All Content From : SBS
Sinopsis Lengkap : The First Responders
Sebelumnya : The First Responders 1-1
Selanjutnya : The First Responders 2-1
So
Hee mulai menggigil. Wajahnya sudah mulai memucat. Deru nafasnya
terdengar lebih keras. Seol yang mendengar itu, tanya, apa So Hee
baik-baik saja. So Hee bilang dia sangat kedinginan. Seol menyuruh So
Hee menekan kuku.
Seol : Warnanya kembali menjadi merah muda?
So Hee pun menekan kukunya.
So Hee : Tidak, tetap putih.
Seol pun memberitahu rekan2nya kalau So Hee mengalami sianosis, yaitu gejala syok hemoragik yang disertai hipotermia. Seol bilang jika suhu tubuh So Hee turun lebih rendah dari 32 derajat Celsius atau kehilangan dua liter lebih darah, So Hee bisa pingsan. Kemungkinan terburuknya, So Hee bisa tewas.
Seol lantas menyuruh Do Jin bersiap.
Do Jin : Baiklah. Kirimi aku pesan.
Do Jin pun bergegas pergi.
So Hee bicara lagi. Dia bilang dia sangat mengantuk. So Hee lantas memanggil-manggil ibunya dengan suara lemah. Setelah itu, So Hee pun tak lagi bicara. Seol pun meminta So Hee tetap bicara dengannya. Dia melarang So Hee tidur. Tapi So Hee tak menjawab.
Kepala Baek : Kenapa dia tidak menjawab?
Pil : Dia tidak boleh pingsan. Kau bilang waktu kita satu jam.
Seol pun memukul meja dengan keras, agar So Hee bisa mendengar.
Seol : So Hee-ssi, coba fokus! Kau harus menemui ibumu. So Hee-ssi! Kim So Hee-ssi!
So Hee pun sadar. Tangisnya menyeruak keluar. Dia memanggil ibunya.
Seol : Benar. Kau harus tetap sadar untuk menemui ibumu. Kim So Hee, jangan pingsan. Kau dengar aku?
Si pelaku mulai merebus daging.
Bagian tulang dia blender. Entah daging apa yang dia coba masak.
Anna menghubungi Pil. Dia bilang tidak ada laporan orang hilang di Onjo.
Pil pun langsung memberitahu yang lain.
Ho Gae pun terduduk dan berusaha berpikir.
Pil melirik Ho Gae, kau bilang akan ada.
Do Jin datang, apa yang harus kita lakukan? Kalian tahu kondisi korban memburuk.
Do Jin sudah tak sabar. Dia bilang kru damkar akan mulai mencari.
Ho Gae melarang.
Do Jin sewot, memang ada cara lain?
Ho Gae : Tidak ada laporan orang hilang? Baik, mari kita coba satu lagi.
Dan mereka pun menemukan penghuni Onjo yang hilang.
Pil : Kim Yeji, 27 tahun. Panggilan telepon terakhirnya empat bulan lalu. Tak ada catatan lagi setelah itu. Tagihan dan cicilannya sudah lewat tenggat.
Ho Gae : Kartu kreditnya?
Pil : Sama seperti ponselnya. Ponselnya tidak dipakai sejak empat bulan lalu. Semua tagihannya menunggak, rekeningnya pun dilaporkan bermasalah.
Ho Gae : Di mana alamatnya?
Pil : Gedung 103, unit 1305.
Ho Gae pun mengajak semua bergerak.
Ho Gae mulai beranjak. Do Jin memakai helm nya, sembari berjalan di samping Ho Gae.
Ho Gae : Ayo bergerak, kru damkar.
Do Jin : Baiklah.
Mereka pun bergegas ke unit 1305.
Sementara si pelaku mengajak So Hee makan. Dia bilang tidak enak jika makanannya dingin.
Si pelaku membuka lacinya. Sepertinya dia mencari kunci.
So Hee memberitahu Seol.
So Hee : Kurasa dia sudah kembali. Dia bicara omong kosong soal makan dengannya.
Polisi dan kru damkar sudah di depan unit 1305. Kru damkar memeriksa kunci pintu. Ki Soo bilang, itu kunci digital dengan kunci cadangan mekanis. Tipe yang paling sulit dibuka. Mereka juga tak bisa membuka paksa pintu karena takut si pelaku tahu dan mengamuk. Di saat mereka kebingungan mencari cara membuka pintu, Ho Gae malah memencet bel. Sontak lah semua langsung ngumpet dan Kepala Baek menatap galak Ho Gae.
Kepala Baek : Sial. Anjing Jindo, kau sudah gila?
Si pelaku menatap ke arah pintu, begitu Ho Gae membunyikan bel.
So Hee : mendengar bunyi bel.
So Hee : Apa itu para detektif?
Seol : Tunggu sebentar.
Suara pria terdengar dari dalam.
"Siapa itu?"
"Hai, aku dari lantai bawah. Ada kebocoran di langit-langitku. Aku ingin tahu apa itu berasal dari rumahmu." jawab Ho Gae.
Si pelaku baru beranjak ke arah pintu.
Pemilik unit 1305 mengaku tidak menyalakan air.
Ho Gae : Di unitku sudah seperti banjir. Aku tak bisa percaya begitu saja. Aku bersama pihak pemeliharaan. Biarkan kami masuk dan memeriksa.
