Minggu, 02 Juni 2024

Sinopsis Connection Eps 2 Part 2

 All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : Connection
Sebelumnya : Connection Eps 2 Part 1
Selanjutnya : Connection Eps 3 Part 1

Sekarang, Jae Kyeong lagi duduk sama In Soo di ruang rapat. Jae Kyeong melihat foto2 jasad Joon Seo di TKP. Lalu Jae Kyeong tanya, apa ada riwayat atau yang lainnya?

In Soo : Ya. Sepatu itu, semuanya ditemukan di lantai 9.

Jae Kyeong : Jika ada di lokasi konstruksi, bukankah mereka juga kerja pada hari Sabtu? Mengapa baru ditemukan pada hari Senin?

In Soo : Oh, itu. Karena adanya keluhan, pembangunan tak dapat dilakukan pada akhir pekan.

Jae Kyeong : Belum ada hasil autopsi?



In Soo : Belum. Aku juga heran, autopsinya sudah selesai. Kini jenazahnya ada di kamar mayat RS Universitas Anhyeon.

Jae Kyeong : Siapa jaksa yang melakukan autopsi?

In Soo : Tunggu sebentar. Namanya Jaksa Park Tae Jin dan dia Wakil Kepala Divisi Detektif 1.

Jae Kyeong : Apa penyebab kematiannya?

In Soo : Seperti yang anda lihat, jatuh dari lantai sembilan. Itu bukan hal yang wajar, bukan?


Dari mejanya diluar, Kyeong Hwan menatap Jae Kyeong yang lagi bicara dengan In Soo. Tiba2, Jaksa Park menelponnya.

Kyeong Hwan : Oh ya, begitu? Kita bisa mengatasinya seperti itu. Tapi Park Joon Seo yang tewas dan Inspektur Jang Jae Kyeong di departemen kami, ternyata mereka teman sekelas waktu SMA. Bukankah anda juga lulusan SMA Jeogang? Sepertinya kalian sebaya.

Kyeong Hwan kemudian kaget sekaligus heran, ya?


Lantas Kyeong Hwan menyuruh Jae Kyeong pergi usai menerima telepon dari Jaksa Park. Namun Jae Kyeong menolak pergi. Dia bilang dia akan pergi setelah memeriksa beberapa hal lagi. Kyeong Hwan tak mengizinkan.

Kyeong Hwan : Sejujurnya, itu bukan sesuatu yang bisa kami jelaskan secara detail. Karena dia temanmu, jika menjelaskan sebanyak itu, bukankah kita telah melakukan banyak hal?Cepat pergi sekarang. Sudahlah.


Jae Kyeong melirik ponsel Joon Seo di atas meja. Setelah itu, dia mulai beranjak ke pintu. Tapi dengan secepat kilat, dia berbalik dan mengambil ponsel Joon Seo, lalu berlari dengan kencang keluar. Kyeong Hwan dan In Soo pun langsung mengejar Jae Kyeong. Kyeong Hwan tampak marah.


Jae Kyeong masuk ke kamar mandi. Dia mengunci pintu, lalu memeriksa ponsel Joon Seo sambil berdiri. Di riwayat panggilan Joon Seo, tertulis nama Oh Chi Hyeon dan Park Tae Jin (Jaksa Park).


Jae Kyeong lantas ingat kata2 In Soo tadi kalau perkiraan waktu kematian Joon Seo antara pukul 11.30 dan 12.00 Jumat tengah malam.


Kyeong Hwan dan In Soo melompat ke atas agar bisa melihat Jae Kyeong. In Soo lalu memanjat dan berusaha mengambil ponsel Joon Seo dari tangan Jae Kyeong. Jae Kyeong pun jongkok dan memeriksa riwayat panggilan Joon Seo yang lain. Ternyata pukul 09.30 malam, Joon Seo menghubungi Yoon Jin.

Setelah itu, Jae Kyeong mengembalikan ponsel Joon Seo ke tangan In Soo.




Kyeong Hwan masih teriak2, menyuruh Jae Kyeong keluar. Jae Kyeong terdiam sejenak sebelum akhirnya keluar dan Kyeong Hwan langsung mencengkramnya dan mendesaknya ke dinding toilet.

Kyeong Hwan : Sial! Kau kira aku main-main?

Jae Kyeong menatap Kyeong Hwan dengan tenang.


Melihat tatapan Jae Kyeong, Kyeong Hwan agak terdiam. Jae Kyeong lantas menyingkirkan tangan Kyeong Hwan dari kerahnya dan beranjak pergi. Kyeong Hwan menatap kesal Jae Kyeong.

Kyeong Hwan : Dia benar-benar gila.


Jae Kyeong kembali ke unitnya. Di sana, hanya ada Chang Soo.

Chang Soo : Anda sudah datang?


Jae Kyeong tak jawab dan terus ke mejanya. Dia lantas memikirkan nama Chi Hyeon dan Jaksa Park yang muncul di riwayat panggilan Joon Seo. Tiba-tiba, dia menerima pesan dari 1882.

1882 : Sepertinya kau sudah minum obat?


Jae Kyeong pun memanggil Chang Soo.

