah tamu Pimpinan Kwon.
Woo Shin juga tahu kalau wanita di depannya adalah Eun Hye Soo, menantu Pimpinan Kwon.
Hye Soo : Bukankah aslinya aku lebih cantik? Tapi kenapa kau datang ke kebunku?
Woo Shin : Pintunya terbuka, jadi, aku masuk dan melihat ini.
Woo Shin kemudian membahas soal Bunga Poppy.
Woo Shin : Dilihat dari tidak adanya bulu halus dan kantong biji bundar, ini opium.
Hye Soo : Benar.
Woo Shin : Bukankah menanamnya itu ilegal?
Hye Soo : Tidak ada yang ilegal di rumah ini. Kami bisa melakukan apa pun yang kami mau. Kudengar kami harus diwawancarai untuk memoar itu.
Woo Shin : Ya, tapi hanya wawancara santai. Terserah aku mau menulis apa di memoar itu.
Hye Soo : Mari kita lakukan wawancara itu sekarang.
Woo Shin : Sekarang?
Hye Soo : Apa itu artinya tidak?
Woo Shin : Bisa.
Hye Soo : Tanyakan saja.
Hye Soo lantas menyemproti daun2 tanamannya.
Tak lama dia bertanya, haruskah dia beritahu orang seperti apa Pimpinan Kwon baginya. Hye Soo lalu mengatakan Pimpinan Kwon orang yang akan melakukan apap saja demi perusahaan.
Woo Shin : Apapun?
Hye Soo : Bayangkan semua hal mengerikan dan menjijikkan yang bisa kau bayangkan. Dia mampu melakukan semua itu. Putra keduanya meninggal dalam kecelakaan helikopter. Tapi benarkah itu kecelakaan?
Woo Shin : Ini tidak akan dicatat. Itu pernyataan yang berbahaya.
Hye Soo : Kau yang dalam bahaya, bukan aku. Makin kau tahu, makin berbahaya situasimu di sini. Dan kau memperburuknya. Kusarankan kau meninggalkan tempat ini secepat mungkin.
Woo Shin : Aku tidak setuju. Aku akan mengurus diriku sendiri.
Mereka lalu mendengar suara helikopter.
Hye Soo : Kau dengar itu? Pimpinan datang.
Woo Shin beranjak keluar dari kebun Hye Soo sambil memikirkan kata2 Hye Soo tadi.
Woo Shin : Pergi secepat mungkin? Itu peringatan.
Lalu dia melihat Dong Rim tengah berlari ke arahnya sambil memanggil namanya. Tapi tiba2, Dong Rim terjatuh karena kakinya tersandung sesuatu.
Woo Shin : Astaga, makin hari dia makin parah.
Dong Rim berdiri dan mendekati Woo Shin.
Woo Shin : Kau sengaja melakukannya, 'kan? Kau makin parah tahun ini.
Dong Rim : Itu menggandakan rasa sakitnya.
Hye Soo keluar dari kebun kaca. Dong Rim melihat Hye Soo.
Dong Rim : Bukankah dia menantunya? Putri tunggal Pusat Medis Eunkook yang menikahi putra sulungnya. Menurut rumor, dia psikopat. Dia tidak sebanding denganmu. Apa dia tidak bosan di sini? Suaminya tidak ada di Seoul.
Dong Rim lantas memberitahu Woo Shin kalau Pimpinan Kwon ingin bertemu.
Kepala Pelayan Kwon ke landasan heli. Dia tersenyum lebar, menatap heli yang baru datang. Heli kemudian mendarat. Seketaris Pimpinan Kwon turun duluan, disusul kemudian dengan Pimpinan Kwon. Kepala Pelayan Kwon menyambut Pimpinan Kwon bak menyambut suaminya. Kepala Pelayan Kwon lantas menggandeng lengan Pimpinan Kwon. Bersama-sama mereka masuk ke dalam.
Pimpinan Kwon masuk ke ruangannya, bersama Kepala Pelayan Kwon. Begitu mereka masuk, seketaris Pimpinan Kwon menutup pintu. Di depan pintu, tampak rak-rak besar yang diisi miras.
Kepala Pelayan Kwon : Kudengar kau melewatkan obat yang kuberikan dua kali. Kenapa kau sangat keras kepala?