Do Jin : Aku dari kantor pemeliharaan. Kami harus memeriksa jika ada kebocoran.
Pintu pun akhirnya terbuka. Begitu pintu dibuka, Ho Gae langsung meringkus seorang pria. Namun pria itu bukanlah si pelaku penculikan So Hee. Ho Gae menangkap pria itu dengan tuduhan penculikan, penyekapan dan pemerkosaan. Pria itu bingung, apa? Sementara yang lain mencari So Hee tapi tak ada So Hee di sana.
Ho Gae pun menginterogasi pria itu.
Ho Gae : Hei, di mana kau menyembunyikan wanita yang kau culik?
Pria itu marah, menyembunyikan? Apa maksudmu?
Yang datang ke unit si pelaku ternyata seorang pria dari unit lain.
Pria itu meminta si pelaku tidak merokok di kamar mandi. Dia bilang, rumahnya penuh asap karena itu. Si pelaku meminta maaf. Dia bilang dia stres belakangan ini, itulah alasannya.
"Aku tidak akan melakukannya lagi. Maafkan aku."
Si pelaku mau menutup pintu tapi dihalangi pria itu.
"Lebih berhati-hatilah mulai sekarang. Mengerti?"
"Tentu."
"Mari kita menjaga kedamaian, ya?"
"Aku akan berhati-hati."
Si pelaku menutup pintu.
So Hee melihat itu dari kamar tempat dia disekap.
Si pelaku lantas tersenyum pada So Hee. So Hee pun langsung mengunci pintu kamar saat melihat si pelaku mulai berjalan ke arahnya.
Ho Gae menanyai dimana Ye Ji, wanita pemilik unit 1305.
"Dia dirawat di rumah sakit. Kudengar dia lumpuh total karena osteosarkoma stadium akhir. Memang wanita itu kenapa?"
Ho Gae langsung lemas mendengarnya. Dia salah lagi.
Mereka kembali ke bawah. Anna menghubungi Kepala Baek.
Anna : Kami sudah memastikan Nona Kim Ye Ji masih dirawat di rumah sakit. Kondisinya memburuk drastis dan dia harus tinggalkan barang-barangnya. Pendampingnya mengunjungi rumahnya untuk mengambil barang-barangnya sesekali.
Kepala Baek : Baiklah, aku mengerti.
Semua menyalahkan Ho Gae.
Kepala Baek : Kita menyia-nyiakan usaha bersama karena tebakanmu yang salah.
Pil : Kita juga kehabisan waktu, sial.
Ho Gae lantas menatap ke arah apartemen, sementara yang lain berjalan melewatinya.
Kru damkar ingin bergerak. Ho Gae bilang ada satu cara lagi.
Do Jin marah,tak bisakah kau... Sejujurnya, kami membuang banyak waktu karenamu. Cara lain apa? Apa lagi?
Ho Gae : Kru damkar. Mari lakukan sesuatu yang paling kalian benci.
Do Jin : Membakar?
Ho Gae : Asap akan membantu kita segera menemukannya.
Seol : Bagaimana dengan korbannya?
Ho Gae : Jika kita membuang waktu, dia juga akan mati. Si penculik atau pendarahan hebat akan membunuhnya.
Do Jin : Siklus api meningkat di ruang tertutup, apinya bisa cepat menyebar. Kau tahu itu?
Ho Gae : Bagus, asapnya bisa cepat keluar. Dia hanya perlu menjauh dari api sebentar.
Seol : Bukan hanya api yang menyebabkan orang tewas. Sesak napas, kekurangan oksigen, dan...
Ho Gae : Cerewet sekali.
Ho Gae lalu meminta Kepala Baek bertindak.
Do Jin marah Seol dibilang cerewet.
Do Jin : Menyebalkan. Itu terlalu berbahaya!
Kepala Baek : Ini membuatku gila.
Ho Gae menceramahi mereka semua.
Ho Gae : Butuh lebih dari satu jam untuk menggeledah setiap gedung di sini. Bagaimana jika penculiknya melihat kita dan menggila?
Bunyi beep terdengar dari earphone So Hee. So Hee pun memberitahu petugas kalau baterai earphone nya hampir habis.
So Hee : Kenapa kalian belum datang?
Seol : So Hee, kami akan segera ke sana. Tunggulah sebentar lagi. Mengerti?
So Hee : Kalian tidak bisa? Semua sudah berakhir sekarang.
Seol : Tidak, kami akan segera sampai. Jangan menyerah.
So Hee : Aku juga ingin pulang.
So Hee nangis.
Ho Gae pun berbicara dengan So Hee.
Ho Gae : Nona Kim. Jika kau ingin pulang, kendalikan dirimu dan dengarkan aku. Periksa apakah ada pemantik di dekat toilet.
So Hee melihat ke kamar mandi. Dia melihat ada pemantik di atas bidet.
So Hee : Ya, ada satu.
Ho Gae : Nona Kim, nyalakan api sekarang.
Mendengar itu, Do Jin marah.
Do Jin : Dasar kau. Kubilang jangan! Apa yang kau lakukan?
Ho Gae : Kita harus memulangkannya. Padamkan apinya dan selamatkan dia! Bukankah itu tugas kru damkar?
Suara beep makin terdengar.
Pil : Itu peringatan baterai. Komunikasi akan segera terputus.