Jae Kyeong : Tadi siang aku memintamu mencari nomor telepon, bukan? Telepon meriam.

Chang Soo : Ya.

Jae Kyeong : Aku akan mengulur waktu, jadi cepat lacak.

Chang Soo : Baik.


Jae Kyeong pun membalas pesan 1882.

Jae Kyeong : Siapa kamu?


Dan Chang Soo menghubungi seseorang.

Chang Soo : Ya. Tolong segera lacak lokasi nomor 010-0325-1533.


Jae Kyeong terus berbicara dengan 1882 lewat SMS.

Jae Kyeong : Bagaimana kau tahu 1882?

1882 : Karena itu aku, jadi aku tahu.

Jae Kyeong : Park Joon Seo sudah mati.

1882 : Aku tidak bilang bahwa aku Park Joon Seo. Sekarang mulai dari mana? Dari acara pemakaman Park Joon Seo? Atau orang yang kau lepas di stasiun?

Jae Kyeong : Apa hubungan narkoba dengan Park Joon Seo? Apa alasanmu membuatku kecanduan narkoba?


Jae Kyeong lalu tanya ke Chang Soo.

Jae Kyeong : Belum juga?

Chang Soo hanya dia menatap Jae Kyeong


1882  terus mengirimkan pesan.

1882 : Ya, itu bisa kau ketahui nanti. Dia temanmu, bukankah lebih baik datang ke acara pemakamannya? Kerja bagus.


Jae Kyeong lantas menghubungi 1882 sambil mendekati Chang Soo.

Jae Kyeong : Bagaimana?

Chang Soo : Kali ini dia juga berpindah lokasi. Tapi arahnya dari Anhyeon ke Jeongji-do.

Jae Kyeong : Jeongji-do?

Jae Kyeong pun ingat kata2 In Soo tadi soal jasad Joon Seo.

In Soo : Autopsinya sudah selesai. Jenazahnya ada di kamar mayat Rumah Sakit Universitas Anhyeon.

Jae Kyeong : Rumah Sakit Universitas Anhyeon.


Jae Kyeong bergegas pergi ke RS Universitas Anhyeon. Namun petugas bilang kalau jasad Joon Seo sudah diambil keluarga satu jam lalu. Jae Kyeong kaget, tanpa autopsi?

Petugas : Ya, jaksa mengatakan dia mendapat persetujuan keluarga dan memutuskan melanjutkan pemakaman tanpa perlu autopsi.


Jae Kyeong ingat kata2 In Soo soal jaksa yang mengautopsi Joon Seo.

Jae Kyeong : Siapa jaksa yang mengautopsi?

In Soo : Jaksa Park Tae Jin dia Wakil Kepala Divisi Detektif 1.

Jae Kyeong mengerti dan beranjak pergi.


Yoon Jin tengah di depan mesin ATM yang disediakan di dalam gedung tempat pemakaman Joon Seo. Dia ingin mentransfer uang duka. Tapi tiba-tiba, Joon Seo muncul membuatnya kaget.

Jae Kyeong : Apa yang kau bicarakan dengan Park Joon Seo tanggal 26 Februari?

Yoon Jin : Apa?

Jae Kyeong : Kau tak ingat? Kamis, 22 Februari, kau bicara dengan Park Joon Seo. Apa yang kau bicarakan sehari sebelum Jun Seo tewas?


Kita diperlihatkan flashback apa yang terjadi.

Malam itu, Yoon Jin buru-buru kembali ke rumahnya karena cuaca dingin. Tangannya menenteng kresek hitam. Sepertinya Yoon Jin baru dari toserba. Tiba-tiba ponsel Yoon Jin berdering. Yoon Jin menerima notifikasi. Yoon Jin membaca notifikasinya sejenak.


Kemudian dia dikejutkan dengan kedatangan Joon Seo.

Joon Seo : Yoon Jin-ya.

Flashback end...


Yoon Jin : Itu panggilan tidak terjawab, tapi aku lupa dan tidak menelepon.

Jae Kyeong : Lupa katamu? Teman yang tak pernah menghubungi tiba-tiba menelepon dan kau lupa?

Yoon Jin : Bukankah itu bisa saja terjadi? Kaulah yang memutus hubungan dengan teman-temanmu. Joon Seo dan aku....  Kami tidak sering mengobrol, tapi kadang kami bicara di telepon.

Jae Kyeong tidak puas dengan jawaban Yoon Jin. Dia terus menatap Yoon Jin.

Yoon Jin : Itu benar. Hei. Apa kau datang memberi penghormatan atau untuk menginterogasiku? Aku masih sedih karena Joon Seo bunuh diri. Kenapa tiba-tiba kau muncul dan membuat kacau?


Jae Kyeong lalu berlari ke ruang duka Joon Seo.

Dia terdiam saat menatap foto Joon Seo.


Seseorang yang bertindak sebagai perwakilan keluarga Joon Seo datang.

"Anda ingin memberi penghormatan?"

Jae Kyeong mengiyakan.


Orang itu menunjukkan kemana Jae Kyeong harus pergi.

Jae Kyeong pun bergegas lari. Yoon Jin melihat Jae Kyeong, mengejar Jae Kyeong.