Pimpinan Kwon : Nona Yoon memberitahumu? Aku melarangnya memberitahumu. Aku harus memecatnya.
Kepala Pelayan Kwon : Yang benar saja. Kau pikir gadis baru itu tidak akan melapor kepadaku?
Pimpinan Kwon : Kau akan menyiksa mereka semua. Tak ada yang bisa menentangmu.
Kepala Pelayan Kwon membantu Pimpinan Kwon melepas jas.
Kepala Pelayan Kwon : Omong-omong, Pimpinan Kwon.
Pimpinan Kwon : Kenapa memanggilku dengan lembut? Kau membuatku takut.
Kepala Pelayan Kwon : Tentang penulis itu. Aku tidak bisa membacanya. Dia masalah terbesar yang pernah ada. Dia tak menyerah saat aku mengintimidasinya. Dia malah melawan.
Pimpinan Kwon : Lantas, itu akan menyenangkan untukmu. Jinakkan dia jika bisa. Aku tahu kau pandai melakukan itu.
Kepala Pelayan Kwon : Kau tidak akan menganggap ini serius?
Pimpinan Kwon : Baru sehari sejak dia datang. Mari kita awasi dia untuk saat ini.
Woo Shin berjalan menyusuri lantai 3. Dia terus berjalan, hingga akhirnya dia sampai di depan sebuah pintu. Dia pun terkejut dan merasa aneh dengan lantai yang ada di depan pintu. Lantai yang ada di depan pintu, dibuat sedikit tinggi dari lantai lainnya.
Woo Shin masuk. Di dalam, ada pintu lagi yang merupakan pintu ruangan Pimpinan Kwon. Di depan pintu, ada rak miras. Woo Shin mengetuk pintu. Dia pun masuk setelah diizinkan masuk oleh Pimpinan Kwon.
Di dalam, ada Pimpinan Kwon bersama Seketaris dan Kepala Pelayannya.
Woo Shin mengenalkan dirinya dengan sopan.
Woo Shin : Halo, Pak. Aku Ha Woo Shin. Senang bertemu denganmu.
Pimpinan Kwon : Dia tampak seperti pria yang baik.
Woo Shin tersenyum : Begitukah?
Pimpinan Kwon : Dia mirip dengannya.
Kepala Pelayan Kwon yang kesal, beranjak keluar.
Kepala Pelayan Kwon : Aneh. Senyumnya mengingatkanku pada pria itu. Menyebalkan sekali.
Kepala Pelayan Kwon pergi.
Woo Shin menyanjung Pimpinan Kwon. Dia bilang, suatu kehormatan bertemu dengan Pimpinan Kwon. Pimpinan Kwon mengaku tersanjung. Lalu dia minta konyak pada seketarisnya. Seketaris keluar, mengambilkan pesanan Pimpinan Kwon.
Pimpinan Kwon : Kau sudah berkeliling rumah?
Woo Shin : Sudah, Pimpinan.
Pimpinan Kwon : Bagaimana menurutmu?
Woo Shin : Ini lingkungan yang bagus. Aku tidak akan kesulitan menulis di sini.
Pimpinan Kwon : Senang mendengarnya. Omong-omong, apa pendapatmu tentang Hye Soo?
Woo Shin terkejut Pimpinan Kwon tahu dia bertemu Hye Soo.
Pimpinan Kwon : Kudengar kau bertemu dengannya di kebun. Jangan terkejut. Semua orang di sini mengawasi. Kau harus terbiasa.
Woo Shin : Aku mewawancarainya tentangmu.
Pimpinan Kwon : Apa katanya?
Woo Shin ingat kata2 Hye Soo tadi kalau Pimpinan Kwon adalah tipe orang yang akan melakukan apa saja untuk perusahaan.
Namun Woo Shin memelintir ucapan Hye Soo.
Woo Shin : Dia bilang perusahaanmu adalah prioritas utamamu.
Pimpinan Kwon : Apa lagi?
Woo Shin ingat kata2 Hye Soo berikutnya.
Hye Soo : Bayangkan semua hal mengerikan dan menjijikkan yang bisa kau bayangkan. Dia mampu melakukan semua itu.