Kepala Baek masih diam.
Ho Gae marah, Kepala Baek!
Seol menatap Ho Gae dengan tatapan kesal. Dia sadar tak ada cara lain. Terpaksalah Seol menyuruh So Hee menyalakan pemantik. Dia minta So Hee percaya pada mereka. Dia juga bilang akan menemukan So Hee apapun yang terjadi.
So Hee merangkak mengambil pemantik. Namun gasnya tidak ada.
So Hee marah, tidak ada gasnya. Pemantiknya tidak berfungsi!
Seol diberitahu bahwa seseorang akan segera datang. Maka Seol pun segera pergi.
Ho Gae menatap Do Jin.
Ho Gae : Tidak ada cara lain? Kru damkar.
Do Jin : Astaga, ini membuatku gila.
Do Jin pun tanya ke So Hee apa itu pemantik biasa.
So Hee : Ya, benar.
Do Jin : Kalau begitu, lakukan perintahku mulai sekarang. Lepaskan pelat besinya dahulu. Bungkus dengan tisu toilet dan gores roda pemantiknya ke lantai. Nanti akan ada percikan api.
So Hee melakukannya tapi api tak mau menyala.
So Hee putus asa, astaga. Kurasa aku tidak bisa melakukannya. Tanganku terasa sangat lemah.
Do Jin : Nona Kim, itu tidak sulit. Teruslah berusaha.
Seseorang yang datang adalah ibu So Hee. Seol pergi menjemput ibu So Hee yang baru tiba dengan taksi. Ibu So Hee tanya apa yang terjadi. Seol bilang akan dia jelaskan sembari jalan.
Seol pun membawa ibu So Hee ke atap.
So Hee menyerah. Dia mulai memejamkan mata lagi.
Ho Gae panic, Nona Kim, kau pasti bisa. Nona Kim, jangan tertidur!
Ibu So Hee datang. Seol menyuruh ibu So Hee bicara pada So Hee.
Ibu So Hee : So Hee-ya, ini ibu. Aku di sini. Kau bisa mendengarku?
Mendengar suara ibunya, tangis So Hee pecah.
So Hee : Ibu...
Ibu So Hee : Ya, orang-orang di sini akan menyelamatkanmu. Jadi, cobalah sekali lagi. Sekali lagi saja. Mengerti?
So Hee pun mencoba lagi. Tak lama, api menyala. So Hee langsung membakar tisu.
So Hee : Berhasil.
Mendengar itu, Do Jin memberi perintah So Hee.
Do Jin : Nona Kim, letakkan tisu toilet di dekat jendela!
Seol : Basahi handuk di kamar mandi, tutup hidungmu dengan itu, dan membungkuk. Kami akan segera ke sana.
Ibu So Hee nangis. Seol pun menenangkan ibu So Hee.
Setelah
menaruh gulungan tisu di dekat jendela, So Hee kembali merangkak ke
kamar mandi. Setelah mengunci pintu kamar mandi, dia pun pingsan.
Pil mulai mengirimkan detektor panas.
Pil : Mengirimkan detektor panas. Akan segera merespons.
Ho Gae beranjak sambil menghubungi tim nya.
Ho Gae : Tim Penangkap, datanglah ke markas atap.
Ho Gae lalu mendekati Kepala Baek yang juga tengah memberikan instruksi.
Ho Gae : Mereka sudah dipanggil.
Kepala Baek : Baiklah. Bersiap. Akan kuberi tahu begitu kami menemukannya.
Drone yang menerbang detektor panas, masih mencari.
Tak lama, panas tinggi terdeteksi.
Pil : Panas tinggi terdeteksi! Arah pukul 10.00! Kau melihatnya?
Semua langsung berkumpul.
Do Jin melihat peta gedung.
Ho Gae dan yang lain mulai bergerak. Tapi Do Jin langsung melarang mereka. Do Jin bilang jangan lewat pintu depan. Ho Gae pun tanya kenapa. Do Jin mendekati Ho Gae. Dia menjelaskan kalau rumah tempat So Hee disekap adalah rumah dua ruangan dengan lorong masuk yang dalam.
Do Jin : Api dari ruangan itu akan menyebabkan perputaran. Pintunya juga tidak akan terbuka.
Ho Gae : Lalu kita harus bagaimana?
Do Jin : Ikuti aku.
Ki Soo mengikuti Do Jin yang lagi bicara dengan Kepala Dokgo di telepon. Do Jin meminta Kepala Dokgo mengirimkan truk bertangga ke Apartemen Onjo. Dia bilang ada kebakaran gedung tinggi. Kepala Dokgo tanya apa maksud Do Jin. Dia bilang belum ada laporan.
Do Jin : Akan kujelaskan nanti. Butuh waktu berapa lama?
Kepala Dokgo : Setidaknya sepuluh menit dari sekarang.
Do Jin : Sepuluh menit? Sepuluh menit. Terlalu lama.
Tapi kemudian Do Jin melihat truk bertangga yang tak jauh di depannya.
Do Jin pun langsung tanya ke Ki Soo, apa Ki Soo bisa mengoperasikan truk bertangga.
Ki Soo : Ya. Haruskah kusiapkan?
Mendengar itu, Do Jin pun memberitahu Kepala Dokgo kalau tim di lapangan akan segera mengurusnya.