Ternyata, Joon Seo tengah disiapkan untuk dikremasi.

Jae Kyeong pun mengetuk kaca dan meminta mereka berhenti.

Seorang pria marah dan mencengkram lengan Jae Kyeong. Apa-apaan kau? Kau pikir kau bisa mengacau di sini? Kau mau mati?

Jae Kyeong : Aku polisi. Tolong lepaskan.

Jae Kyeong masuk ke ruangan tempat jasad Joon Seo berada.


Pria tadi mencoba menghentikan Jae Kyeong namun dihalangi Yoon Jin.

Yoon Jin : Dia Jang Jae Kyeong.

Pria itu kaget, Jang Jae Kyeong?


Jae Kyeong meminta mereka menunda pembalseman. Dia bilang, para petugas akan melakukan autopsi. Choi Ji Yeon, istri Joon Seo, terkejut. Jae Kyeong mencoba membujuk Ji Yeon. Dia bilang, ada banyak yang belum jelas mengenai kematian Joon Seo. Dia pun minta izin Ji Yeon untuk melakukan autopsi.


Pria tadi marah, hei! Jang Jae Kyeong! Siapa yang bisa mengautopsi semaunya? Siapa kau? Kemari!

Jae Kyeong beranjak ke pintu, mendekati pria itu. Dia bilang, perkiraan waktu kematian Joon Seo adalah 23 Februari 2024, antara pukul 11.30 dan 12.00 malam.

Jae Kyeong juga bilang sambil menatap Ji Yeon kalau tengkorak Joon Seo pecah dan organ Joon Seo rusak akibat jatuh di lokasi konstruksi. Yoon Jin yang kasihan pada Ji Yeon, mencoba menghentikan Jae Kyeong bicara.

Yoon Jin : Jang Jae Kyeong!

Namun Jae Kyeong terus menjelaskan.

Jae Kyeong : Tapi, anehnya sepatu Joon Seo ditemukan di lantai sembilan gedung yang diyakini sebagai lokasi dia melompat. Lift konstruksi ada di lantai satu, bukan lantai sembilan.


Tiga teman Joon Seo yang lain datang.

"Memangnya apa yang aneh?" tanya pria yang pertama masuk duluan.


Pria yang tadi menatap pria itu.

Pria tadi : Jong Soo-ya.


Jong Soo menatap Jae Kyeong.

Jong Soo : Jae Kyeong rupanya. Sudah lama kita tak jumpa. Ini aku, Won Jong Soo.

Jae Kyeong pun ingat riwayat panggilan Joon Seo. Pada pukul 22.10, Jong Soo adalah orang yang ditelpon Joon Seo.


Pria yang di belakang Jong Soo, juga meyapa Jae Kyeong.

"Sudah 20 tahun sejak lulus SMA. Aku Tae Jin. Kau masih ingat? Aku pindah ke Bagian Kriminal. Kita baru bertemu sekarang." ucap Tae Jin.

Jae Kyeong ingat Tae Jin aka Jaksa Park adalah orang yang dihubungi Joon Seo 8 menit kemudian setelah menghubungi Jong Soo.


Pria yang kudian masuk, menyapa Jae Kyeong juga.

"Kita bertemu lagi karena aku masih hidup."

Pria itu Oh Chi Hyeon. Jae Kyeong ingat Chi Hyeon adalah yang dihubungi Joon Seo pada pukul 22.30.


Jae Kyeong lantas menatap Tae Jin.

Jae Kyeong : Kenapa kau datang ke tempat autopsi?

Tae Jin : Apa?

Tae Jin lantas bilang karena dia punya waktu.

Jae Kyeong : Seorang Wakil Kepala datang ke sini karena senggang? Kau yakin bukan karena Park Joon Seo?

Tae Jin : Zaman sekarang, seorang wakil pun boleh ikut autopsi. Tapi... Bukankah aneh jika seorang detektif ikut proses autopsi?

Jae Kyeong : Tentu saja. Tapi apa boleh buat aku sudah di sini.

Tae Jin kesal, Jang Jae Kyeong!

Jae Kyeong :Bagaimana menurutmu?

Tae Jin : Cukup. Ini bukan tempat untuk membicarakan itu.

Jae Kyeong : Apa alasanmu menyimpulkan ini bunuh diri?


Pria tadi marah, Tae Jin sudah minta kau untuk berhenti!

Tae Jin menatap pria itu, Yoon Ho-ya.

Yoon Ho : Apa pantas kau berulah seperti ini saat sedang berkabung?

Jae Kyeong : Apa ada jejak kaki di tangga menuju lantai sembilan? Jejak kaki di tangga situs konstruksi tidak sama dengan sepatu Joon Seo. Lantas apa alasanmu meyakini Joon Seo bunuh diri?

Tae Jin : Dia punya alasan bunuh diri.

Jae Kyeong : Alasan?

Tae Jin : Dia sangat menderita kehilangan Yoon Hee, putrinya yang sudah enam tahun dirawat. Tidak ada yang menggenggam tangannya dan sulit menjalani hidup. Dia sampai menerima pengobatan depresi dari psikiater.

