Selasa, 23 Juli 2024

Sinopsis My Perfect Stranger Eps 1 Part 2

 All Content From : KBS2
Sinopsis Lengkap : My Perfect Stranger
Sebelumnya : My Perfect Stranger Eps 1 Part 1
Selanjutnya : My Perfect Stranger Eps 1 Part 3

Sekarang, kita ke Baek Yoon Young yang menunggu bis di halte. Tepat di belakang Yoon Young, ada poster Hae Joon. Tak lama kemudian, bis datang. Yoon Young bergegas masuk, bersama orang-orang.


Di bus, Yoon Young yang duduk di dekat jendela, sibuk meng-koreksi sebuah naskah. Saat tengah mencoret beberapa tulisan dengan tinta merah, ponselnya berdering. Sebuah pesan masuk, menanyakan dia ada dimana.

"Kau dalam perjalanan, bukan?"

Itu pesan dari pem-red.

Pem-red : Aku tahu ini hari liburmu, tapi dia hanya mencarimu.

Yoon Young : Aku hampir sampai. Aku tahu aku tidak akan bisa beristirahat.



Usai membalas pesan dari pem-red nya, Yoon Young merogoh permen dari dalam bungkus permen di tasnya. Beberapa saat kemudian, dia mengambil bungkus permennya dan terus nyemilin permen dengan wajah sedikit kesal.


Ponselnya berbunyi lagi. Kali ini telepon dari ibunya, Lee Soon Ae.

Yoon Young : Ada apa lagi? Kali ini video? Tentang apa?

Soon Ae : Kau tahu video itu. Yang kau nyanyikan dengan sangat manis saat masih kecil. Ibu khawatir karena itu mengadat terus. Kau bilang itu bisa diubah menjadi fail untuk diska lepas.

Yoon Young : Baiklah. Akan kulakukan untuk ibu lain kali.



Soon Ae sendiri tengah duduk di depan televisi saat berbicara dengan Yoon Young.

Soon Ae : Sudah lebih dari setahun sejak kau berjanji melakukan itu.

Yoon Young : Aku bukannya sengaja melupakannya.

Soon Ae : Kau masih sibuk? Kau pasti sangat lelah. Tetap saja, kau akan pulang, meski sudah larut, bukan?

Yoon Young : Malam ini?

Yoon Young lantas turun dari bis dan mulai mengomel.

Yoon Young : Kenapa kita harus selalu merayakan ulang tahun ayah? Ibu bahkan tidak pernah mendapat bunga di hari ulang tahun ibu. Dia bahkan tidak pulang secara teratur. Hanya ada kita berdua meski kita menyiapkan makanan untuknya.

Soon Ae membela suaminya, ayah Yoon Young.

Soon Ae : Itu karena dia sibuk.

Yoon Young : Melakukan apa? Minum dan berkelahi dengan teman-temannya?

Soon Ae : Ayolah. Jangan seperti itu. Ibu akan membuat banyak hidangan lezat. Ibu akan membuat japchae, kesukaanmu.

Yoon Young : Jangan repot-repot. Aku tidak akan datang. Aku akan mengirimkan uang lagi. Ibu harus membeli pakaian baru dan menghirup udara segar. Berhentilah menonton video lama. Ini menyebalkan. Aku akan menutup teleponnya.


Adegan beralih ke Ko Mi Sook yang tengah menghadiri acara Bincang Penulis.

Mi Sook : Jadi, kau bertanya kenapa pembunuh di novelku hanya wanita? Entahlah. Kurasa kau tidak merasa aneh wanita tua sepertiku menulis novel. Seperti pria mana pun bisa melakukan pembunuhan, wanita mana pun bisa melakukan pembunuhan brutal.


Yoon Young datang dan berdiri disamping pem-red.

Sambil menjelaskan kepada MC dan para tamu undangan, Mi Sook menatap Yoon Young yang baru datang dan tersenyum. Yoon Young juga membalas senyum Mi Sook.

Mi Sook : Aku hanya memilih cerita yang lebih familier untuk ditulis ke dalam novel. Bisa kita lanjutkan ke pertanyaan berikutnya?



MC lantas menunjukkan novel pertama Mi Sook yang dirilis tahun 87, berjudul 'Small Door'. Entah kenapa, wajah Mi Sook yang tadinya ceria, langsung berubah saat MC mengungkit novel lamanya. Dia gugup dan memegangi bandul kalungnya. MC bilang 'Small Door' adalah satu-satunya novel Mi Sook yang tidak bercerita tentang pembunuhan.

MC : Ini dia. Novel favoritmu.



Yoon Young melihat kegugupan Mi Sook.

Yoon Young bergumam, benar. Itu mendorongku ke neraka ini. Itu novel yang kusukai sekaligus kubenci.