Truk bertangga mulai disiapkan.
Kru damkar juga mulai menyiapkan peralatan mereka.
Do Jin menjelaskan ke Ho Gae kalau mereka berdua akan masuk lewat beranda.
Do Jin : Kita akan memadamkan apinya dahulu.
Ho Gae : Apa maksudmu, kita? Aku juga?
Do Jin : Kau tidak mau menangkapnya?
Ho Gae pun menatap ke arah gedung tinggi.
Dia mendengus, sial.
Ki Soo lantas menyuruh Ho Gae mengikutinya.
Seol
ingin ikut. Do Jin tak menjawab, tapi dari raut wajahnya jelas sekali
dia keberatan Seol ikut. Seol pun bilang, kalau akan terlambat jika
korban tidak segera diobati. Ditambah lagi, dia sudah janji akan datang.
Do Jin pun akhirnya mengizinkan Seol ikut.
Doo Chil mengambil kunci serap di lacinya.
Lalu dia tersenyum menatap ke arah pintu kamar So Hee.
Tak lama, Doo Chil mulai beranjak.
Api sudah membesar, membakar kamar.
So Hee di kamar mandi, masih pingsan.
Sambil melihat ke unit tempat So Hee disekap, Do Jin menjelaskan ke Ho Gae kalau asap yang lebih rendah mengalir mundur. Asap yang tersedot berarti tidak ada oksigen lagi di dalam. Begitu mereka membuka ruangan, aliran oksigen akan menyebabkan ledakan.
Do Jin : Maksudku pembakaran balik.
Ho Gae : Bukankah itu bagus? Bajingan itu sangat ingin membuka ruangan.
Do Jin : Kau gila.
Do Jin beranjak pergi.
Seol pun melabrak Ho Gae.
Seol : Hei. Jika api menghabiskan oksigen, korban akan mati lemas.
Ho Gae : Apa maksudmu? Kau membawa tangki oksigen.
Seol : Kau sama sekali tak peduli dengan korban?
Ho Gae : Terserah. Kalian, selamatkan dia. Aku akan menangkap pelakunya.
Ho Gae pun beranjak ke tangga.
Seol menatap Ho Gae dengan heran.
Dong
Woo memberikan peralatan medis pada Seol yang sudah di chassis dengan
Ho Gae dan Do Jin. Do Jin pun menatap Ki Soo. Ki Soo memberitahu kalau
dia akan mulai mengangkat mereka. Tangga mulai dioperasikan. Ho Gae
sedikit terkejut ketika chassis nya bergerak. Do Jin memegangi Seol,
sekaligus Ho Gae. Orang2 berkerumun di bawah, menyaksikan prosesi
penyelamatan korban.
Si pelaku berdiri di depan kamar tempat dia menyekap So Hee, sambil memegang beberapa kunci. Dia lantas berkata, akan mulai membuka pintu. Lalu dia mulai memasukkan kunci ke dalam lobang, namun bukan kunci yang itu. Si pelaku mencoba kunci ke-2. Dan, pintu terbuka...! Si pelaku tersenyum menyeringai, sambil meminta maaf pada So Hee karena sudah membuat So Hee menunggu.
Tapi, saat hendak masuk, dia mendengar suara di luar. Dia pun melihat keluar jendela dan melihat kedatangan 3 orang di jendela. Sontak lah si pelaku kesal dan berlari ke pintu depan. Dia mengintip dari lubang pintu dan melihat ada dua orang pria.
Di depan pintu, berdiri Kepala Baek dan Pil. Pil pun mengode para detektif yang sudah memenuni koridor di depan unit si pelaku. Sementara itu, si pelaku masuk ke kamarnya. Dia memikirkan cara untuk bertahan dari para polisi.
Do Jin memeriksa pintu balkon. Dia melihat pintu balkon tidak terkunci.
Do Jin : Pintunya terbuka. Bukalah.
Ho Gae pun masuk duluan dan melihat seisi ruangan cocok dengan yang dideskripsikan So Hee di telepon. Ho Gae pun langsung mencari si pelaku tapi si pelaku tak ada dimana pun.
Ho Gae lantas memeriksa ke kamar. Dia melihat sehelai kain yang terjuntai keluar dari bawah pintu lemari. Ho Gae pun mendekat ke lemari. Tapi si pelaku muncul di belakang Ho Gae. Ho Gae yang menyadari itu, berbalik. Si pelaku langsung menyerangnya.
Do Jin dan Seol menyiapkan peralatan mereka.
Do Jin lalu memberitahu rekannya bahwa mereka sudah masuk.
Do Jin : Mulailah memompa. Akan kumatikan radionya sekarang.
Setelah itu, Do Jin menyuruh Seol mengambil kelapa selang.
Lalu dia bilang, mereka akan padamkan apinya dulu, baru setelah itu dia masuk untuk menyelamatkan So Hee.
Namun saat hendak melakukan misi pemadaman dan penyelamatan, Ho Gae muncul bersama si pelaku. Do Jin dan Seol tak berkutik melihat si pelaku mengarahkan pisau ke leher Ho Gae. Si pelaku mengancam akan membunuh Ho Gae jika Do Jin dan Seol berani bergerak.
Si pelaku : Beri tahu sopir truk tangga bahwa kalian akan turun. Sekarang.