Jong Soo : Sudah, hentikan. Aku tahu kau begini karena tidak tahu keadaan Joon Seo. Kami juga bingung dan kesal sepertimu. Kita tak perlu menyakiti teman yang sudah berpulang. Biarkan jenazahnya dimandikan dan kita bicara di luar.


Jong Soo menyuruh petugas memandikan Joon Seo.

Jae Kyeong melarang keras, jangan ada yang bergerak!

Semua kaget.

Jae Kyeong : Ini konyol. Apakah sebelum mati, Joon Seo menyebutkan alasan dia bunuh diri? Atau kalian menyimpulkan dari situasinya? Kalian bisa menjelaskan kondisinya seperti itu. Tapi kenapa tidak ada yang membicarakan hal penting? Kalian yang terakhir kali bicara dengan Joon Seo di telepon. Won Jong Soo, Park Tae Jin, Oh Chi Hyeon. Perkiraan waktu bunuh diri antara jam 23.30 sampai 00.00. Kalian menelepon dia setelah jam 22:10. Kalau benar dia bunuh diri, dia pasti bilang sesuatu. Bukankah ada yang aneh?

Jong Soo, Tae Jin dan Chi Hyeon terdiam, sambil menatap kesal Jae Kyeong.

Jae Kyeong : Lantas, ketika aku bertanya alasan pasti dia bunuh diri tadi, kenapa kalian yang pertama kali menerima telepon dari Joon Seo menyembunyikan hal itu?


Yoon Ho marah, dia bahkan mencengkram dan mendesak Jae Kyeong ke dinding.

Yoon Ho : Apa maumu? Muncul tiba-tiba dan berlagak jadi detektif!

Tae Jin : Jung Yoon Ho. Hentikan.


Yoon Ho : Apa itu penting sekarang? Memangnya apa yang aneh dengan ketua kelas yang bicara dengan kami di telepon? Kami bahkan menelepon 12 kali sehari! Aku tak terima anak yang dikeluarkan dari sekolah karena berkhianat kini menjadi polisi dan membuat keributan!

Jae Kyeong : Bukan "kami".

Yoon Ho : Apa?

Jae Kyeong : Dia tidak meneleponmu. Kenapa? Merasa diasingkan?

Yoon Ho : Dasar berengsek!

Yoon Ho mau menghajar Jae Kyeong tapi dia ditangani duluan oleh Jae Kyeong. Yoon Ho mau membalas, tapi Chi Hyeon menyuruhnya berhenti.


Jae Kyeong : Ada kemungkinan Joon Seo diberi obat dan didorong oleh seseorang. Bahkan jika bukan pun, ini adalah autopsi atas kematiannya tersebut. Kenapa kalian tak setuju? Kenapa kalian ingin segera memakamkannya? Joon Seo bilang apa di telepon? Dia bilang apa sampai kalian begini?

Jong Soo : Benar, dia meneleponku. Aku tak tahu apa dia menelepon Tae Jin dan Chi Hyeon, tapi itu panggilan biasa. Suaranya selalu tak bertenaga setelah Yoon Hee mati, begitu pula pada hari itu. Karena itu aku menyemangati dan menawarinya obat penguat. Selain itu, aku tak menyangka itu panggilan terakhir dari Joon Seo. Makanya aku menyimpannya sendiri dan pura-pura tak tahu. Apa kau puas?

Jae Kyeong : Apa itu masuk akal? Apa kalian tak merasa aneh? Dia menelepon masing-masing dari kalian satu jam sebelum bunuh diri. Aku tanya siapa yang menyapa siapa! Park Tae Jin, Oh Chi Hyeon, apa kalian menelepon untuk menyapa Joon Seo?


Chi Hyeon yang sedari tadi diam menahan kesal, kini mulai bertindak. Dia mendekati Jae Kyeong, lalu mendorong Jae Kyeong.

Chi Hyeon : Jang Jae Kyeong, sadar dirilah.

Chi Hyeon mengayunkan tinjunya, tapi Jae Kyeong duluan mengunci tinju Chi Hyeon dan mendesak Chi Hyeon ke dinding. Mata mereka yang mengandung emosi, saling bertemu.


Ji Yeon menghentikan pertengkaran mereka, hentikan! Aku mohon hentikan. Apa yang kalian lakukan di depan jenazah teman kalian? Apa ini yang namanya teman? Ayah Yoon Hee juga tidak meneleponku. Tak peduli itu telepon biasa atau bukan, kalian ditelepon olehnya. Tapi aku bahkan tidak ditelepon olehnya.


Tangis Ji Yeon pecah.

Yoon Jin masuk dan menguatkan Ji Yeon.


Akhirnya, jasad Joon Seo kembali disimpan di lemari pendingin. Setelah lemari pendingin dikunci, petugas memberikan kuncinya ke Jae Kyeong.


Sekarang, Jae Kyeong duduk bersama Yoon Jin di ruang makan. Jae Kyeong terus memperhatikan Jong Soo dan Tae Jin yang menyambut para pelayat di ruang duka.

Yoon Jin : Apa kau harus bersikap seperti itu agar puas?

Jae Kyeong : Apanya?