MC : Kau menulis ini saat usiamu baru 19 tahun.



Mi Sook : Bukankah membosankan membicarakan masa lalu? Daripada membicarakan itu, aku ingin memperkenalkan orang terpenting dalam hidupku sekarang. Di belakang sana... Kalian lihat wanita bersinar di belakang?

Mi Sook menunjuk ke arah Yoon Young. Semua mata langsung mengarah ke Yoon Young.

Mi Sook : Dia editor penanggung jawab yang kusebutkan tadi. Dia juga belahan jiwaku. Sebagian besar kesuksesanku adalah berkat kerja kerasnya.

Mereka lantas memberikan tepuk tangan untuk Yoon Young.


Yoon Young memasukkan barang2 Mi Sook ke dalam mobil. Dia lebih tampak seperti babu Mi Sook, ketimbang editor. Lah, si Mi Sook malah marah-marah. Dia melemparkan sepatunya ke lantai mobil di dekat Yoon Young.

Mi Sook : Astaga, aku tidak percaya ini. Siapa yang merencanakan ini? Aku bahkan tidak bisa menulis dengan baik belakangan ini, dan mereka menyuruhku datang dan menjawab pertanyaan konyol. Sampai kapan mereka akan mengoceh tentang novel lama? Ada banyak novel lain yang terjual lebih dari satu juta kopi. Serta mereka masih membicarakan karya pertamaku yang payah!

Yoon Young : Ayolah. Kau meremehkan karyamu lagi. Kau tidak tahu berapa banyak orang menjadi penggemar karena novel pertamamu? Aku penggemar pertamamu. Tanpa dialog dari novelmu, aku pasti...


Mi Sook membentak Yoon Young.

Mi Sook : Hei, kau pikir aku tertarik dengan ceritamu?

Yoon Young agak terdiam pada awalnya. Tapi beberapa saat kemudian, dia tersenyum.

Yoon Young : Mau kembali ke studio?

Mi Sook : Biarkan aku menghilangkan stres.



Ponsel Mi Sook berdering. Selagi Mi Sook menjawab telepon, Yoon Young merapikan sepatu yang dilempar Mi Sook lagi.

Mi Sook berseru, uri ddal!

Mendengar itu, Yoon Young langsung menatap Mi Sook.

Mi Sook menatap Yoon Young, apa?

Yoon Young mengerti, aku akan segera menyalakan mobilnya.


Soon Ae tengah berada di toko sepatu di sebuah mall.

Sambil melihat-lihat sepatu, Soon Ae ngedumel tentang sikap Yoon Young kepadanya.

Soon Ae : Dia dingin sekali. Apa aku meminta uang darimu? Aku hanya ingin melihat wajahnya. Aku menonton ulang videonya karena tidak punya uang.

Soon Ae lalu melihat sepatu berwarna merah. Dia tertarik untuk membeli, tapi saat melihat harganya, dia putuskan tak jadi membeli.

Soon Ae melihat2 lagi dan menemukan sepatu kets yang menarik.

Tanpa Soon Ae sadari, Yoon Young melintas di depan toko tempat ia berada. Yoon Young nampak terburu-buru. Tangannya penuh dengan beberapa belanjaan dan satu cup kopi.


Yoon Young lantas masuk ke sebuah toko sepatu dan menghampiri Mi Sook.

Yoon Young : Maaf membuatmu menunggu lama.

Mi Sook mengambil kopi dari tangan Yoon Young, seraya menatap Yoon Young. Yoon Young mengerti dan minta ukuran 36 pada pelayan. Mi Sook tanya soal restoran pada Yoon Young. Yoon Young bilang dia memesan tempat di seberang jalan dan Mi Sook bisa pergi begitu Yi Na datang.


Mi Sook kemudian duduk.

Yoon Young : Aku sudah mengirimkan lokasinya kepada Profesor Park.

Mi Sook : Kau lihat perkenalan yang kukirimkan?

Yoon Young : Kau tidak lihat lingkaran hitam di sini?

Yoon Young menunjuk ke area matanya.

Yoon Young : Itu sangat menarik hingga aku terjaga semalaman.

Mi Sook : Itu bagus. Kali ini tidak akan tercabik-cabik.

Yoon Young mengerti maksud Mi Sook.

Mi Sook memegangi bandul kalungnya, kau benci kalimatku.

Yoon Young : Tidak. Kenapa kau bilang begitu?

Mi Sook : Itu diterima dengan baik hanya saat kau meninjaunya, jadi, aku tidak bisa mengeluh. Siapa pun bisa mengeditnya.

Yoon Young : Tentu saja. Semua itu ditulis olehmu.