Lagi2 Woo Shin memelintir ucapan Hye Soo.
Woo Shin : Dia juga bilang kau mewujudkan hal yang paling tidak terbayangkan.
Pimpinan Kwon : Lalu?
Woo Shin ingat kata2 Hye Soo soal putra kedua Pimpinan Kwon yang meninggal dalam kecelakaan heli.
Hye Soo : Tapi benarkah itu kecelakaan?
Woo Shin pun mengaku kalau mereka tak bisa lama.
Pimpinan Kwon : Setelah kau mengobrol panjang, beri tahu aku. Katakan apa adanya. Aku ingin tahu semuanya.
Seketaris datang membawa konyak. Woo Shin langsung diam. Pimpinan Kwon bilang Woo Shin bisa bicara bebas karena seketarisnya tuli.
Pimpinan Kwon : Dia hanya bisa membaca bibir.
Woo Shin pun melirik seketaris sebentar.
Setelah memberikan konyak, seketaris kembali berdiri di belakang Woo Shin.
Woo Shin : Maaf karena mengatakan ini, Pak. Tapi yang baru saja kau minta dariku mengenai menantumu, sepertinya kau ingin aku menjadi mata-matamu.
Pimpinan Kwon : Sama sekali tidak. Aku hanya tidak tahu apa yang dipikirkannya. Aku hanya ingin memahaminya.
Woo Shin : Entahlah, Pak. Aku akan merasa tidak nyaman melakukan itu.
Pimpinan Kwon : Hanya orang yang mampu menolak yang bisa melakukannya. Aku yakin kau tidak berhak melakukan itu.
Woo Shin : Beginikah caramu mengelola bisnis? Kau menawarkan harga murah sejak awal dan coba mengintimidasi orang lain. Kau mencoba menakutiku.
Pimpinan Kwon : Lalu apa balasanmu?
Woo Shin pun bangkit dari duduknya.
Woo Shin : Kusarankan kau mencari penulis bayangan lain.
Pimpinan Kwon : Kau tidak suka syaratnya?
Woo Shin : Aku menuntut syarat yang pantas kudapatkan.
Pimpinan Kwon : Aku mengerti.
Woo Shin tetap berdiri.
Pimpinan Kwon bilang dia sungguh-sungguh.
Barulah Woo Shin duduk lagi.
Pimpinan Kwon : Karena aku menjalankan bisnis, aku sering berada dalam situasi saat aku harus bernegosiasi. Kau tahu siapa orang yang paling rewel? Orang yang unggul? Bukan. Mereka yang bernegosiasi dengan tangan kosong. Dan itu kau.
Woo Shin : Terima kasih atas pengertiannya. Kapan sebaiknya kita lakukan wawancara?
Woo Shin beranjak keluar dari ruangan Pimpinan Kwon. Tapi setelah beberapa langkah, dia berbalik dan menatap ke arah ruangan Pimpinan Kwon. Dia memikirkan kata2 Pimpinan Kwon tadi.
Pimpinan Kwon : Semua orang di sini mengawasi. Kau harus terbiasa.
Sekarang, kita ke perusahaan bernama Ares. Seorang pria turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke Ares. Setelah melewati pemeriksaan di lobi, dia terus berjalan ke lift sambil membaca berita tentang Im Duk Soo di internet.
Pintu lift terbuka. Pria itu masuk dan menekan tombol lift secara acak. Pintu lift menutup lagi dan membawanya ke lantai paling atas di gedung itu.Begitu keluar lift, semua staf sudah berjejer menunggunya. Pria itu lantas mengajak staf nya rapat.
Beberapa staf penting mengikuti pria itu. Di sisi kanan pria itu adalah Kepala Bagian Lee Joon Ho dan di sisi kiri pria itu adalah Kepala Bagian Jung. Pria itu sendiri adalah Ketua Tim Lee Jun Kyung.
Rapat dimulai. Joon Ho melakukan presentasi.
Joon Ho : Lebih dari sembilan juta petisi telah diserahkan ke Gedung Biru, meminta untuk mengembalikan hukuman mati. Kami akan menyerahkan lebih banyak setelah mendapat lebih banyak nomor registrasi penduduk dari Tiongkok akhir pekan ini. Kami juga melakukan yang terbaik untuk memikat media.