Yoon Jin : Dasar. Aku tak mengerti kenapa duduk di sini bersamamu.

Yoon Jin lantas membandingkan status teman2 mereka dengan Jae Kyeong.

Yoon Jin : Mereka punya status yang tinggi. Sedangkan hidupmu masih di bawah saja.


Jae Kyeong terus memperhatikan mereka. Yoon Jin melihatnya.

Yoon Jin : Kenapa lagi? Kau mau melakukan ronde kedua di sana?

Jae Kyeong : Aku harus dapat izin autopsi.

Yoon Jin : Jae Kyeong-ah, mereka mengalami pahit dan manis bersama Jun Seo selama 20 tahun terakhir. Lihat ikat lengan duka yang dipakainya. Mereka sudah seperti keluarga. Astaga. Kau mungkin belum tahu. Putri Joon Seo bisa bertahan selama enam tahun itu berkat Jong Soo membantu biaya pengobatannya tiap bulan. Kau kira jumlah itu sedikit? Pokoknya, jangan permasalahkan tentang autopsi di depan mereka lagi. Kalau kau melakukannya, aku akan menentangmu. Bisa dibilang, dia akan bertemu dengan putrinya di surga. Apa kau pikir dia mau bertemu putrinya dengan dada terbelah-belah?


Jae Kyeong lalu melihat Yoon Ho yang bergabung dengan teman2 mereka yang lain. Namun Yoon Ho tampak gelisah.

Jae Kyeong : Orang yang mau meninjuku tadi, Jung Yoon Ho, kan?


Yoon Jin melihat Yoon Ho duduk disamping seorang wanita.

Yoon Jin : Ya. Di sebelahnya itu Kang Si Jung. Ketua Departemen Kecantikan. Apa kau ingat?

Jae Kyeong : Tidak.


Yoon Jin : Dasar. Yoon Ho menikah dengan Si Jung. Pasangan kampus. Lalu di sebelahnya lagi ada Jung Sang Eui. Kau ingat Sang Eui, kan?

Jae Kyeong diam saja.

Yoon Jin : Ya, kau tak mungkin kenal dia.


Jae Kyeong : Tampaknya kau mengenal mereka semua.

Yoon Jin : Tidak, aku juga jarang bertemu mereka. Aku kadang menelepon Si Jung, tapi sudah lama tak bertemu lainnya. Aku jarang datang ke reuni.

Jae Kyeong : Kau juga berpikir begitu? Bahwa Joon Seo bunuh diri karena menderita ditinggal mati putrinya?

Yoon Jin : Kurasa itu mungkin saja. Aku seorang ibu. Aku takkan sanggup hidup ditinggal anak lebih dulu.


Jong Soo, Tae Jin dan Chi Hyeon keluar dari ruang duka dan berjalan melewati mereka. Jong Soo, Tae Jin dan Chi Hyeon lantas bergabung dengan Yoon Ho dan yang lain. Melihat itu, Yoon Jin langsung ingin bergabung dengan mereka. Dia bilang pada Jae Kyeong, tempatnya di sana.


Tapi seorang kurir datang membawa karangan bunga.

Kurir : Permisi, saya mengantar karangan bunga.

Yoon Jin : Tolong taruh di depan saja.

Kurir : Baik, tolong tanda terimanya.

Yoon Jin menyuruh Jae Kyeong memberi tanda tangan. Tapi Jae Kyeong gak mau.

Yoon Jin kesal, dasar.


Yoon Jin memberi tanda tangannya. Dan dia juga melihat nama pengirim bunga.

Yoon Jin : Dari Joo Song rupanya.

Yoon Jin juga membaca nama perusahaan Joo Song.

Joo Song : Two Star? Memangnya dia Kepala Divisi? Astaga. Kalau dia datang, kami pasti ribut lagi. Sungguh merepotkan.


Setelah kurir pergi, Yoon Jin melihat Jong Soo dan yang lain tengah bertukar kartu nama. Melihat itu, Yoon Jin malas bergabung dengan mereka.


Ji Yeon keluar. Melihat Ji Yeon, Jae Kyeong pun mendekati Ji Yeon.

Jae Kyeong : Maaf atas keributan tadi. Tapi, pertimbangkan soal autopsi...

Yoon Jin mendekati Ji Yeon.

Yoon Jin : Kau mau pergi?

Ji Yeon : Ya. Ada yang harus aku urus di rumah. Tadi aku buru-buru pergi dari rumah.

Yoon Jin : Kau mau pulang naik apa?

Ji Yeon : Aku pulang naik taksi.

Yoon Jin : Biar aku antar. Jangan naik taksi di hari berduka.  Aku masih belum minum alkohol.

Ji Yeon : Tidak apa.

Yoon Jin : Astaga, aku begini juga karena ada alasannya.


Yoon Jin lantas berpesan pada Jae Kyeong sebelum pergi.

Yoon Jin : Kalau Heo Joo Song datang, sampaikan aku sedang pergi. Aku tidak antusias menyambutnya hari ini.

Yoon Jin pun pergi bersama Ji Yeon.


Jae Kyeong pun masuk ke ruang duka.

Dia menatap foto Joon Seo.