Pelayan datang membawa sepatu ukuran 36. Yoon Young langsung mengambil sepatu itu dan menunjukkannya pada Mi Sook seraya berkata kalau dia yakin novel Mi Sook berikutnya akan sukses.

Yoon Young lalu menaruh sepatu itu di dekat kaki Mi Sook.

Pelayan membantu memakaikan sepatu ke kaki Mi Sook.

Yoon Young : Orang bilang sepatu bagus membawamu ke tempat bagus.

Mi Sook : Lalu kenapa kau memakai sepatu itu?

Mi Sook menatap sepatu Yoon Young.


Yoon Young beranjak keluar dari toko. Begitu diluar, wajahnya berubah sedih. Dia lantas menatap sepatunya. Beberapa saat kemudian, dia menoleh ke cermin dan melihat penampilannya dengan sepatu usangnya. Yoon Young terpaku sejenak, sebelum akhirnya dia melihat ibunya terdorong keluar dari kerumunan orang2 yang memperebutkan barang diskon.

Yoon Young : Ibu?


Tiba-tiba, Mi Sook datang dan mengomentari orang2 yang berebut barang diskonan itu. Dia bilang, ini seperti pasar loak.

Mi Sook : Kenapa mereka meributkan sepatu norak yang sedang diskon?


Soon Ae terjatuh lagi dan berusaha mengambil syal nya yang jatuh di kerumunan.

Yoon Young mau menolong ibunya, tapi kata2 Mi Sook menghentikannya.

Mi Sook : Sungguh hidup yang menyedihkan. Kau mungkin miskin, tapi kau harus berkelas. Ingat itu sebelum kamu bertambah tua.


Lalu Yi Na datang.

Yi Na merangkul ibunya dan menatap Yoon Young.

Yi Na : Yoon Young, bagaimana kabarmu? Apa yang kita makan hari ini? Aku kelaparan. Kau belum makan karena harus mengikuti ibuku, bukan?

Mi Sook : Ayahmu pasti menunggu. Ayo pergi.

Yi Na dan Mi Sook jalan duluan.



Yoon Young masih mematung, menatap sang ibu.

Sang ibu akhirnya melihat ke arahnya. Dia terkejut, Yoon Young-ah.

Yoon Young yang kesal, beranjak pergi.

Soon Ae melihat Yoon Young berjalan mengikuti dua wanita.



Sekarang, Yoon Young sudah bebas tugas. Dia beranjak keluar dari mall. Tak lama kemudian, dia melihat ibunya di seberang jalan. Dia agak kesal menatap ke arah ibunya. Tapi beberapa saat kemudian, dia berteriak memanggil ibunya. Sang ibu terus berjalan tanpa memedulikan panggilan Yoon Young. Yoon Young makin kesal. Karena sang ibu tak kunjung menjawab panggilannya, akhirnya dia menyusul sang ibu.

Soon Ae mendengar bunyi klakson di belakangnya. Dia menoleh dan melihat Yoon Young menyebrang seenaknya. Begitu Yoon Young tiba di depannya, dia mengomeli Yoon Young.

Soon Ae : Apa kau sudah gila? Kau tidak takut mobil?

Yoon Young : Pendengaran ibu buruk sekali. Aku memanggil ibu.

Soon Ae : Ibu menghitung berapa yang ibu habiskan hari ini di benak ibu. Baiklah. Jangan membentak ibu.

Yoon Young : Aku tidak berteriak.



Soon Ae lalu menyuruh Yoon Young mengenakan sesuatu. Dia bilang itu bagus. Yoon Young tanya, apa itu. Ternyata Soon Ae menyuruh Yoon Young mencoba sepatu yang baru dia beli. Yoon Young menolak.

Soon Ae maksa, ayolah. Jika tidak muat, ibu harus menukarnya. Kau mau ibu memakaikannya?

Soon Ae mencoba memakaikan sepatu ke kaki Yoon Young.

Yoon Young yang malu dilihatin banyak orang, menolak. Tapi Soon Ae terus memaksa, hingga Yoon Young akhirnya jatuh ketika berusaha melarang ibunya memakaikan sepatu ke kakinya.

Yoon Young : Sudah kubilang akan kucoba nanti. Berdiri.


Yoon Young menyuruh Soon Ae berdiri. Soon Ae berdiri. Yoon Young akhirnya mengalah dan memakai sepatu itu.

Yoon Young : Selesai. Sudah puas?

Soon Ae pun memuji Yoon Young.

Soon Ae : Apa karena kau cantik? Sepatunya berkilau. Mereka bilang sepatu bagus membawamu ke tempat bagus.

Yoon Young : Siapa yang percaya itu? Itu konyol.

Soon Ae pun mengira Yoon Young salah paham.