Seol dan Do Jin saling berbisik. Seol tanya, mereka harus gimana. Do Jin bilang, entahlah.
Pandangan Ho Gae tak sengaja mengarah ke celah pintu kamar tempat So Hee disekap. Dia pun melihat kepulan asap hitam yang keluar dari bawah pintu dan teringat kata2 Do Jin sebelumnya.
Do Jin : Asap yang tersedot berarti tidak ada oksigen lagi di dalam. Begitu kita membuka ruangan, aliran oksigen akan menyebabkan ledakan. Maksudku pembakaran balik.
Ho Gae pun mulai memancing si pelaku.
Ho Gae : Hei. Kau tak tahu kami bertelepon dengan gadis itu, 'kan?
Si pelaku kesal, dasar jalang...
Ho Gae : Aku hampir muntah mendengarkan ocehanmu.
Ho Gae juga menyuruh si pelaku menusuknya.
Ho Gae : Berkat ini, aku bisa dipromosikan. Aku juga membutuhkannya.
Ho Gae lalu menatap Seol.
Ho Gae : Jika dia memotong karotidku, obati aku.
Ho Gae lalu mengatai si pelaku brengsek. Lalu dia bilang, jika si pelaku ingin menyandera seseorang, maka yang seharusnya disandera adalah So Hee.
Setelah mengatakan itu, Ho Gae lalu mengode Do Jin.
Dia memberitahu soal asap hitam itu dengan matanya.
Do Jin akhirnya mengerti lirikan Ho Gae.
Dia melihat ke bawah pintu dan melihat asap hitam yang keluar dari sana.
Do Jin pun memberitahu Seol, pembakaran balik akan segera terjadi.
Seol mengerti.
Ho Gae terus memancing si pelaku.
Ho Gae : Jika ingin membunuh seseorang, selesaikan. Hanya pecundang yang menyerah di tengah jalan.
Si pelaku terpancing. Dia membuka pintu.
Do Jin : Menghindar!
Do Jin dan Seol sempat menghindar. Ledakan besar terjadi. Ho Gae dan si pelaku sama2 terlempar karena diterjang ledakan. Do Jin pun menyuruh Seol mulai menyemprot. Lalu Do Jin memakai masker yang menutupi kepalanya.
Do Jin : Temukan titik pusat api dan semprotkan melebar! Aku akan masuk!
Seol mulai menyemprot. Do Jin masuk dan langsung membuka paksa pintu kamar mandi.
Begitu pintu kamar mandi berhasil dia buka, dia pun memberikan So Hee masker sebelum membawanya keluar.
Do Jin lantas menyuruh Seol mengurus So Hee.
Seol mengambil So Hee. Do Jin mengambil alih kepala selang.
Seol memeriksa So Hee. Setelah itu, dia melakukan kompresi pada So Hee. Si pelaku sadar. Dia mendengus kesal sambil menatap So Hee. Ho Gae sendiri masih tak sadarkan diri. Si pelaku mulai beranjak ke arah Seol dan So Hee. Seol yang melihat itu, berusaha membangunkan Ho Gae, sambil melakukan CPR.
Seol : Hei! Kau bilang akan menangkap pelakunya! Bangun, Berengsek!
Saat pelaku hampir mendekati Seol dan So Hee, saat itu pula Ho Gae menerjang si pelaku. Si pelaku mengambil pecahan kaca dan berusaha menusuk Ho Gae. Ho Gae sekuat tenaga menahan serangan si pelaku.
So Hee akhirnya sadar dan memanggil2 ibunya.
Ho Gae dan si pelaku sempat menatap ke arah So Hee begitu mendengar So Hee. Tapi beberapa saat kemudian, mereka baku hantam. Ho Gae menggigit kaki si pelaku. Si pelaku yang kesakitan, berusaha melepaskan gigitan Ho Gae dengan memukul2 punggung Ho Gae. Ho Gae kemudian membanting si pelaku ke lantai.
Lah si pelaku masih belum nyerah. Dia berusaha melawan Ho Gae. Ho Gae pun membanting si pelaku sekali lagi, kali ini ke atas meja. Si pelaku pun tumbang dengan tangan yang sudah diborgol Ho Gae. Kamera menyorot tangan si pelaku yang terborgol bersama tangan Ho Gae.
Ho Gae : Tidak ada jalan keluar begitu anjing Jindo menggigitmu. Astaga, aku hampir kehilangan semua gigiku. Sial.
Ho Gae terengah2 dan menatap Seol yang masih mengurus So Hee.
Kasus ditutup.
Paramedis membawa So Hee keluar. Seol dan ibu So Hee berlari mendekati So Hee. Ibu So Hee tampak cemas. So Hee menangis sambil menatap dan memanggil ibunya. Seol memberitahu ibu So Hee, bahwa So Hee sudah aman sekarang. Ibu So Hee berterima kasih pada Seol. Paramedis akhirnya membawa So Hee.
Do Jin mendekati Seol sambil membawa dua botol air. Dia memberikan botol yang satu ke Seol. Seol pun langsung minum.
Do Jin : Aku lelah. Kau tidak lelah?
Seol : Aku lelah.
Do Jin lalu melihat rambut Seol terbakar.
Do Jin : Hei, rambutmu terbakar.
Seol : Tidak apa-apa. Lagi pula, aku memang akan potong rambut.