Kita diperlihatkan flashback, saat Jae Kyeong tengah sendirian di kelas. Dia menerawang uang sepuluh ribu won nya. Setelah menerawang, dia pun merebahkan kepalanya ke atas meja. Tiba-tiba, Joon Seo masuk dan memberitahu Jae Kyeong bahwa Jae Kyeong dipanggil ke ruang guru.


Jae Kyeong pun ke ruang guru.

Guru : Apa kau sudah beradaptasi dengan kelas baru? Tidak sulit naik ke kelas dua, kan?

Jae Kyeong : Ya.

Guru : Bagus. Ayahmu Jang Tae Jung, kan? Apa aku benar? Alasanmu naik kelas dua dan ditempatkan di kelas ini adalah karena ayahmu adalah Kepala Dinas Pendidikan. Kau juga tahu itu, kan? Lalu... Semua anak sangat ingin masuk kelas 2-6. Kau juga tahu soal itu. Mohon bantuannya.

Guru menyalami Jae Kyeong.


Lalu Joon Seo masuk.

Joon Seo : Saya sudah kumpulkan iuran.

Guru : Sudah semuanya?

Joon Seo : Belum.

Guru : Siapa yang belum?


Joon Seo : Semuanya sudah kecuali dia.

Joon Seo melirik Jae Kyeong.

Guru : Begitu rupanya. Kau harusnya menjelaskan dengan baik. Dia tidak tahu karena baru pertama kali. Untuk membantu anak-anak yang tak mampu agar bisa tetap belajar, teman sekelasnya akan mengumpulkan uang secara sukarela. Kau tak perlu iuran jika tak berkenan.

Jae Kyeong pun memberikan uangnya.

Guru kesal, apa harus aku yang menjelaskan?

Joon Seo : Maaf.


Malamnya, Jae Kyeong tertidur di meja belajarnya. Lalu sang ayah, masuk.

Pak Jang : Hari ini  Kepala Sekolah dan Wali Kelasmu menemuiku. Kau tak pernah memanggilku ayah, tapi tampaknya di sana kaubilang aku ayahmu. Bertemanlah dengan anak bernama Won Jong Soo di kelasmu. Traktirlah teman-temanmu.

Pak Jang menaruh beberapa uang ke atas meja Jae Kyeong.


Jae Kyeong terkejut melihat uang sepuluh ribu won di atas meja. Uang itu adalah uang iuran yang tadi dia berikan pada Kepala Sekolah. Jae Kyeong ingat karena uang itu sudah dia corat coret sebelumnya.


Besoknya di sekolah, Jae Kyeong dan murid lain membaca pengumuman tentang Joon Seo dari Kelas 3-6 yang mendapat skors seminggu.


Di kelas, guru memberitahu murid ada yang menaruh surat kaleng di ruang penilik sekolah.

Guru : Di sana tertulis bahwa uang iuran yang kalian kumpulkan digunakan untuk melakukan suap. Singkat kata, sekarang kita tidak punya uang iuran. Sebagai bentuk tanggung jawab, ketua kelas akan diskors seminggu.


Jae Kyeong pun menatap Joon Seo.

Tampaknya Jae Kyeong lah yang mengadu.


Jae Kyeong lalu mendekati Joon Seo yang lagi memilah sampah.

Jae Kyeong : Kau melakukan ini saat diskors?

Joon Seo diam saja. Jae Kyeong memberikan Joon Seo minuman kaleng.

Jae Kyeong : Kau datang untuk minta maaf? Kalau kau kirim surat kaleng, ayahmu dan wali kelas akan dipecat. Itu yang kau harapkan? Astaga.


Jae Kyeong dan Joon Seo duduk di tepi lapangan.

Jae Kyeong : Bagaimana denganmu sekarang? Kau tak bisa sekolah kalau tak ada dana subsidi itu.

Joon Seo : Kau pikir dana subsidi itu banyak? Tak masalah jika aku masih berteman dengan Won Jong Soo. Aku juga tak suka menerima uang itu dan diperhatikan teman-teman lain. Aku justru lega. Kau tak perlu khawatir.

Jae Kyeong : Pokoknya aku minta maaf. Aku tidak tahu jadi begini.

Joon Seo : Khawatirkan saja masa depanmu. Bukankah kau sudah siap saat membuat masalah ini? Wali kelas kita atau Won Jong Soo sudah menandaimu. Kau yakin tidak apa? Aku pergi.


Jae Kyeong : Aku juga merasa lega. Semua orang tahu aku penyebab temanku diskors. Tidak akan ada yang bilang bahwa aku tidak peduli pada siapa pun.

Joon Seo pun tersenyum mendengarnya.

Flashback end....


Jae Kyeong coba bertahan. Dia coba menguatkan dirinya.

Lalu Jae Kyeong keluar dari ruang duka.


Bersamaan dengan itu, Tae Jin beranjak keluar dengan terburu2 dan sambil memegang ponselnya. Ternyata, Kyeong Hwan datang membawa sesuatu. Kyeong Hwan memberikannya ke Tae Jin. Dia bilang itu wasiat yang diberikan Joon Seo secara langsung. Jae Kyeong melihat mereka.