Jun Kyung : Begitu rupanya. Hasilnya bagus. Bagaimana keadaan di internet? Apa orang-orang goyah?
Pak Jung : Ya, berjalan lancar. Internet...
Joon Ho memotong kalimat Pak Jung.
Joon Ho : Kami membagi tim komentar menjadi tiga sif. Empat grup tambahan telah dibuat untuk menciptakan komunitas daring baru.
Pak Jung kesal dengan sikap Joon Ho yang kayak nyari muka di depan Jun Kyung.
Jun Kyung : Bagus. Pastikan kau meneruskan ini. Internet adalah katalis dari semua peristiwa.
Joon Ho : Baik, Pak.
Joon Ho kembali duduk.
Jun Kyung : Aku yakin kita sudah menetapkan dasarnya. Mari kita menangkan pemilu mendatang.
Pak Jung : Pak, Kandidat Hwang sepertinya agak bertingkah.
Jun Kyung : Benarkah? Apa yang dia katakan?
Pak Jung : Dia ingin menghabiskan lebih banyak uang kita karena dia membuat janji seperti yang kita minta. Jika tidak, dia pikir akan teringat hal itu begitu berada di Gedung Biru.
Jun Kyung : Bedebah itu. Dia tahu cara bermain. Dia tahu cara meminta lebih banyak uang.
Jun Ho : Bagaimana menurutmu? Haruskah aku menemuinya?
Jun Kyung : Tidak apa-apa. Biar kucoba bicara dengannya.
Jun Ho : Baik, Pak.
Jun Kyung : Kau sudah memproses pengeluaran untuk tahun 2006?
Pak Jung : Ya, tim akuntansi mengurusnya dengan biaya yang kau sebutkan. Aku akan segera menyerahkan laporannya. Itu murah.Tidak akan ada masalah. Kami memilih seseorang yang sangat menyayangi anak-anaknya.
Im Duk Soo lagi push-up di selnya.
Im Duk Soo : Baiklah. Ini bagus. Lagi pula, aku tidak akan dieksekusi. Membunuh beberapa orang lagi tidak akan mengubah apa pun. Aku sudah lama tidak membunuh orang. Aku akan mendapatkan kue dan memakannya juga.
Dia lalu tertawa.
Dae Chul berlari ke meja Soo Hyun.
Dae Chul : Jaksa Song.
Soo Hyun : Apa Kepala Yang marah lagi? Katakan kepadanya aku sudah mati.
Dae Chul : Ini bukan tentang dia. Seorang wanita datang mencarimu.
Ternyata Seo Hee.
Seo Hee : Halo, aku Kim Seo Hee, reporter berita lokal dari TNC. Kau mengabaikan telepon dan pesanku. Jadi, kutaruh kartu namaku di gerbangmu kemarin. Aku yakin kau melihatnya.
Soo Hyun melirik Dae Chul, Pak Gong?
Dae Chul mengerti dan bergegas keluar.
Soo Hyun bilang dia melihat kartu nama Seo Hee.
Soo Hyun : Tapi ada urusan apa? Kenapa kau ingin menemuiku?
Seo Hee : Aku ingin konsultasi hukum.
Soo Hyun : Aku tidak bisa membantumu. Jika untuk menulis artikel, minta tim humas kami.
Seo Hee menggebrak buku diatas meja, tidak. Harus kau.
Seo Hee duduk di sofa. Soo Hyun tertawa lalu duduk di depan Seo Hee.
Soo Hyun : Aku akan memberimu lima menit karena aku penasaran.
Seo Hee : Aku yakin kau tahu bahwa publik mendukung hukuman mati. Itu ada di seluruh media, TV, baik luring maupun daring. Efek yang tersebar luas ini tipikal manipulasi media. Semuanya sudah direncanakan. Kandidat Hwang dari Partai Masa Depan Baru berjanji untuk mengembalikan hukuman mati jika dia terpilih. Kau pikir ini hanya kebetulan?
Soo Hyun : Dengar, Nona Kim. Tidak bisakah kau langsung ke intinya?
Seo Hee : Dia memanfaatkan hukuman mati agar bisa terpilih.