Soon Ae : Hei, ini bukan sepatu murah. Ibu tidak membelinya di toko tempat kau melihat ibu berdiri. Ibu membayar penuh di toko merek mereka. Ini bagus.

Yoon Young : Bukan itu maksudku. Siapa yang memintanya? Aku menyuruh Ibu membeli pakaian untuk diri Ibu sendiri, bukan?

Soon Ae : Lagi pula, ibu tidak pergi ke mana pun untuk memamerkannya.



Yoon Young : Itulah alasannya! Jadi, jangan berpakaian seperti ini. Ini...

Yoon Young menghina syal Soon Ae.

Yoon Young : Sudah berapa kali kubilang untuk membuang ini? Kenapa Ibu suka syal norak berusia sepuluh tahun ini? Lihat saja orang-orang di sekitar Ibu. Siapa yang memakai pakaian seperti ini? Lihatlah. Seharusnya aku tidak membelikan itu untuk Ibu.

Soon Ae : Baiklah. Kau menyakiti telinga ibu. Berhentilah berteriak. Apa ibu membuatmu sangat malu?



Soon Ae memasukkan sepatu usang Yoon Young ke dalam kotak.

Soon Ae : Kau bekerja dengan orang pintar dan berkelas tinggi, jadi, orang seperti ibu adalah lelucon bagimu.

Yoon Young : Kenapa Ibu mengatakannya seperti itu?


Soon Ae lalu berdiri dan menatap Yoon Young.

Soon Ae : Namun, tahukah kau? Ibu tidak akan mengabaikanmu meski kau memakai sepatu lusuh atau syal kuno. Ibu tidak akan mengabaikanmu, apa pun yang kau pakai atau lakukan. Kau mengerti? Ibu juga tidak akan bergaul denganmu.


Soon Ae lalu beranjak pergi dengan wajah kecewa.

Yoon Young menatap kepergian ibunya dengan wajah kesal.

Narasi Yoon Young terdengar.

Yoon Young : Jika aku tidak membiarkannya pergi seperti itu... Mungkinkah keadaan mengambil jalan yang berbeda?

Yoon Young menaruh belanjaannya di meja kasir. Kamera menyorot jam di dinding. Sudah jam 1 siang.

Narasi Yoon Young terdengar.

Yoon Young : Kukira aku punya cukup waktu untuk menebusnya.


Tiba2, ponselnya berbunyi. Telepon dari Mi Sook.

Yoon Young pun menolak panggilan Mi Sook dan mematikan ponselnya.


Setelah itu, Yoon Young lanjut menonton film di bioskop sambil nyemilin permen pedas nya.

Tapi tiba2, perhatiannya teralih pada seorang wanita di depannya.

Wanita di depan Yoon Young tengah berbicara di telepon dengan ibunya.

"Ini ibu. Kau sudah makan?"

Narasi Yoon Young kedengaran lagi.

Yoon Young : Lagi pula, dia ibuku. Seseorang yang selalu menunggumu.


Yoon Young pun akhirnya pulang. Sampai rumah dia mencari ibunya tapi ibunya tak ada di rumah. Yoon Young melihat jam. Sudah jam 7 malam. Yoon Young melihat ada banyak hidangan di atas meja. Dia mencemilin salah satu lauk. Setelah itu, dia melihat undangan pernikahan orang tuanya yang dipajang di rak.


Tak lama, telepon rumahnya berdering.

Yoon Young : Halo. Ya, ini aku.

Yoon Young kaget.

Narasi Yoon Young terdengar.

Yoon Young : Namun, Ibu... Ibuku...

Para petugas kepolisian mengevakuasi mayat dari dalam sungai.

Di tepi sungai, ada sepasang sepatu dan juga surat. Omo! Itu sepatu yang sama seperti yang dikenakan Soon Ae.

Polisi memungut surat itu dan berbicara di telepon, sepertinya ada surat bunuh diri.


Sekarang, Yoon Young berlari di koridor.

Begitu tiba di depan kamar mayat, dia mulai takut.

Yoon Young memberanikan diri untuk masuk.

Begitu masuk, dia melihat tas dan syal ibunya di atas meja.

Yoon Young mengambil syal ibunya, lalu dia mematung menatap jenazah sang ibu di depannya.

Tak lama kemudian, tangis Yoon Young mulai keluar. Yoon Young berulang kali memanggil ibunya namun sang ibu sudah tiada.


Yoon Young jatuh terduduk. Bersamaan dengan itu, tangisnya pecah.

Narasi Yoon Young terdengar.

Yoon Young : Pernahkah aku membayangkan dunia tanpa ibuku? Saat aku bilang, tidak ada siapa pun di dunia ini yang bisa menjawab sekarang.


Bersambung ke part 3...


EmoticonEmoticon