Tak lama kemudian, mereka pergi. Jae Kyeong ingin mengejar mereka, namun seorang pria datang.

"Apa kau Jang Jae Kyeong? Ini aku, Heo Joo Song. Apa yang terjadi pada Joon Seo?"


Joo Song menangis. Lalu dia melihat Chi Hyeon.

Joo Song : Chi Hyeon, kau sudah datang?

Chi Hyeon : Berilah salam.


Yoon Jin mengantarkan Ji Yeon pulang.

Begitu mereka datang, satpam yang tadinya lagi menyapu depan apartemen, langsung masuk ke dalam.


Yoon Jin nganterin Ji Yeon ke lift.

Yoon Jin : Aku segera kembali.

Ji Yeon : Ya, tidak perlu buru-buru.


Ji Yeon naik. Dan, satpam datang membawa beberapa amplop.

Satpam : Astaga, dia sudah naik?

Yoon Jin : Anda siapa?

Satpam : Barusan ibunya Yoon Hee yang naik?

Yoon Jin : Benar. Ada apa?

Satpam : Siapa yang meninggal? Sepertinya tadi pakai baju duka.

Yoon Jin : Ya, benar. Ayahnya Yoon Hee meninggal.

Satpam : Astaga! Ya Tuhan.

Yoon Jin : Seperti itulah yang terjadi.

Satpam : Astaga, malang sekali.

Yoon Jin lalu melihat amplop yang dipegang satpam.

Yoon Jin : Apa itu?

Satpam : Ini? Ini pos yang datang beberapa hari lalu. Aku belum sempat mengantarnya. Sepertinya ini untuk ayahnya Yoon Hee. Dia segera turun, 'kan?

Yoon Jin : Ya.

Satpam : Ya ampun.


Tapi kemudian Yoon Jin meminta satpam memberikan amplop itu padanya.

Satpam keberatan.

Yoon Jin : Aku tak keberatan memberikan itu padanya.

Satpam : Tapi...

Yoon Jin : Aku teman Park Joon Seo, ayahnya Yoon Hee.

Satpam : Kalau begitu, tolong berikan pada istrinya.

Yoon Jin : Baiklah.

Satpam : Ya ampun. Padahal belum lama ini Yoon Hee meninggal. Semoga mendiang
beristirahat dengan tenang.

Yoon Jin : Terima kasih.


Yoon Jin melihat amplop itu setelah si satpam pergi. Ada dua amplop besar dan satu amplop kecil. Amplop kecil bertuliskan, "JUNGHO LIFE".


Jae Kyeong masih di pemakaman.

Dia membaca pesan dari 1882 dan bertanya2, bagaimana si peneror bisa tahu soal 1882.


Lalu Joo Song datang dan duduk bersama Jae Kyeong.

Joo Song : Yoon Jin tidak datang?

Jae Kyeong : Tidak, dia datang. Dia pergi ke rumah Joon Seo, mengantar istrinya pulang.

Joo Song : Kenapa wajahmu terlihat seperti itu? Kau terlihat tak baik.

Jae Kyeong : Aku sedang tidak enak perut. Apa kau masih menyukai Yoon Jin?

Joo Song : Ya. Sebagai teman.

Jae Kyeong : Teman?

Joo Song : Ya, sebagai teman.

Jae Kyeong : Omong-omong, kenapa Yoon Jin jadi mata duitan begitu?

Joo Song : Aku tak seharusnya menceritakan privasi orang lain. Tapi kau tahu dia kerja di Berita Harian Korea, kan?

Jae Kyeong : Benarkah?

Joo Song : Ya. Bisa dimaklumi untuk seorang reporter baru. Tapi, kau tahu sendiri sifat Yoon Jin. Dia tidak mengedit artikel seperti yang diperintahkan, melanggarnya, dan berhenti. Di tahun yang sama dia menikahi orang Korea di Kanada yang kerja di sekuritas. Lalu melahirkan Ye Eun.

Jae Kyeong : Lalu apa?

Joo Song : Mereka bercerai dua tahun setelah Ye Eun lahir. Anaknya dibawa ke Kanada untuk dibesarkan suaminya. Tapi masalahnya... Bajingan itu sepertinya tidak kerja dengan benar. Dia pakai biaya perawatan anak yang dikirim Yoon Jin tiap bulan untuk bermain.

Jae Kyeong : Kenapa?

Joo Song : Aku tidak tahu. Yoon Jin akan melakukan apa pun demi Ye Eun. Makanya dia tetap mengirim uang meski sudah tahu seperti itu. Walau sulit dipenuhi dengan gaji reporter daerah.


Joo Song lantas tanya apa baru2 ini Joon Seo menemui Jae Kyeong.

Joo Song : Dia datang, kan?

Jae Kyeong : Bagaimana kau bisa tahu?

Joo Song : Benar rupanya. Dia bilang apa? Apa dia mengatakan hal lain?

Jae Kyeong : Apa maksudmu? Apa kau tahu sesuatu?

Joo Song : Aku hanya mengatakan ini padamu. Tempat ini bagai bangku berduri untukku.

Jae Kyeong : Kenapa?