Soo Hyun : Kau tahu betapa konyolnya dirimu? Kenapa kau memberitahuku ini?
Seo Hee : Jika Kandidat Hwang terpilih, hukuman mati akan diberikan kembali. Dan di antara yang pertama dieksekusi adalah Lee Chang Woo. Pembunuh mendiang ayahmu.
Soo Hyun : Apa maksudmu?
Seo Hee : Aku yakin dia dijebak.
Soo Hyun kesal, tapi masih menahan diri.
Soo Hyun : Kau bersikap tidak sopan di pertemuan pertama kita. Konon semua reporter adalah novelis. Kau menulis fiksi?
Seo Hee : Jika ini novel, maka ini novel tragis karena Lee Chang Woo akan mengalami kematian yang tidak adil.
Soo Hyun : Dengar. Bedebah itu pelakunya. Aku jaksa, tahu?
Seo Hee : Senjata pembunuhannya tidak pernah ditemukan. Itu artinya seseorang mengambilnya. Pikirkanlah itu. Siapa orangnya?
Soo Hyun : Cukup. Kau boleh pergi.
Soo Hyun beranjak ke mejanya.
Seo Hee tak menyerah, jika dia dieksekusi, kau tidak akan pernah menemukan pembunuh ayahmu yang sebenarnya.
Kemarah Soo Hyun meledak, dia membentak Seo Hee, keluar!
Seo Hee pun menaruh berkas kasus Pak Lee diatas meja Soo Hyun.
Seo Hee : Aku menyusun berkas kasus ini. Lihatlah. Sebagai jaksa, aku yakin kau lebih paham soal keraguan beralasan daripada aku.
Seo Hee pergi.
Soo Hyun : Dasar gila.
Seo Hee melajukan mobilnya.
Seo Hee : Aku tahu. Aku mungkin terlihat gila. Tapi kau harapan terakhirku.
Lagi nyetir, emosinya datang melihat para tim relawan Pak Hwang.
Seo Hee mengklakson mereka, enyahlah!
Pak Hwang lagi berorasi di depan para pendukungnya.
Pak Hwang : Apa jadinya negara kita? Ada peningkatan lima persen dalam jumlah kejahatan keji dibandingkan tahun lalu. Hukum harus melindungi warga sipil dan mengutuk para pendosa. Negara yang taat hukum! Aku, Hwang Byung Chul, berjanji akan mewujudkannya!
Petugas Kim melihat mobil polisi dari layar CCTV.
Petugas Kim : Sedang apa mereka di sini? Kenapa mereka di sini, padahal ini bukan hari gajian mereka?
Petugas Park : Mereka pasti ingin merayakan sesuatu. Berilah mereka uang saku dan suruh mereka pergi.
Petugas Kim : Kita tidak berutang kepada mereka. Mereka meminta uang kepada kita setiap ada kesempatan.
Tae Sung bilang jangan.
Tae Sung : Mereka akan meremehkan kita jika selalu patuh. Aku harus mempermalukan mereka.
Tae Sung pun beranjak keluar. Dia masuk ke dalam mobil polisi. Lah si polisi itu ternyata temennya.
Tae Sung : Kau sudah gila? Kenapa terus datang ke sini? Atasanmu akan mengetahui hal ini.
Polisi itu menyuruh Tae Sung mengunyah permen karet agar gerakan bibir Tae Sung tidak terbaca oleh yang lain. Tae Sung tanya ada apa.
Polisi : Kantor pusat melaporkan hal mendesak. Mereka menerima surel anonim tentangmu. Isinya sederhana. Namamu dan alamat ini.
Tae Sung : Pengirimnya pasti tahu siapa aku jika mereka mengirimnya ke kantor pusat.
Polisi : Seseorang dari pihak Pimpinan Kwon?
Tae Sung : Tidak, aku meragukannya. Jika dia tahu tentang masa laluku, aku pasti sudah lama pergi. Kau bahkan tidak akan pernah menemukan jasadku.
Polisi : Kau benar. Itu bisa saja lebih buruk.
Tae Sung : Melihat bagaimana mereka mengirimnya ke sana, mereka ingin membuat kesepakatan dengan kita. Lalu mereka akan segera mengungkap diri mereka. Pengirimnya?