Do Jin : Benar, kau selalu bisa memanjangkan rambutmu lagi.
Ho Gae keluar bersama si pelaku. Si pelaku dibawa keluar dengan kursi roda yang didorong oleh polisi berseragam. Do Jin dan Seol melihat mereka. Pil menghampiri Ho Gae.
Pil : Kami sudah mengidentifikasi sidik jarinya, dia... aigoo, namanya Cho Doo Chil, 37 tahun. Dia mengelola rumah sakit hewan sampai ditangguhkan karena peresepan berlebih dan eutanasia ilegal.
Ho Gae : Peresepan berlebih dan eutanasia ilegal. Sudah kuduga.
Polisi hendak membawa si pelaku. Seol menghentikan mereka.
Seol : Tunggu. Luka bakarnya parah. Akan kubawa dia ke rumah sakit dahulu.
Seol mau membawa si pelaku. Tapi dihentikan Ho Gae.
Ho Gae : Tunggu. Satu ditambah satu.
Ho Gae menunjukkan tangannya dan tangan si pelaku yang terborgol.
Seol menatap heran Ho Gae.
Sekarang, Ho Gae di ambulans yang dikemudikan Do Jin. Kamera menyorot luka bekas gigitan di kaki si pelaku. Si pelaku menatap kesal Ho Gae. Ho Gae yang melihat itu, menyuruh si pelaku berhenti menatapnya.
Ho Gae : Berhenti menatapku. Kau memukuliku habis-habisan. Plastik di kamar tidur itu mengesankan. Tidak mungkin ada jejak DNA.
Si pelaku : Aku belum pernah melihat polisi sejujur dirimu. Kau tahu itu dan menggigitku seperti anjing.
Ho Gae : Hei. Mari lakukan percakapan serius.
Si pelaku : Percakapan apanya? Untuk apa aku mengadukan diriku?
Ho Gae : Ayolah. Bukan begitu. Aku tahu kau ingin pamer. Pertimbangkan keahlian investigasi forensik saat ini. Kau melakukan kejahatan tersembunyi yang bahkan tidak dilaporkan.
Si pelaku tersenyum. Dia merasa di atas angin.
Ho Gae : Ya, aku yakin kau ingin menyombongkannya. Tapi sayangnya, semua saksi sudah mati. Kami bisa mengetahui semuanya hanya dengan memeriksa pipa dan blender. Jujur saja. Berapa banyak yang kau bunuh?
Si pelaku : Enam setengah.
Seol kesal, setengah?
Si pelaku menatap Seol, aku belum menghabisi gadis yang tadi.
Kesal, Ho Gae menarik si pelaku.
Ho Gae : Hei, bangun! Bagaimana dengan wanita yang tinggal di sana?
Si pelaku : Keluarganya tinggal di luar negeri. Aku mengirim pesan sesekali.
Ho Gae : Kau juga membayar tagihan teleponnya?
Si pelaku : Ya, kuanggap itu sewa bulanan.
Ho Gae : Jadi, mungkin metodemu sama.
Kita diperlihatkan flashback tentang perbuatan si pelaku pada wanita pemilik unit tempat si pelaku menyekap So Hee.
Suara Ho Gae terdengar.
Ho Gae : Kau menyamarkannya sebagai kecelakaan, membuat mereka pingsan dengan obat bius hewan,
...dan memindahkan mereka dengan kursi roda. Orang lain mungkin berpikir kau suami yang setia. Pria baik tidak pernah dicurigai.
Ho Gae lalu tanya alasan si pelaku membunuh mereka.
Si pelaku : Hanya ada satu hal yang memuaskanku seumur hidupku. Jadi, aku melakukannya. Apa aku butuh alasan?
Ho Gae : Kau menyadarinya lewat eutanasia ilegal?
Si pelaku : Manusia sama saja. Manusia dan anjing sama saja. Saat tahu akan mati, mereka buang air kecil dan mulut mereka bahkan berbusa. Mereka memohon agar aku mengampuni mereka. Kau tidak tahu betapa menyedihkannya orang-orang sebelum mati. Tapi aku malah menjadi mulia. Selain itu...
Kesal, Ho Gae pun mencekik si pelaku.
Si pelaku dengan napas tercekat berkata kalau Ho Gae gak boleh memakai kekerasan.
Seol menatap cemas kamera CCTV di ambulans.
Ho Gae pun akhirnya melepaskan cekikannya.
Ho Gae : Astaga, dia membuatku kesal. Hei, perkataanmu tadi akan memberatkanmu di pengadilan.
Si pelaku tertawa.
Ho Gae : Apa yang lucu?
Seol yang emosi, menyiramkan air ke wajah si pelaku yang penuh luka bakar.
Seol : Tutup matamu dan diamlah. Aku akan mendinginkan area itu. Kulit dalammu terlihat. Nanti bisa terinfeksi.
Si pelaku langsung kejang2 menahan sakit saat mukanya disiram air sama Seol. Seol juga menutupi muka si pelaku dengan kain kasa. Dia menaruh kain kasa begitu saja ke muka si pelaku. Ho Gae menahan tawa melihat pembalasan Seol.
Sekarang, Pil dan Anna beranjak ke arah jendela sambil mengendus sesuatu.
Pil : Daging perut.
Anna : Daging perut?
Pil : Kimchi?