Joo Song : Seminggu sebelumnya, Joon Seo mencariku. Minta dibuatkan asuransi jiwa.

Flashback....


Joo Song masuk ke ruangannya sambil bicara di telepon dengan seseorang.

Joo Song : Ya, tunggu sebentar. Rabu minggu depan? Bisa, kita bertemu hari itu saja. Asuransi ganti rugi dan asuransi kanker. Baik, terima kasih.


Selesai menelpon, Joo Song didatangi Joon Seo.

Joon Seo : Kau sibuk?

Joo Song : Astaga.

Flashback end...


Jae Kyeong : Asuransi jiwa?

Joo Song : Benar. Sebelumnya Joon Seo juga minta beberapa asuransi padaku. Tapi tiba-tiba minta tiga asuransi jiwa dengan atas nama korporasi.

Jae Kyeong : Korporasi?

Joo Song : Dia bilang mau membuat perusahaan. Aku tak menyangka seminggu kemudian...

Jae Kyeong : Omong-omong, bukankah uang asuransi tak bisa cair jika bunuh diri?


Joo Song : Benar, aku sudah bilang padanya. Uang asuransi jiwa tidak akan dibayarkan jika bunuh diri dalam waktu dua tahun. Tapi... Di sinilah bagian anehnya. Setelah membuat asuransi, dia mengajakku menemui seorang pengacara.

Tae Jin masuk membawa amplop yang tadi dibawa Kyeong Hwan.

Tae Jin menatap sinis Jae Kyeong, sebelum berjalan melewati mereka.

Jae Kyeong : Pengacara?

Joo Song : Ya.

Pembicaraan mereka terhenti karena Tae Jin meminta perhatian semuanya.

Tae Jin : Pertama, aku sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang hadir di pemakaman mendiang Joon Seo. Sebelum meninggal, Joon Seo meninggalkan surat wasiat.
Tertulis tanggal 16 Februari 2024.


Sementara itu, Yoon Jin memeriksa dokumen yang diberikan satpam tadi.

Yoon Jin tak mengerti, apa ini?

Kembali ke Tae Jin di pemakaman.

Tae Jin : Seminggu sebelum meninggal, Joon Seo menelepon Heo Joo Song
dari Two Star Holdings.  Dengan asuransi jiwa sebesar satu miliar di Jungho, dua miliar di Heungin, dan dua miliar di Jangsu atau total lima miliar won, Joon Seo mengasuransikan korporasi Audio File yang 100 persen miliknya.

Semua kaget mendengarnya.


Yoon Jin masih membaca dokumen yang ternyata isinya klaim asuransi.

Yoon Jin : Pembayar premi asuransi Park Jun Seo,  Penerimanya... Audio File?

Di semua surat tertulis, penerima manfaat adalah Audio File.

Dan surat terakhir dari Firma Hukum Ojeong.

Yoon Jin membukanya. Ada tulisan tangan Joon Seo di sana.


Tae Jin memberitahu di hadapan semua, dalam surat wasiat Joon Seo, tertulis penerima yang akan mewarisi seluruh saham korporasi dan menerima uang asuransi sebesar lima miliar.


Yoon Jin kaget membaca surat wasiat Joon Seo. Di sana tertulis namanya dan nama Jae Kyeong sebagai penerima manfaat.


Tae Jin membacakan surat wasiat Joon Seo.

Tae Jin : Saya, Park Joon Seo akan membagikan saham saya di korporasi Audio File dengan jumlah sama rata kepada Jang Jae Kyeong, Oh Yoon Jin. Semua diwariskan kepada mereka.

Semua kaget mendengarnya, terutama Jae Kyeong.

Bersambung....


EPILOG :

1 April 2005

Guru tengah mengecek hafalan Prinsip Pelajar murid2 di Kelas Jae Kyeong.

Guru : Prinsip pelajar! Satu!

Murid : Jadi orang yang melaksanakan kewajiban.

Guru : Dua.

Murid : Menjadi orang yang setia pada tujuan.

Guru : Tiga.

Murid : Menjadi orang yang bisa membantu teman.


Lalu dua murid pindahan masuk.

Satunya Oh Yoon Jin dan satu lagi, Heo Joo Song.

Guru : Lalu untuk kalian berdua. Di sana tertulis prinsip kelas kami. Kalian hafalkan itu karena akan kami cek saat apel pagi.


Yoon Jin membaca Prinsip Pelajar yang tergantung di dinding kelas.

Yoon Jin : Pak Guru. Apakah prinsip "Menjadi orang yang bisa membantu teman" adalah pemikiran Pak Guru?

Guru : Apa?

Yoon Jin : Saya merasa aneh. Apa kita harus membantu teman? Saya pikir kami tetap harus berteman baik tanpa peduli bisa membantu atau tidak.

Guru : Apa?

Yoon Jin : Pak guru juga setuju, kan? Apa saya boleh menggantinya?

Guru tidak tahu harus menjawab apa.

Mendengar protesan Yoon Jin, murid2 mulai penasaran sama Yoon Jin. Terutama, Jae Kyeong, Joon Seo dan Joo Song.


EmoticonEmoticon