Polisi : Kami sedang menyelidikinya. Alamat surelnya "persona non grata". Mereka memakai alamat IP luar negeri. Jadi, aku ragu kita bisa menangkap mereka.
Tak lama kemudian, Tae Sung sadar siapa itu.
Tae Sung : Bedebah kecil ini
Dia pun kembali ke ruang keamanan dan melihat judul buku Woo Shin yang tadi sempat dibacanya sebelum beranjak keluar menemui teman polisinya. Judul buku Woo Shin adalah 'Persona Non Grata'.
Petugas Park dan Petugas Kim saling melirik.
Mereka bertanya2, ada apa dengan Tae Sung.
Hari sudah malam. Tae Sung berdiri di depan Haesongwon.
Tae Sung : 'Persona Non Grata'. Itulah dirimu. Orang yang tak diinginkan. Kenapa kau kemari?
Di kamarnya, Woo Shin memikirkan kata2 terakhir ibunya.
Flashback...
Nyonya Ha memberitahu Woo Shin dengan nafas tersengal2.
Nyonya Ha : Ayahmu...
Woo Shin : Ayahku?
Nyonya Ha : Dia tak bersalah.
Woo Shin : Apa maksud ibu?
Nyonya Ha : Dia.....
Nyonya Ha meninggal.
Flashback end...
Woo Shin : Ibu.
Dong Rim datang, astaga, menakutkan sekali. Ada apa dengan dunia ini?
Woo Shin : Ada apa?
Dong Rim : Ini tentang Kandidat Hwang Byung Chul. Pahanya ditikam di depan rumahnya. Aku baru saja bicara dengan ibuku, dan itu menyebabkan keributan.
Woo Shin : Kurasa mereka tidak berniat membunuhnya. Pahanya ditikam di depan rumahnya. Dia pasti lengah karena itu rumahnya sendiri. Mereka bisa menikamnya di area kritis jika mau.
Para polisi melakukan olah TKP. Reporter melaporkan langsung dari TKP.
Reporter : Polisi memakai selebaran di TKP untuk mengejar pelakunya. Kandidat Hwang Byung Chul yang dibawa ke rumah sakit menyatakan bahwa dia tidak terintimidasi. Aku Jung Haneul dari GBS News.
Pak Hwang lagi tertidur di kamar RS nya. Tiba2, seorang pria mendekatinya. Dia terbangun dan melihat siapa pria itu. Pria itu Jun Kyung.
Di atas meja, ada dua bingkisan.
Jun Kyung : Kudengar kau terluka, jadi, aku datang berkunjung.
Pak Hwang : Semalam ini? Kau bercanda?
Jun Kyung : Kau pikir aku bercanda? Baiklah. Kabar baik. Kau akan ada di halaman depan semua koran. "Kandidat yang berjanji akan mengembalikan hukuman mati diserang oleh seseorang yang menentangnya." Itu menarik perhatian. Kau akan diuntungkan dari itu. Kau menyukainya? Itu ideku.
Pak Hwang kaget, kau dalangnya?
Jun Kyung : Kau tidak menyukainya? Kalau begitu, seharusnya kugorok saja lehermu. Benar, 'kan?
Pak Hwang mulai takut, kenapa kau melakukan ini?
Jun Kyung : Kenapa? Biar kuberi tahu alasannya.
Jun Kyung menjambak rambut Pak Hwang.
Jun Kyung : Pelayan yang coba mengendalikan tuannya harus dihukum.
Pak Hwang : Maafkan aku. Aku pasti kelelahan karena berkampanye hingga menjadi gila.
Jun Kyung melepaskan Pak Hwang.
Jun Kyung : Baiklah. Ingat ini. Haesong yang memegang kendali. Kau hanya pion di papan catur. Permainan akan tetap berlanjut, meski satu pion hilang.
Pak Hwang ketakutan dan berkata dia tahu itu.
Jun Kyung lalu mengambil satu bingkisan di atas meja dan memberikannya ke Pak Hwang. Dia bilang itu uang bensin untuk perjalanan Pak Hwang ke Gedung Biru.
Jun Kyung : Pimpinan memberimu banyak uang.
Jun Kyung lalu pergi.
Pak Hwang membuka dan melihat isinya.