Anna : Kimchi.
Pil/Anna : Daging tumis kimchi.
Anna mengajak Pil ke sana sebelum kehabisan daging tumis kimchi. Tapi tiba2, Kepala Baek masuk dan melarang mereka pergi, sambil melemparkan borgol ke Pil. Kepala Baek lalu ngomel.
Kepala Baek : Kalian berkunjung ke sebelah untuk bermalas-malasan tiap ada waktu. Kalian polisi atau pemadam kebakaran?
Pil : Aku akan bersamamu sampai mati.
Pil mau memborgol tangan Kepala Baek, tapi gak jadi karena tatapan galak Kepala Baek.Kepala Baek lalu bilang, kalau kantor polisi Taewon bukan tempat sampah daur ulang.
Kepala Baek : Aku tak mengerti kenapa hanya orang bodoh yang ditempatkan di sini. Aku bisa-bisa sembelit karena kalian.
Ho Gae mendadak masuk sambil membawa barang2nya dan bertanya ke Kepala Baek apa mau diambilkan popok. Lalu dia beranjak sebuah meja dan bertanya apa itu mejanya.
Pil mengiyakan. Lalu menyapa Ho Gae.
Kepala Baek : Dari satu masalah ke masalah lain. Kalian belum sempat menyapa, bukan?
Kepala Baek lalu mengenalkan Ho Gae pada Pil dan Anna.
Kepala Baek : Dia Anjing Jindo.
Tapi kemudian, Kepala Baek menambahkan ucapannya.
Kepala Baek : Maksudku, Detektif Jin Ho Gae.
Pil mengenalkan diri pada Ho Gae. Dia menyebutkan nama lengkapnya.
Pil : Aku Kongmyeong Pil dari Tim Detektif. Nama keluargaku Kongmyeong dan nama depanku Pil.
Kepala Baek menyela, panggil saja dia Maengpil. Semua orang begitu.
Pil kesal, namaku bukan Maengpil. Nama keluargaku Kongmyeong dan nama depanku Pil.
Ho Gae : Kau pria yang lucu. Namaku bukan Anjing Jindo. Namaku Jin Ho Gae. Anjing Jindo itu julukanku.
Anna juga mengenalkan diir, aku Bong Anna dari Tim Forensik. Sudah lama aku tidak bekerja sungguhan. Penjahat yang tertangkap basah layak diperiksa di AFIS.
Ho Gae : Ya, dan diborgol. Selain itu, aku harus bilang ke siapa?
PIl : Kau bisa memberitahuku.
Ho Gae menunjukkan foto mobil yang parkir ilegal di dekat Apartemen Onjo.
Ho Gae : Mobil ini diparkir secara ilegal di dekat Apartemen Onjo. Aku memotretnya. Segera kirimkan dia surat tilang.
Kepala Baek mendekati mereka sambil tanya ada apa. Lalu dia melihat foto mobil itu.
Kepala Baek : Astaga. Kau sangat dengki.
Pil lantas tanya apa Kepala Baek dan Ho Gae saling mengenal.
Kepala Baek bilang dia mentornya Ho Gae saat Ho Gae masuk akpol.
Ho Gae : Yang benar saja. Kau hanya membuatku minum.
Kepala Baek : Lihat dirimu. Itulah gunanya mentor. Mentraktir minum di masa sulit. Omong-omong, kau sudah menelepon ayahmu dan mengabari kau ditugaskan ke Taewon?
Ho Gae : Jaksa Kepala yang sibuk tidak sempat menjawab telepon polisi.
Anna dan Pil kaget mengetahui Ho Gae adalah putra Jaksa Kepala.
Anna : Ayahmu jaksa kepala?
Ho Gae : Jangan panik. Kami sudah lama putus hubungan.
Anna : Tapi, Detektif, kudengar kinerjamu baik di Unit Investigasi Regional. Kenapa dipindahtugaskan ke pinggiran kota?
Ho Gae : Kau ingin tahu?
Ho Gae menarik kursi dan duduk di depan meja rapat.
Ho Gae : Musim gugur lalu saat daun berguguran, aku bepergian ke Busan.
Ho Gae memasang mimik serius.
Ho Gae : Aku naik kereta bawah tanah dan tertidur. Saat aku bangun...
Ho Gae berhenti sejenak. Kepala Baek yang penasaran, bertanya kelanjutannya.
Anna dan Pil juga menatap Ho Gae dengan serius.
Ho Gae : Kereta itu berada di suatu stasiun kereta bawah tanah dengan peron ganda. Lokasinya di antara Stasiun Busanjin dan Stasiun Beomil. Biayanya 180.000 won untuk kembali dengan taksi.
Ho Gae selesai bercerita dan pamit pada Kepaka Baek. Dia bilang harus ke kamar mandi.
Kepala Baek sewot, kau harus menyelesaikan ceritanya. Dasar berandal. 180.000 won?
Anna melirik Pil. Dia mengajak Pil pergi selagi Kepala Baek ngomel2 sama Ho Gae. Keduanya beranjak ke pintu. Kepala Baek memergoki mereka, sontak melemparkan borgol ke arah mereka.
Pil dan Anna bergabung dengan tim damkar. Seol yang lagi menunggu di dapur, tanya ke Pil, apa Ho Gae bagian dari tim Pil.
Pil : Tampaknya, dia sangat terkenal di Unit Investigasi Regional. Tapi...
Anna : Pura-pura tak tahu saja. Julukannya di sana adalah Anjing Jindo. Dia menggonggong dengan liar dan akhirnya diturunkan dari jabatannya.
Seol : Bukan Anjing Gila? Pantas saja dia membuat keributan. Anjing sering membuat kekacauan.
Seol menaruh lauk di atas meja, lalu bergabung dengan mereka.
Do Jin : Siapa yang mau nasi?
Semua tunjuk tangan.
Sementara itu, Ho Gae tengah menandatangani surat perjanjian sewa dengan pemilik stuido. Sebelum menandatangani, Ho Gae tanya ke si pemilik, apa si pemilik yakin itu studio termurah?
Pemilik menjawab sambil menelpon, tentu saja. Ukurannya sama, tapi sewa bulanannya 40 persen lebih murah. Bubuhkan capmu di atasnya.
Si pemilik heran nomor yang dia hubungi tak bisa dihubungi.
Si pemilik : Kenapa dia tidak menjawab?
Ho Gae : Kurasa ini terlalu murah. Kau yakin tidak ada masalah?
Si pemilik : Astaga, bukan begitu. Tempat itu dekat dengan kantor polisi dan pemadam kebakaran. Aman dan nyaman.
Ho Gae : Begitu rupanya.
Ho Gae pun membubuhkan cap nya di surat perjanjian sewa Agen Real Estate Geum Hwang.
Usai membubuhkan cap, ponselnya berbunyi.
Telepon dari ayahnya, Jaksa Kepala Jin Chul Joong. Namun Ho Gae memilih tak menjawab dan beranjak pergi.
Jaksa Kepala Jin tengah bersama Ma Tae Hwa, Pengacara Yang Chi Young dan Jaksa Yeom Sang Goo di ruangannya. Jaksa Kepala Jin kembali bergabung dengan mereka usai menghubungi Ho Gae.
Tae Hwa : Tampaknya hubunganmu dengan putramu baik, Jaksa Kepala.
Jaksa Kepala Jin : Anjing-anjing Jindo dikenal sangat liar.
Tae Hwa : Makin liar, makin erat dia harus diikat.
Jaksa Yeom : Setelah datang ke Taewon, dia akan berada di bawah kendali kita, seliar apa pun dia.
Ho Gae sudah berada di lantai gedung studionya. Sambil berjalan menuju lift, dia bilang ini hari yang melelahkan. Lalu dia melihat pintu lift akan menutup. Bergegaslah dia kesana. Di lift, ada Seol dan Do Jin. Mereka semua kaget.
Ho Gae masuk ke lift dan melihat suratnya, mencari tahu di lantai berapa studionya.
Do Jin dan Seol ikut melihat.
Ho Gae mau menekan angka delapan di tombol lift, tapi lift memang tengah menunju ke lantai delapan. Melihat itu, Ho Gae mengira ada kebakaran di lantai delapan.
Seol : Tidak mungkin. Dua petugas damkar tinggal di lantai itu.
Ho Gae : Kita tetangga sekarang. Kita akan sering bertemu.
Do Jin : Mari jangan sering bertemu. Tanggapan gabungan untuk kasus besar tidak terlalu menyenangkan.
Ho Gae : Tetap saja, detektif butuh kasus untuk pemanasan.
Seol : Apa yang kau katakan kepada penculik tempo hari?
Ho Gae : Aku sedikit membuatnya kesal.
Do Jin : Kau menanggap dengan cepat. Yang benar saja.
Do Jin dan Seol keluar dari lift dan saling tersenyum jahil satu sama lain. Lalu Do Jin berdiri di depan pintu studionya, begitu pun dengan Seol. Ho Gae datang dan menuju studionya yang berada di samping studio Seol.
Ho Gae datang dan terkejut melihat kamarnya deketan sama kamar Do Jin dan Seol.
Ho Gae : Apa ini?
Seol : Kau menandatangani sewanya karena sewanya murah?
Do Jin : Kurasa kau harus pemanasan lagi.
Ho Gae : Lalu apa? Aku tidak boleh menandatangani sewa murah sesuka hatiku?
Seol : Tempat itu... berhantu.
Ho Gae terhenyak dan menatap Do Jin.
Do Jin : Sungguh.
Do Jin dan Seol masuk ke kamar mereka.
Ho Gae memasukkan sandi pintunya. Setelah itu, dia membuka pintu dan coba melihat ke dalam dengan wajah tegang. Lagi tegang2nya, dia dikejutkan dengan suara Do Jin.
Do Jin : Ada telepon!
Seol : Dugaan bunuh diri. Permintaan membuka kunci. Darurat level satu. Termasuk yang tak bertugas.
Mereka ke lift. Ho Gae berusaha nenangin diri. Seol melihat Ho Gae.
Seol : Apa yang kau lakukan? Ayo.
Ho Gae : Aku?
Seol : Dugaan bunuh diri adalah tanggapan gabungan.
Do Jin : Cepatlah.
Ho Gae berpikir sejenak. Tak lama kemudian, dia menutup pintu kamarnya dan bergegas menuju lift sambil berkata, kalau itu lebih baik daripada hantu.
Ho Gae masuk ke lift.
Bersambung...
EmoticonEmoticon