Isinya adalah pisau berdarah dan juga setumpuk uang.
Beralih ke Soo Hyun yang sarapan roti sambil membaca berita tentang Pak Hwang. Di berita tertulis, Pak Hwang yang menolak terintimidasi setelah serangan.
Soo Hyun pun jadi ingat kata2 Seo Hee.
Seo Hee : Efe yang tersebar luas ini tipikal manipulasi media. Semuanya sudah direncanakan. Dia memanfaatkan hukuman mati agar bisa terpilih.
Soo Hyun lalu meminum kopinya masih sambil memikirkan kata2 Seo Hee. Seo Hee bilang jika Pak Hwang terpilih, hukuman mati akan diberlakukan kembali. Dan orang pertama yang akan dieksekusi adalah Lee Chang Woo.
Soo Hyun menggigit rotinya dan terus memikirkan kata2 Seo Hee. Seo Hee bilang kalau Pak Lee dijebak.
Seo Hee : Jika ini adalah novel, ini novel tragis. Lee Chang Woo akan mengalami kematian yang tidak adil. Jika dia dieksekusi, kau tidak akan pernah menemukan pembunuh ayahmu yang sebenarnya.
Soo Hyun jadi kehilangan seleranya. Dia menaruh rotinya yang belum habis ke piring.
Sekarang, Soo Hyun sudah di mejanya.
Dia akhirnya membaca berkas yang berikan Seo Hee.
Woo Shin yang baru keluar, menemukan bukunya di atas meja di depan kamarnya.
Dia membaca bagian yang ditandai pembatas buku.
"TEMPAT PENGUNGSIAN MEREKA ADALAH DI DALAM HUTAN MEREKA HANYA PERLU BILANG, "SAMPAI JUMPA DI SANA"
Woo Shin tersenyum.
Lalu dia pergi ke hutan. Di sana, sudah menunggu Tae Sung. Tae Sung membawa senapannya.
Tae Sung : Lihat siapa ini. Penulis terkenal kita.
Woo Shin : Kau sengaja meletakkan bukuku di sana. Halaman 217. Karakter utama dan rekannya bertemu di hutan.
Tae Sung : Kau langsung mengerti. Pak Penulis. Aku akan bertanya kepadamu. Sebaiknya aku menyukai jawabanmu. Kau yang mengirim surel itu, 'kan?
Woo Shin : Benar.
Tae Sung : Kau tahu tentangku?
Woo Shin : Kau disuap oleh Grup Haesong dan mengekspos rekanmu. Sebagai balasannya, kau menjadi kepala keamanan Haesong dan mendapat gaji yang besar. Itu penyamaranmu. Kau sebenarnya polisi yang menyamar yang mengawasi Pimpinan Kwon, 'kan?
Tae Sung : Siapa kau? Berapa banyak yang kau tahu?
Woo Shin : Itu pertanyaan yang salah. Kau harus menanyakan apa yang kuinginkan.
Tae Sung : Berhentilah bersikap kurang ajar dan jawab aku dengan benar jika kau ingin hidup.
Woo Shin : Berapa banyak yang kuketahui? Divisi Investigasi Pusat. Markas investigasi khusus yang mirip dengan FBI. Biro Investigasi Kriminal Kelas Satu. Kau Letnan Choi Tae Sung. Kau tidak ada di atas kertas.
Tae Sung : Apa maumu?
Woo Shin : Aku tahu kau mengawasi semua orang di wastu itu. Jadikanlah aku pengecualian.
Tae Sung : Sepertinya kau datang ke sini dengan motif tersembunyi. Pak Penulis, mari kita akhiri ini jika kau tidak akan mengatakan yang sebenarnya.
Woo Shin : Logo anak panah itu. Itu dia. Itu sebabnya aku di sini.
Tae Sung : Jangan bicara dengan samar dan jelaskan secara detail.
Soo Hyun yang masih membaca berkas kasus pembunuhan ayahnya yang dilakukan Pak Lee, lantas bertanya2, dimana senjata pembunuhan itu.
Kamera menyorot Adamas.
Woo Shin : Adamas. Simbol Grup Haesong. Panah dengan ujung berlian. Aku akan mencuri Adamas.
Bersambung...
EmoticonEmoticon